C H A P T E R 8

3.3K 442 14
                                    

Pernahkah kalian merasa diri kalian begitu rendah? Sangat rendah dan merasa begitu tak berguna hingga berpikir mati adalah pilihan terbaik, lalu bagaimana perasaan kalian ketika mengetahui bahwa mati pun seakan tak diizinkan. Dunia seakan memaksakan untuk menerima semua duri yang ia miliki.

Jihoon menghela napas dan ia rasa sebulir air mata jatuh meninggalkan pelupuk matanya, dan segera diikuti oleh yang lainnya. Entah begaimana, bernapas pun terasa menyakitkan. Sebuah tangan mungil nan hangat meraih lembut tangan dinginnya dan Jihoon tahu, air matanya terus mengalir semakin deras. Mencoba untuk menepis pikiran bahwa tangannya benar-benar digenggam penuh kelembutan, ia menolak untuk percaya. Sudah begitu lama dan ia pikir takkan pernah merasakannya lagi.

"Jihoon, kau baik-baik saja?"

Pemuda mungil itu menoleh dan menemukan sosok Yeji yang duduk di sampingnya, menatapnya dengan tatapan yang tak ingin Jihoon definisikan. "Kau pikir ada yang dapat menerimamu?" Jihoon menatap Yeji dengan tatapan kosong dengan senyuman miris yang terpatri di wajah pucatnya. Ya, gadis bermata sipit seperti Soonyoung itu benar. Jangankan menerima, melihat dirinya saja mungkin tak ada sudi. "Jihoon, apa kau baik-baik saja?" Yeji kembali bertanya dan Jihoon sama sekali tidak berniat untuk menjawab, terlalu sibuk menahan tangisannya agar tidak meledak.

Sedang pemuda itu hanya menonton dalam diam dari pojok ruangan yang gelap, awalnya ia berniat untuk membicarakan semua hal kepada Jihoon, namun sepertinya pemuda itu enggan membuka mulut pada siapapun. Pemuda bersurai merah darah itu beranjak pergi meninggalkan ruang inap Jihoon, berniat untuk menjaga di luar meski para bawahannya selalu sigap menjaga 24 jam. Soonyoung baru akan duduk sebelum pria berkacamata dengan jas putih yang membalut tubuh tingginya menghampiri dirinya, seorang dokter tampan berumur 22 tahun, "Oh, Jun. Jadi bagaimana kondisi Jihoon? Apa dia baik-baik saja?"

"Aku sudah memeriksa dan menangani semuanya. Jihoon mengalami hipotermia, suhu tubuhnya rendah sekali. Dia bisa mati kedinginan dalam beberapa jam jika kau tidak segera membawanya kemari." Jelas dokter bernama Jun tersebut. "Saat ini, ia harus banyak istirahat. Dia akan dirawat intensif selama beberapa hari untuk menormalkan suhu tubuhnya." Tambah Jun dan dibalas anggukan oleh Soonyoung, "terima kasih, Jun."

Jun, pemuda berdarah China itu tersenyum, "jadi dia pemuda yang selalu kau perhatikan bahkan ketika kau di China? Wah, kau benar-benar berambisi, Soonyoung. Yah, yang penting kau tahu, tak masalah jika kau ingin mengikatnya, tapi jangan sampai mengekangnya." Jun lalu berlalu meninggalkan Soonyoung setelah sebelumnya menepuk bahu pemuda itu, beranjak menuju ruang kerjanya.

Beberapa menit setelah kepergian Jun, Yeji keluar dari ruang inap Jihoon dan duduk di bangku yang berada di samping Sang Kakak yang masih setia berdiri. Yeji berdecak, "ck, pulanglah, aku tahu kau lelah selepas kembali dari Jepang pagi tadi." Ucapnya pelan. Soonyoung mengusap wajahnya kasar dan menatap Yeji dengan tatapan sayu, "aku harus menjaganya." Lirih pemuda itu. Yeji ingin sekali memaki Kakak Tercintanya ini, kesal karena melihatnya bodoh seperti ini, untuk pemuda yang tidak jelas mencintainya juga atau tidak.

Yeji menghela napas, "pulang dan beristirahatlah! Sungguh, aku benci melihatmu seperti ini." Sahut Yeji dan dibalas gelengan pelan oleh Soonyoung. "Sampai kapan kau akan seperti ini, huh? Hentikan saja semua ini, Kak. Kau tak hanya menyakiti Jihoon, kau juga menyakiti dirimu sendiri. Lepaskan atau bunuh saja dia." Seru Yeji tersulut emosi. Soonyoung menghela napas dalam, "aku baik-baik saja, jangan khawatirkan aku." Mendengar itu keluar dari mulut Sang Kakak sontak membuat Yeji menggeram kesal. Gadis itu bangkit dan dengan cepat menampar wajah tempan Soonyoung.

"Kau masih belum sadar?! Kau akan membunuh dirimu sendiri jika kau terus seperti ini! Apa dia lebih penting dari hidupmu?! Dia bahkan tak mencintaimu! Kau melakukan semua ini untuk kebaikan kalian atau untuk membunuh kalian?! Huh?!" bentaknya dan sedetik setelahnya ia langsung terdiam begitu Soonyoung tiba-tiba mendekapnya dengan erat. Yeji menghela napasnya, salahnya karena tak memahami Soonyoung yang sedang kelelahan. Ia tidak yakin semua yang ia katakan akan mempengaruhi pikiran pemuda itu sekarang.

B E S E S S E N H E I T [SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang