Tekan tombol vote dulu yuks
.
.Chaeyoung masih tertahan ditempatnya tanpa sepatah katapun. Lidahnya begitu kelu padahal sudah banyak kata yang ingin utarakan.
Ia menggigit keras bibirnya agar mau berbicara, setidaknya untuk menghentikan tangis kembarannya itu.
Ketahuilah jauh di dalam hatinya ia merasa lebih sakit.
"Kau meninggalkan aku, kau meninggalkan aku sendiri! Bukannya aku sudah pernah bilang padamu bersandarlah padaku jika kau memang lelah, bukan malah pergi dan menghilang!" Luruh sudah pertahanan Lisa, air matanya tumpah begitu saja.
Chaeyoung berbalik, menatap Lisa dengan pandangan sendunya. Tak terasa air matanya juga ikut menuruni pipinya setelah berusaha keras menanhannya.
"Kau tidak mengerti, Lisa." Chaeyoung bersusah payah mengeluarkan suaranya.
"Maka dari itu buat aku mengerti! Apa kau tidak bisa melihatku? Kenapa kau tidak bisa melihatku sebagai orang yang selama ini selalu mendukungmu?! Lihat aku!" Lisa terus memaksa berbicara meski rasanya lehernya sudah tercekik, bahkan sesekali ia tersedak oleh tangisannya sendiri.
Chaeyoung menarik nafasnya, mencoba menghentikan tangisnya. Apa sudah saatnya ia jujur? Apa Lisa akan percaya padanya? Apa saudara-saudaranya yang lain akan percaya padanya? Mengingat betapa mereka menghormati dan menyayangi Tuan Kim membuat Chaeyoung harus kembali berpikir dua kali, ia takut nantinya ia akan semakin dibenci.
"Sudahlah, kau tidak akan mengerti. Lagi pula aku hanya bisa menyusahkan kalian. Terima kasih kau masih berbaik hati tidak membenciku. Tolong jangan beritahukan pertemuan tidak sengaja kita ini, aku takut justru semakin dijauhkan nantinya." Tanpa menunggu jawaban Lisa lagi, Chaeyoung melangkahkan kakinya dengan getir keluar dari ruangan sepi itu.
Sesak sekali rasanya ketika kau bertemu dengan orang yang kau rindukan namun justru tidak bisa melakukan apa-apa bahkan hanya untuk menyentuhnya.
Chaeyoung tidak mengerti dengan dirinya sendiri, harusnya ini adalah sebuah kesempatan untuknya, tapi tiba-tiba ia takut kalau ia sudah tidak dipercayai lagi.
.
.Keduanya saling memandang dengan kerinduan yang memenuhi mata masing-masing. Belum ada yang memulai percakapan sejak pertemuan mereka setelah sekian lama.
Wendy menelan salivanya untuk membasahi kerongkongannya yang mendadak kering, tak lupa membasahi bibirnya yang juga merasakan hal yang sama.
"Long time no see," Wendy berkata pelan, karna orang dihadapannya ini seakan mengintimidasinya dengan tatapan tajamnya.
"Kau brengsek, Wen." Ucapan dari sahabatnya itu cukup mengejutkannya, tak menyangka ucapan yang akan ia terima akan seperti ini.
"Aku tau, maka dari itu aku ingin meminta maaf." Wendy sama sekali tak tersinggung meski terkejut tadinya karna ia juga mengakui kalau ia salah.
Meninggalkan sahabatnya tanpa sepatah katapun, hilang tanpa jejak, beberapa hari sebelum hari paling buruk menimpa sahabatya itu.
"Kemana saja kau selama ini?"
"Aku mengikuti orang tuaku yang pindah mendadak saat itu, jadi aku benar-benar tak sempat memberitahumu, lalu ketika aku mendapat kabar buruk mengenai adikmu, demi apapun aku sungguh ingin berada di dekatmu saat itu tapi aku tidak bisa, bahkan saat itu aku ingin menghubungimu namun aku takut kau akan menolak karna membenciku, ya aku tau aku bodoh sampai akhirnya aku baru memiliki keberanian sekarang. Apa aku terlambat mendapatkan maaf darimu?"
"Bodoh, aku sudah terlalu lama menanti hal ini. Kenapa kau pengecut sekali? Kau melewatkan banyak hal, Wen." Irene menatap Wendy dengan pandangan kecewa. Ayolah apa salahnya sampai selalu ditanggalkan oleh orang berharganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/204190903-288-k971800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serene
Фанфик4 bersaudara Ngga usah berekspektasi apa-apa. Ngga usah baca jikalau tidak mau ngevote. Oke? Oke. Ngga. Becanda.