Tentu saja sebagai pengusaha yang sukses dan sudah memiliki 2 putri yang begitu manis Tuan Kim sangat menginginkan anak lelaki sebagai penerusnya.
Begitu juga dengan orang tuanya yang sangat mengaharapkan kehadiran cucu lelaki di tengah keluarga mereka. Maka ketika mengetahui istrinya kembali mengandung Tuan Kim sungguh bahagia luar biasa.
Sayangnya kebahagian itu tak berlangsung lama setelah mengetahui lagi dan lagi anak yang dikandung istrinya merupakan anak perempuan.
Meski kekecewaan sempat menghantui mereka, keduanya kembali excited bahwa ternyata mereka akan memiliki anak kembar.
Awalnya semua berjalan mulus, tapi sejak Chaeyoung mulai menunjukkan bahwa ia membutuhkan perawatan yang ekstra membuat mereka sedikit kewalahan karna sepasang suami itu begitu menggilai pekerjaan mereka.
Mereka merasa kerepotan untuk mengasuhnya meski mereka memiliki pengasuh namun entah kenapa mereka juga enggan lepas dari peran sebagai orang tua.
Karna hal itu, sebagai pengusaha yang sukses membuat mereka sangat kerepotan mengatur segalanya, sehingga akhirnya merasa terganggu. Terlebih orang tuanya yang mendesak bahwa mereka sangat menginginkan cucu laki-laki.
Sehingga keantusiasan mereka memiliki anak kembar sedikit menghilang.
Bukannya mereka tidak pernah memiliki niatan jahat, namun semua terhenti karna kedua putri mereka sebelumnya sungguh sangat menyayangi adik mereka. Bahkan keduanya pernah terjatuh sakit saat tidak menemukan adik mereka selama beberapa hari membuat orang tuanya mengurungkan niat itu.
.
.Chaeyoung tidak pernah menyesal dilahirkan dari keluarganya sekarang meski ketika masa kanak-kanaknya sangat mempengaruhi sifatnya sekarang.
Chaeyoung tau kalau dia sangat dibedakan dengan saudara-saudaranya terlebih dengan Lisa, meski begitu Chaeyoung tidak pernah sedikitpun menaruh rasa benci pada Lisa, justru ia sangat bersyukur memiliki Lisa sebagai kembarannya.
Chaeyoung sendiri yakin Lisa menyadari perbedaan yang dilakukan oleh orang tuanya dan Chaeyoung sendiri memaklumi jika Lisa sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
Terbalik halnya dengan Lisa, anak yang sudah kelihatan aktifnya sejak kecil dan memiliki sifat yang lebih seperti anak lelaki saat itu membuat orang tuanya begitu senang karna sesungguhnya mereka sangat mengharapkan anak lelaki meski nyatanya sekarang Lisa sungguh menjelma sebagai perempuan yang cantik nan manis seperti saudara-saudaranya.
Tidak ada seorang pun dari saudaranya itu yang tau bahwa ketika transisi masa remajanya ia sering mendapat kata kasar dari orang tuanya bahkan pernah mencoba membunuhnya.
.
.Lisa benar-benar menepati janjinya untuk tidak membiarkan Chaeyoung sendiri ketika kedatangan orang tua mereka saat itu
Bahkan Lisa banyak memberi alasan agar mereka tidak lama-lama duduk bersama dengan mereka. Tentu saja Lisa mengerti meski belum lama menyadari saat itu betapa mereka sangat dibedakan dalam hal menerima kasih sayang.
Tentu saja ia dengan sigap memasang badan untuk melindungi kakaknya itu, karna ia juga ikut merasakan sesak ketika pernah mendapati perlakuan tidak adil terhadap kembarannya itu. Sungguh ia menyayangi saudarinya itu lebih dari apapun. Walaupun ia merasa apa yang ia lakukan tak cukup membantu Chaeyoung.
"Chongah, bagun lah." Lisa menggoyangkan pelan tubuh kembarannya itu agar segara bangun dari tidurnya pasalnya hari ini mereka sudah berjanji akan mengahabiskan waktu berdua diluar.
"Sebentar lagi Lisa aku merasa badanku tidak enak."
"Eh? Kau sakit? Apamu yang sakit? Kita batalkan saja kalau begitu jalan-jalannya." Dengan sigap Lisa menarik selimut yang membungkus tubuh Chaeyoung dan segera memeriksa leher, pipi serta dahi saudarinya itu.
"Bahahaha aku bercanda. Sana lah sebentar lagi aku turun."
"Sialan kau." Lisa menggerutu sembari keluar dari kamar Chaeyoung.
Chaeyoung menuruni tangga satu persatu. Ketika sampai di bawah didapatinya Jennie dan Lisa yang sedang menonton tv.
Jisoo? Sedang berada di sekolah untuk mengkuti simulasi serangkaian ujian persiapan untuk kelulusan, maka dari itu mereka libur dan Chaeyoung serta Lisa memilih ingin menghabiskan waktu di luar sedangkan Jennie memiliki urusan lain sehingga tidak bisa ikut bergabung.
"Kalian yakin ingin naik motor?" Tanya Jennie memastikan sekali lagi, padahal mereka sudah berdebat sejak tadi malam perihal ini, bahwasanya Chaeyoung dan Lisa ingin qtime berdua tanpa ada gangguan siapapun termasuk supir pribadi merka.
"Iya kak, tenang aja semua aman terkendali ditanganku." Lagi Lisa entah sudah keberapa kali meyakin kakaknya itu.
Jennie ingin membuka suara lagi namun segera ditahan Chaeyoung, "Ini bukan pertama kalinya kami pergi berdua, kak. Tidak perlu khawatir, jika ada apa-apa aku pasti akan langsung menghubungi."
Senyum menenangkan yang dilemparkan Chaeyoung membuat Jennie menghela nafasnya, mengalah.
.
.Chaeyoung mengayunkan pelan ayunannya sehingga menimbulkan sedikit suara gesekan besi yang telah berkarat di taman ini, sedangkan Lisa hanya diam tanpa berniatan mengikuti saudarinya itu, ia hanya menendang-nendang tanah tanpa niatan dengan sepatu putihnya.
Cuaca hari ini tidak mendung dan juga tidak terlalu cerah sehingga mereka memutuskan untuk bermain di taman saja.
"Lisa," Chaeyoung membasahi bibirnya ketika Lisa menoleh padanya, ada yang ingin Chaeyoung katakan setelah mereka dihinggapi keheningan yang menenangkan sejak tadi.
"Kau ingat Yeri yang sering aku ceritakan padamu ketika masih SMP?" Lisa diam sesaat, memutar kembali ingatannya pada setiap cerita Chaeyoung yang sering ia dengar melalu sambungan suara ketika itu atau melalui pesan text.
Lisa mengerjap, setelah mengingat siapa yang Chaeyoung maksud, "Temanmu yang meninggal karna kecelakaan itu?" Tanya Lisa memastikan pasalnya ketika mereka mulai memasuki SMP Lisa tinggal bersama dengan kakek dan neneknya di kota lain ada Jennie juga yang bersamanya waktu itu.
"Ya," Setelahnya Chaeyoung terdiam, ikut memutar kilas balik kejadian yang masih sangat membekas diingitannya.
Lisa yang memperhatikan Chaeyoung yang mendadak murung segera menghampirinya. Dengan kaki yang menahan tubuhnya, Lisa berjongkok, menggenggam tangan Chaeyoung dengan lembut lalu diusapnya. Seketika membuat Chaeyoung menghentikan aksinya yang mengayunkan pelan ayunannya menjadi terhenti.
Harusnya hari ini mereka bersenang-senang, tapi ntah karna hal apa pikirannya membawanya melayang kesana.
"Kau sudah berjanjikan selalu berada dipihakku?" Tanya Chaeyoung dengan perasaan putus asanya.
"Dengarkan, sekalipun seluruh isi dunia membencimu aku akan menjadi satu-satunya yang menjadi pengecualian. Percaya padaku Chaeng. Berbagilah denganku." Lisa juga bisa merasakan keputus adaan dinadanya saat berbicara.
Karna bagaimanapun, mereka pernah berpisah cukup lama, banyak cerita yang belum terucap dan didengar oleh mereka masing-masing.
Chaeyoung menggigit bibirnya, kembali bimbang padahal ia dengan jelas melihat mata Lisa yang memancarkan ketulusan dan perkataannya yang sama sekali tidak mengandung unsur kebohong.
"Lisa," Panggil Chaeyoung pelan.
"Ya?" Lisa masih setia pada posisinya menunjukkan bahwa ia sangat serius pada perkataannya.
"Perutku sedikit sakit, aku rasa aku lapar karna tidak sempat makan tadi."
"Ya. Sekarang aku membencimu Chaeyoungie."
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/204190903-288-k971800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serene
Fanfic4 bersaudara Ngga usah berekspektasi apa-apa. Ngga usah baca jikalau tidak mau ngevote. Oke? Oke. Ngga. Becanda.