C H A P T E R 11

3K 378 7
                                    

Jihoon menatap Soonyoung sembari terus mengunyah bubur di dalam mulutnya, "Soon—" HAUP! Satu suapan kembali masuk ke dalam mulutnya sedetik setelah ia membuka multnya, sontak membuat pemuda mungil itu memberengut kesal. Sejak setengah jam yang lalu, pemuda itu akan memasukkan sesuap bubur hangat setiap ia akan berkata sesuatu. Entahlah, tapi Soonyoung seakan tidak mengizinkannya untuk berbicara.

"Unyong, aghu mawu bwijaia." Ucap Jihoon kesal dengan mulut yang penuh. "Aku tahu kau penasaran, tapi telan dulu makanan di mulutmu." Ujar Soonyoung dingin, sontak membuat Jihoon buru-buru menelan semua makanannya, lantas mempoutkan bibirnya, "habisnya, kau selalu langsung menyuapiku setiap kali aku ingin berbicara." Keluhnya. Soonyoung meletakkan mangkuk bubur di atas nakas seraya berkata, "kau tahu, kau harus cepat sembuh."

Jihoon hanya terdiam mendengar ucapan Soonyoung, sudah 2 hari ia berada di rumah sakit dan ia bahkan belum memutuskan apakah ia akan menikah dengan Soonyoung meski ia menyukai pemuda itu sejak lima tahun yang lalu. Jujur saja, ia terkejut bahwa ia telah membunuh ayah dari orang yang ia sukai sejak SHS. Alasannya untuk tidak menerima pernikahan itu bukan karena ia tidak menyukai Soonyoung, tapi karena ia pikir Soonyoung melakukannya sebagai hukuman. "Jadi? Apa yang ingin kau bicarakan?"

Pemuda itu menoleh pada Soonyoung, "aku tak tahu kau memiliki kakak laki-laki yang tampan." Ucapnya dan dapat ia lihat alur wajah Soonyoung berubah. "Aku yakin dia sudah mengatakan bahwa kami adalah saudara tiri." Sahut pemuda itu pelan dan entah bagaimana, Jihoon dapat menemukan sirat kekosongan di mata elang Soonyoung. "Dia tidak pernah menganggap kami sebagai adik walau kami seayah." Imbuhnya.

"Kurasa itu hal yang biasa. Mungkin dia belum dapat menerima keberadaan kalian di antara keluarganya." Ucap Jihoon sembari meraih tangan hangat Soonyoung. Demi apapun, ia sama sekali tidak menyukai Soonyoung yang seperti ini. Soonyoung hanya menatap Jihoon datar, "ya, mungkin. Tapi lebih baik kau diam jika tidak tahu apapun." Ujarnya dan itu membuat Jihoon kembali terdiam. Berpikir bahwa pemuda yang tak pernah tersenyum itu selalu menahan semua kesedihan dan kesulitannya, entah mengapa membuatnya sedih.

"Ayah juga selalu mengatakan hal yang sama. Dia berbeda 4 tahun dariku dan dia benar-benar orang yang kejam. Ayahku menikah dengan ibuku karena ibunya meninggal dalam kecelakaan. Mungkin ia benar-benar tidak terima hingga ia bahkan membunuh ibuku ketika Sarah masih bayi." Soonyoung kembali menatap Jihoon yang terkesiap, "bisakah kau membayangkan? Ia baru berumur 6 tahun dan ia sudah bisa membunuh dengan pisau dapur."

Jihoon bergidik ngeri, jadi yang kemarin datang ke kamarnya adalah seorang psikopat? Ah, membayangkannya saja sudah membuat Jihoon merinding. "Tentu ayah tak bisa mengusirnya karena dia masih berumur 6 tahun dan setelah itu banyak kejadian yang buruk terjadi. Ketika umurnya sudah menginjak 16 tahun, ia pergi dari rumah tanpa jejak." Ada jeda beberapa detik sebelum Soonyoung menambahkan, "dibandingkan dengan Seungcheol kurasa Jisoolah sosok kakak bagiku. Ia datang dan mengabdi pada ayahku sejak umurnya 8 tahun."

Soonyoung menatap Jihoon dalam, memperhatikan setiap inchi wajah pemuda di hadapannya seakan besok-besok ia tak akan dapat melihatnya. "Kau tahu? Sekarang banyak sekali iblis berwajah malaikat, dia bahkan hampir meracunimu. Dengar, aku tak ingin kehilanganmu jadi kumohon, berhati-hatilah." Ucap Soonyoung seraya menggenggam tangan Jihoon erat. Ya, ia tak ingin kehilangan Jihoon. Kalaupun ia harus kehilangannya, ia sendiri yang harus melenyapkannya.

Pemuda bersurai merah darah itu kembali mengambil mangkuk bubur di atas meja. Hendak menyuapkan sesuap bubur sebelum Jihoon menggeleng, "aku sudah kenyang, sedang kau bahkan belum makan sejak pagi." Jihoon mendorong pelan tangan besar Soonyoung dan menarik selimut. "Makanlah, Soonyoung. Aku tak ingin kau sakit. Aku juga lebih baik istirahat." Pemuda itu pun tidur memunggungi Soonyoung yang mengangguk samar dan beranjak keluar.

B E S E S S E N H E I T [SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang