Jangan lupa vote dan komen yukz
.
.Malam ini terasa begitu lebih dingin bagi Lisa. Air matanya tak kunjung berhenti meski kedua kakaknya mencoba untuk menenangkannya.
Hatinya dan pikirannya kalut. Pikiran buruk memenuhi bayangannya.
"Lisa jika kau tak berhenti, aku benar-benar tidak akan mengajakmu untuk mencari Chaeyoung besok."
Ancaman Jennie seakaan tak berpengaruh pada Lisa, gadis itu tetap menitikkan air matanya dalam diam.
Jisoo menghela nafasnya berat, ia berjalan pelan mendekati Lisa, berjongkok, menangkup kedua pipi Lisa dengan tangannya, "Berhentilah menangis atau kepalamu akan pusing dan akhirnya kau benar-benar tidak bisa ikut mencari Chaeyoung besok karna sakit, hm?"
Lisa menggigit bibirnya, berharap tangisannya itu dapat berhenti. Tersadar jika perkataan kakak tertuanya itu ada benarnya. Jadi ia tidak boleh sampai sakit.
Jennie mengusap bibir bekas gigitan Lisa sendiri. Menciumnya sekilas, lalu mengacak poni rata adiknya itu.
"Jangan sakiti dirimu sendiri. Bangkitlah, udaranya semakin dingin. Jangan sampai kau benar-benar jatuh sakit."
.
.Wendy menggandeng tangan Chaeyoung untuk menyebrangi jalan untuk sampai ke taman. Wendy ingin Chaeyoung melepas penat yang sudah mendekapnya sejak lama. Berharap Chaeyoung mampu meraih dinding bahagianya sendiri.
Sejak kemarin malam, Chaeyoung benar-benar tak lagi mengeluarkan air matanya. Meski begitu Wendy masih dapat melihat kesedihan teramat dalam memenuhi mata Chaeyoung. Gelap, tak memiliki cahaya kehidupan yang menjadi penghuni disana.
"Jangan memandangiku seperti itu, apa ada sesuatu yang aneh di wajahku?" Suara Chaeyoung menyentak kesadaran Wendy, tak sadar juga ternyata mereka telah duduk dibawah pepohonan rindang tanpa alas apapun.
"Tidak," Wendy mengalihkan pandangannya setelah menjawab singkat. Wendy merasa ada yang tidak beres didiri Chaeyoung setelah kejadian kemarin.
Keduanya diselimuti oleh keheningan.
Sibuk dengan pemikirannya masing-masing.Entah kenapa Chaeyoung jadi teringat pada Lisa, saat mereka juga tengah berada di taman dan saling diam. Chaeyoung menyukai ketenangan dalam diam mereka saat itu. Saat itu ia begitu percaya bahwa takdir tak selalu membuatnya menderita. Bahwa suatu saat ia pasti akan bahagia tanpa menggendong beban apapun lagi.
"Aku rasa aku akan benar-benar pergi dari hidup mereka."
Wendy menoleh cepat, menatap Chaeyoung yang sedang tersenyum tipis.
"Kemarilah," Chaeyoung mendekat, menghantarkan tubuhnya pada Wendy yang tengah merentangkan tangannya.
"Apapun pilihanmu, aku tetap berada di sampingmu. Ayo jalani hidup yang baru." Wendy memeluk Chaeyoung dengan erat, mendekapnya bak barang rapuh. Tak akan ia biarkan orang lain untuk menghancurkan Chaeyoung lagi.
.
.Lisa mendesah berat, ia lelah namun tak ingin memejamkan matanya. Ia takut akan melewatkan kesempatan untuk bertemu kembarannya tersebut.
Mereka kini tengah berada di sekitaran tempat tinggal milik Wendy. Sebuah kebetulan atau entah apa mereka bertemu dengan Irene di sebuah pusat perbelanjaan dimana Chaeyoung dan Lisa bertemu untuk pertama kalinya setelah menghilangnya Chaeyoung.
Lisa memaksa kakaknya, meniti asa agar mereka akan bertemu lagi disana namun tak kunjung jua mereka melihat batang hidung saudara mereka itu. Di tengah keputus asaan mereka yang tak kunjung menemukan keberadaan Chaeyoung, Irene datang menghampiri mereka. Menyapa ketiga bersaudara itu dengan hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serene
Fanfiction4 bersaudara Ngga usah berekspektasi apa-apa. Ngga usah baca jikalau tidak mau ngevote. Oke? Oke. Ngga. Becanda.