Chaeyoung pikir setelah kakak tingkatnya itu menyelesaikan ujian kelulusan sekolah maka ia akan terbebas dari siksasan itu.
Nyatanya harapannya hanyalah sebatas harapan semu. Padahal beberapa hari lagi sekolah mereka akan mengadakan upacara kelulusan untuk seangkatan kakaknya, Jisoo. Yang dimana itu juga tak jauh dari hari ulang tahun dan keberangkatannya.
Sekarang ia hanya bisa pasrah ditangan kakak kelasnya tersebut. Tentu saja ia telah berbohong mengatakan ia pergi untuk keperluan sekolah dimana nyatanya ia tengah berada dipengawasan Irene sekarang.
"Sebenarnya tujuan utamaku adalah melihat Jisoo yang tersiksa melihatmu tak berdaya seperti ini. Sayangnya justru kembaranmulah yang sering mendapatimu dalam keadaan kacau, kutau Lisa juga merupakan anak kesayangan Kim brengsek itu tapi tetap saja rasanya kurang." Chaeyoung hanya diam mendengar monolog kakak kelasnya tersebut, ia tau kakak kelasnya itu tak berharap sedikitpun pada Chaeyoung untuk membalas perkatannya.
"Aku merindukan adikku." Suara putus asa yang tak pernah Chaeyoung dengar dari Irene membuat Chaeyoung terenyuh, karna ia juga merasakannya, merasalakan hal yang sama.
"Aku harus bagaimana?" Lidah Chaeyoung terasa kelu tatkala Irene menatapnya dengan pandangan kosong.
"Hahaha lihatlah wajah menyedihkanmu itu." Belum sempat Chaeyoung memahami padangan Irene yang tadinya kosong dan seketika berubah menjadi beringas.
Sebuah pukulan mendarat telak ditubuhnya, membuat ia terbatuk.
Sebelum pukulan lainnya ia terima, Chaeyoung dapat melihat Irene yang melangkah menjauh. Sampai saat ini Chaeyoung tak mengerti, selama ia mendapati kekerasan ini tak sekalipun Irene memperhatikannya atau ikut melakukannya.
Lagi, Chaeyoung terbatuk saat pukulan kali ini mengenai ulu hatinya, bahkan rasanya berkali-kali lipat dari rasa sakit yang biasa ia terima. Demi apapun Chaeyoung merasa ia kesulitan untuk bernafas.
Seakan tak mengenal ampun, orang-orang yang badannya yang Chaeyoung ketahui lebih besar darinya ini tetap saja menghujami tubuhnya dengan berbagai pukulan.
Uhuk
Bertepatan batuknya yang sudah beberapa kali terdengar serta cairan kental bewarna merah ikut keluar dari mulutnya. Sebuah suara yang ia yakini milik Irene terdengar. Disaat itu juga ia luruh ke bawah karna sudah tidak diapit lagi oleh orang suruhan kakak kelasnya tersebut.
"Aku tidak menyuruh kalian untuk melukai wajahnya."
"Maaf nona, saya tidak sengaja karna ia meludahi saya." Chaeyoung tersenyum miring ditengah rasa sakit yang melandanya, sedikit bangga juga dapat melakukan perlawanan yang tidak berarti tersebut.
Ia masih ingat dan sangat kesal ketika sebuah benda tumpul mendarat dipunggungnya, yang membuat ia mengerang kuat dan ketika secara kasar orang tersebut mencengkram kedua pipinya ia langsung saja meludah secara reflek juga.
"Kak, bisa kau membunuhku saja?" Dengan tarikan nafasnya yang berat Chaeyoung akhirnya mampu melepehkan apa yang berada di hatinya yang sedari tadi ia pendam.
"Oh ayolah Rosie, kau tau kan kau bukan tujuan utamaku? Aku tidak ingin Kim sialan itu kesenangan mendengar berita kematianmu."
Ketkika dirasakan tubuhnya benar-benar memberontak kesakitan sekarang, Chaeyoung berusaha keras agar kesadarannya tetap terjaga, "Hidup mereka selama ini sudah terlalu sulit karnaku, lebih baik kau menghabisiku. Kau pasti tau seberapa besar mereka menyanyangiku, jadi dengan membunuhku mereka juga pasti merasakan hal yang sama sepertimu."
"Itu bukan bagian dari rencanaku, tujuanku hanya Kim. Dia harus menerima ganjaran yang setimpal. Kau? Apa kau sudah merasa sangat putus asa karna begitu sangat tidak diinginkan Chaeyoung?" Irene mendekat, mensejajarkan dirinya dengan Chaeyoung yang tengah duduk bersandar pada salah satu tiang yang berada disana.
"Aku tau kau orang yang baik, aku tau kau tak sepantasnya mendapatkan perlakuan ini. Tapi sungguh Chaaeyoung melihatmu yang masih mendapatkan banyak kasih sayang dari mereka membuatku iri dan sakit bersamaan. Harusnya Yeri dan aku yang melakukan itu, harusnya kau yang menempati posisi Yeri sekarang. Kau tau apa yang terjadi padaku, dan aku ingin Kim si pembunuh itu merasakan apa yang ku rasakan dan tentunya bukan kau yang mampu membuat dia hancur. Aku hanya ingin melihat reaksi mereka jika mendapatimu seperti ini tapi sayangnya tak berjalan lancar karna aku juga masih terlalu takut saat itu. Tapi untuk sekarang? Tenanglah sebentar lagi semuanya akan selesai."
"Mereka tidak tau apa-apa." Lirih Chaeyoung, menahan rasa sakit yang menyerang semua bagian tubuhnya.
"Begitu juga dengan Yeri." Irene menghela nafasnya, ada sesuatu di dalam dirinya yang memberontak dengan perlakuannya namun dengan cepat ia bungkam dengan egonya yang lebih besar. Ia sudah melangkah sejauh ini dan tidak ingin semuanya berantakan.
Chaeyoung tidak mengeluarkan sepatah kata apapun lagi, nafasnya bahkan terasa sangat berat dan sakit ketika ia mencoba menarik nafasnya.
Samar-samar dilihatnya Irene yang telah melangkah jauh, tak lama dirasakannya lagi sebuah tangan besar yang menariknya secara paksa.
Chaeyoung akan sangat berterimaksih jika akhirnya Irene mengubah rencananya.
Setelahnya Chaeyoung tidak merasakan apapun lagi karna rasa sakit diseluruh tubuhnya sangat menyiksanya datang lagi.
Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mengerang kesakitan, belum lagi ia benar-benar kesulitan untuk meraih nafasnya bahkan untuk sekali tarikan saja.
Seketika ia merasakan tubuhnya mati rasa, telinganya berdengung hebat, di tengah dengungangan hebat itu secara samar ia dapat mendengar Irene yang meneriakkan namanya.
Sebelum akhirnya ia meraskan pasokan oksigen disekitarnya semakin menipis dan matanya yang mulai terpejam. Gelap.
"BAJINGAN. KENAPA KALIAN BERTINDAK SEJAUH INI? AKU TIDAK MENYURUH KALIAN MENGHABISINYA."
Irene berteriak keras sampai memperlihatkan urat-uratnya tercetak jelas. Demi apapun ini sungguh di luar rencananya ketika melihat tubuh Chaeyoung yang terbaring dengan matanya yang telah tertutup rapat.
.
.End.
Dichapter ini.Sejauh ini apa tanggapan kalian?
Setelah kuhitung, kurang dari seminggu alias 7 hari aku udah up 5 chapter, apa tidak bosan? 😭
Jujur aja sih, setiap targetku lebih maka secepat itu juga ideku muncul makanya sering up wkwk. Thank guys buat 6k views + 1k votesnya, it means a lot to me 💕
Aku ga masalah kalo kalian silent riders, mayan kok naikin views 💕
Tapi kalo bisa..
VOTE LAH WOI SUSAH BENER KEKNYA NEKAN TANDA BINTANG DI POJOK KIRI BAWAHMaaf kalo jarang bales komen, bukan gimana-mana tapi asli kadang suka bingung apa lagi kalo "next, lanjut, lagi." Karna pasti akan diselesaikan, but terimakasih banget masih mau nyempetin komen 🙏
Sampai jumpa dichapter selanjutnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Serene
Fanfiction4 bersaudara Ngga usah berekspektasi apa-apa. Ngga usah baca jikalau tidak mau ngevote. Oke? Oke. Ngga. Becanda.