Lisa tak bisa berhenti menyunggingkan senyumnya. Tidak sabar untuk bertemu saudara-saudaranya terlebih kembarannya itu. Ia tak sabar ingin pamer akan keberhasilannya menjuarai kompetisi yang diikuti oleh sekolahnya.
Lisa sengaja tak memberi kabar akan kepulangannya hari ini, ingin memberi kejutan. Saat bus yang mengantarkan mereka sampai di sekolah, suasana sekolah sudah terlihat sepi menandakan jam belajar telah usai. Setelah berbasa-basi sedikit ia langsung berpamitan dengan rekan setimnya dan segera memesan taxi bergegas pulang.
Setelah membuka pintu rumahnya yang tak terkunci, ia berjalan pelan menyusuri rumahnya namun tak menemukan siapapun di ruang tamu yang biasanya jika sudah pulang sekolah selalu diisi oleh mereka untuk sekedar menonton atau berbicara santai, namun kali ini ruangan itu tampak sepi.
"Kemana mereka?" Gumamnya pelan meski tak lama ia langsung bergerak kelantai atas dimana kamar mereka terletak.
Pada akhirnya ia hanya menemukan Chaeyoung yang tengah tertidur pulas di kamarnya, tak ingin ambil pusing dimana keberadaan kakaknya, ia memutuskan untuk mengejutkan kembarannya itu terlebih dahulu.
Dengan sangat hati-hati ia menaiki tempat tidur Chaeyoung, lalu menutup hidungnya sehingga membuat Chaeyoung langsung membuka matanya karna kesulitan untuk bernafas.
"Kejutan!." Dengan tanpa rasa bersalah Lisa menjauhkan tangannya tadi dan terkekeh pelan melihat reaksi Chaeyoung yang melotot melihatnya.
"YAAK! LALISA! KAU INGIN AKU MATI MUDA HAH?" Teriak Chaeyoung kesal lalu memukuli Lisa dengan guling miliknya, ia tidak marah hanya sedikit terkejut tidak bisa bernapas karna kehabisan pasokan oksigen secara tiba-tiba.
"Ampun Chongah- yaaak aduh kau ini." Lisa mengaduh kesakitan ketika kembarannya itu benar-benar menghajarnya bertubi-tubi dengan bantal.
"Siapa suruh kau kurang kerjaan, huh? Rasakan ini." Chaeyoung begitu bersemangat kali ini, sebetulnya ia merasa ini kesempatan langka bisa menghajar Lisa tanpa takut diserang balik.
"Stop Chaeng, sungguh ini punggungku sakit karna aku sempat cedera selama disana lalu kau menambahinya sekarang, sakit Chaeng." Seketika Chaeyoung menghentikan aksinya. Air mukanya berubah panik melihat Lisa yang memegangi punggungnya dengan sebelah tangan dan mukanya yang ia tenggelamkan pada bantal.
"Bagian mana yang sakit? Apa aku memukul terlalu kuat?" Chaeyoung seketika dilanda kepanikan. Menggoyangkan tubuh Lisa karna kembarannya itu sama sekali tidak memberikan tanggapan.
"Maaf aku benar-benar tidak bermaksud menyakitimu. Sungguh, Lisa jangan seperti ini ayo kita ke Rumah sa--"
"Hehehe." Suara kekehan serta badan Lisa yang terguncang membuat Chaeyoung merasa benar-benar dibodohi kali ini.
"Bocah sialan." Tanpa rasa belas kasihan Chaeyoung menepuk keras bokong saudaranya itu yang masih pada posisinya tadi.
"Yaak. Kali ini sungguhan sakit. Aduh kau benar-benar kejam." Lisa segera mengubah posisinya mengelus bagian tubuhnya yang terasa panas setelah dipukul Chaeyoung.
"Tidak lucu." Chaeyoung membuang mukanya dari tatapan Lisa.
"Yaa habis bukannya memelukku kau malah menganiayaku tanpa henti." Lisa mengkerucutkan bibirnya memasang wajah sok sedih. Sayangnya Chaeyoung masih setia pada posisinya yang tak ingin melihat Lisa.
"Maaf aku membuat khawatir, aku benar-benar bercanda tadi. Kau boleh memukulku sepuasmu asal maafkan aku ya?"
Setelah berkata seperti itu, tanpa aba-aba Chaeyoung menerjang Lisa dengan pelukan yang begitu erat.
"Bodoh, aku sangat merindukanmu."
"Aku tau aku memang sosok yang mudah dirindukan." Lisa langsung membalas pelukan Chaeyoung ketika dirasakannya Chaeyoung akan beraksi kembali.
"Yak lepaskan! Aku kesulitan bernafas." Chaeyoung menggeliat dari pelukan Lisa yang erat.
"Aku akan melepaskanmu, tapi janji jangan melakukan kekerasan padaku, oke?" Lisa melepaskan pelukannya setelah Chaeyoung menggumam pertanda setuju.
"Lisa, berjanjilah untuk tidak seperti itu lagi, kau tau? Kau menakutiku." Suara Chaeyoung bergetar mengatakan itu, kepalanya ditundukkan tak ingin menatap wajah Lisa.
Rasa bersalah langsung menyelimuti hati Lisa, ia tak tau jika kembarannya itu begitu sensitif pada rasa sakit.
"Aku berjanji tidak akan mengulanginya. Aku tidak akan menutupi apapun darimu. Kau juga harus begitu ya? Jangan tutupi apapun dariku. Jika kau merasa sakit katakan padaku, aku pasti akan menyembuhkannya." Lisa menggenggam tangan Chaeyoung erat, lalu membawanya kepelukannya sekali lagi.
.
."Nah, berhubung kau sudah kembali ayo traktit aku makan!" Chaeyoung berkata dengan semangat setelah aksi berpelukan mereka tadi.
"Aku tau kau pasti juara. Aku ingin ditraktir makan yang banyak!"
"Dari mana kau tau?" Lisa memicingkan matanya padahal ia belum berkata sepatah katapun mengenai lombanya.
"Karna aku percaya padamu Lisa kalau kau pasti memenangkan lomba ini. Buktinya kau tidak murung setelah pulang kompetisi." Chaeyoung tersenyum lebar. Memang benar hal itu sangat mudah ditebak. Lisa sangat sering mengikuti kompetisi dan tentu saja ia tak melulu menang, jika sudah kalah maka Lisa akan langsung murung dan menutupi dirinya dengan berdiam diri di kamar selama beberapa waktu.
.
.Keempat bersaudara itu tengah menyantap makan malam, semuanya tetlihat bahagia karna mereka kembali utuh dimeja makan.
"Lisa, kau memiliki utang padaku." Lisa yang baru saja menyelesaikan makan dan minumnya langsung mengernyitkan dahinya mendengar ucapan barusan.
"Tapi aku tidak pernah meminjam duitmu kak, bagaimana caranya aku berutang padamu?" Tanya Lisa heran sedangkan Chaeyoung yang berada disamping Lisa hanya bisa memasang muka polosnya.
"Langsung saja. Waktu itu kembaranmu mengejekku, lalu sebagai perminta maafnya ia akan mentraktirku kalau kau menang dengan duitmu, jadi berhubung kau menang maka kau harus mentraktir kami." Jennie menunjukkan gummy smilenya setelah berkata seperti itu membuat Jisoo hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik-adiknya yang absurd.
"Yaak Chaeyoung."
"Apa? apa? Kau bilang tadi ingin mentraktirku kan? Nah sekalian saja. Yaya Lisa-ya aku tau duitmu sedang banyak belum lagi bonus dari sekolah." Lisa sama sekali tak keberetan sebenarnya hanya saja tindakan Chaeyoung yang suka menjadikannya tumbal, hanya saja kali ini tingkah kembarannya itu membuatnya gemas hingga ingin menyubit pipi chipmunk itu dengan tang.
"Sudah-sudah, sebagai gantinya aku yang akan mentraktir kalian berhubungan besok juga libur sekolah, dan juga perayaan atas kemenangan Lisa." Jisoo benar-benar menjelma sebagai Ibu bagi mereka.
"Nah sekarang sebaiknya langsung istirahat, siapkan tenaga kalian. Aku juga punya kejutan spesial buat kalian besok. Bersiaplah." Jisoo bangkit dari tempat duduknya dengan senyum misterius yang tercetak dibibirnya.
"Memangnya kejutannya apa?" Tanya Jennie dengan muka yang begitu penasaran.
"Namanya kejutan untuk besok, kalau aku mengatakannya sekarang berarti besok tidak kejutan lagi namanya, Jennie." Ingin rasanya Jisoo mengempiskan pipi berisi adiknya itu.
"Begitu saja kesal, lemah." Ucap Jennie pelan setelah Jisoo beranjak pergi namun masih mampu didengar Lisa dan Chaeyoung yang masih dimeja makan bersama dengannya.
"KAK JISOO, KAK JENNIE MENGATAIMU AKSSDLFLTL."
Otomatis Jennie bangkit medekati adiknya itu dan kedua tangannya langsung menempel pada kedua mulut adik kembarnya yang suka bertingkah menyebalkan dengan kompak.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serene
Fiksi Penggemar4 bersaudara Ngga usah berekspektasi apa-apa. Ngga usah baca jikalau tidak mau ngevote. Oke? Oke. Ngga. Becanda.