Home

2.8K 318 1
                                    

Jennie tak mengeluarkan sepatah katapun setelah kesadaran Chaeyoung kembali. Begitu juga dengan Chaeyoung yang membisu mengetahui Jennie menyadari luka dibibirnya.

"Aku..." Pada akhirnya Chaeyoung membuka suara karena tidak tahan dengan tatapan Jennie yang seolah mengintimidasinya dan ia kesal kenapa ia menjadi gugup disaat seperti ini.

"Apa Rosie?" Suara Jennie yang biasanya lembut entah kemana perginya, membuat ia kembali menelan kata-kata yang sudah sempat tersusun tadi.

Chaeyoung semakin menundukkan kepalanya, takut bersitatap dengan Jennie.

Lagi pula ia belum menemukan alasan yang tepat akan luka dibibirnya ini. Setelah kembali berpikir cukup keras, denyutan di kepalanya yang tadi sempat  tak ia rasakan, kini kembali menyerangnya.

"Argh.. sakit kak." Rintihnya berbisik, satu tangannya memegang kepalanya dimana denyutan itu berada.

Jennie panik, juga mengumpat kepada dirinya sendiri, kenapa ia malah berpikiran yang tidak-tidak tentang adiknya ini dan mengabaikan bahwa Chaeyoung ke ruang kesehatan karna pusing dan tidak enak badan dan bukan karna luka dibibirnya, yang berhasil membuat ia berpikiran buruk jika adiknya ini tengah berkelahi dengan seseorang.

"Mana yang sakit sayang? Aku panggil Dokter yang bertugas ya?" Mendapati tangannya yang ditahan oleh Chaeyoung, Jennie kembali duduk menuruti perintah Chaeyoung ketika menepuk kasur disebelahnya.

"Berbaringlah." Ucap Jennie, ia ingin adiknya itu kembali beristirahat. Mengurungkan niatnya untuk memanggil dokter yang bertugas.

"Kakak juga ya?" Pinta Chaeyoung penuh harap.

Meski sedikit menunggu lama akhirnya ia melihat Jennie mengganggukan kepala, ikut berbaring di sampingnya.

Jennie membaringkan tubuhnya kearah samping, menjadikan sebelah tangannya sebagai tumpuan kepala agar lebih leluasa memandang Chaeyoung, sedangkan sebelah tangannya ia gunakan untuk memijit kepala adiknya itu.

"Apa masih sakit?" Tanya Jennie setelah cukup lama mereka dilanda keheningan diposisi tadi dan ia hanya mendapati Chaeyoung yang menggelengkan kepalanya dengan mata yang terpejam.

"Tidurlah lagi, aku akan menjagamu disini." Ujar Jennie yang sesekali mengelus kepala Chaeyoung.

Bel masuk sudah sedari tadi berdering, namun Jennie mengabaikannya tak perduli pada jam pelajarannya selanjutnya lagi. Ruang kesehatan yang sepi dengan suasana yang tenang membuat ia juga enggan untuk beranjak.

"Aku tidak bisa tertidur lagi." Balas Chaeyoung sembari membuka matanya setelah menikmati pijatan Jennie, matanya memandang lurus langi-langit ruang kesehatan yang putih bersih.

Jennie hanya menganggung menanggapi perkataan adiknya barusan.

"Apa ini sudah diobati?" Tanya Jennie yang memegang kembali luka dibibir Chaeyoung.

Chaeyoung menggeleng tak ada ringisan yang keluar seperti pertama kali tadi, tapi Jennie tau adiknya itu menahannya karna ia melihat kerutan dikening adiknya itu. Tak suka dibohongi akhirnya Jennie sedikit menambah tekanan diluka itu.

"Ugh."

"Kalau sakit bilang sakit." Suara datar Jennie membuat Chaeyoung kembali tertegun, merasa bersalah.

"Kak, demi appun ini bukan dari hasil aku yang berkelahi, tadi pagi di kelas ada yang bertengkar dan mereka hampir adu pukul namun ketika aku menengahinya pukulan itu tak sengaja mengenaiku dan yah ini hasilnya. Sunggug aku tidak berkelahi seperti yang kakak pikirkan." Jennie terenyuh mendengar penuturan Chaeyoung, ia tau adiknya itu tak akan berbohong terlihat dari matanya yang berkaca-kaca ketika menjelaskan, Jennie sangat menyesal telah berprasangka buruk.

"Maaf, seharusnya ak-"

"Tidak apa-apa, aku mengerti." Potong Chaeyoung dengan cepat sembari tersenyum, menenangkan kakaknya itu meski sebentar karna sedetik berikutnya ia meringis menahan perih dibibirnya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil obat." Tanpa menerima penolakan Jennie segera bangkit sedangkan Chaeyoung hanya bisa menghela nafas pasrah serta lega karna ia berhasil lolos dari kecurigaan Jennie.

.
.

Lisa dan Jisoo berebut masuk ketika memasuki kamar Chaeyoung, yang dengan cepat ditatap tajam oleh Jennie. Membuat Jisoo maupun Lisa menghentikan keributan mereka.

Jennie melangkah mendekati mereka dan mengajak mereka keluar karna Chaeyoung belum lama tertidur setelah meminum obat, akhirnya Jisoo dan Lisa pasrah padahal mereka sangat ingin merawat Chaeyoung.

"Ayo cepat." Ucap Jennie dengan suara pelan diambang pintu yang langsung disusul oleh kakak serta adiknya itu.

Jisoo, Jennie dan Lisa duduk di ruang keluarga mereka, hari ini orang tua mereka sedang pergi dan Jennie bersyukur akan hal itu sekarang.

"Jadi kenapa dengan Chaeyoung? Apa sakitnya parah? Apa dia sudah mendapat pengobatan?" Jujur saja Jisoo tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Disampingnya Lisa hanya diam sibuk dengan pemikirannya sekaligus masih kesal karna acara tadi sungguh lama sehingga ketika tadi ia sampai ke ruang kesehatan ternyata Jennie dan Chaeyoung telah pulang terlebih dahulu dari jam jadwal sekolah.

"Chaeyoung meminta kita untuk tidak memberi tahu Papa dan Mama, ia tak ingin membuat mereka khawatir."

Jisoo menggeram kesal setela mendengar cerita Jennie, meski alasan utama Chaeyoung sakit bukan karna pukulan salah orang tapi tetap saja kalau tak ada adegan berkelahi itu bibir adiknya itu tidak akan terluka dan menjadi tidak leluasa membuka mulut serta makan.

"Baiklah, aku juga tidak berniat memberitahu orang tua kita. Tapi awas saja aku akan mencari orang yang tak sengaja memukul Rosie." Ia saja tak pernah memukul adiknya bagaimana orang lain bisa melakukannya sekalipun itu tidak sengaja.

"Aku saja kak yang mencari tau orang itu, lagi pula aku kan sering ke kelas Chaeyoung dan mereka juga berteman denganku pasti akan mudah mencarinya." Ujar Lisa dengan cepat, ia tidak ingin cerita bohongan kembarannya itu terbongkar entah untuk alasan apa. Lisa sangat tau alasan kenapa bibir Chaeyoung terluka tanpa ia harus bertanya padanya.

Meski sampai sekarang ia tidak mengerti kenapa Chaeyoung menutupi ini semua. Sungguh ia merasa buruk sekarang ketika kembarannya itu bahkan tak mempercayainya untuk berbagi keluh kesah apa lagi ini menyangkut keselamatannya saudaranya itu. Tapi bagaimanapun Lisa sudah berjanji pada dirinya bahwa ia akan terus melindungi saudari kembarnya itu.

Serene Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang