"Fuck.... mean brengsek... shit!! Badanku sakit semua. Dasar iblis sialan! Pembohong! Tukang ingkar janji!!. Harusnya aku tidak kembali dan minta maaf kemarin! Harusnya aku tidak usah mendengarkan perkataan gun! Harusnya aku tidak memprovokasinya? Shit!!!!! Berarti ini semua salahku?!".
Sejak matanya terbuka siang itu, pikiran kesal dan amarahlah yang mengisi pikiran plan.
Dia ingin mencekik seseorang, dia ingin berteriak sekencang kencangnya, dia ingin mengobrak abrik isi rumah, dan yang terpenting dia ingin kembali ke beberapa jam lalu dan menghajar dirinya sendiri agar tidak banyak bicara.
Badannya sakit hingga serasa remuk, bergerak sedikit saja rasanya tidak sanggup, jangankan bergerak, bicara saja membuat tubuhnya sakit seakan ditimpah lemari besi.
"Jangan pernah memprovokasi pria yang sudah menahan hasrat selama lebih dari 10 tahun jika tidak ingin mati!". Teriak plan dalam pikirannya. "Dan si brengsek ini dengan enaknya tidur! Dia bahkan tidak tampak menyesal dalam tidurnya!? Shit!! Kau lihat saja! Jangan panggil aku plan jika aku tidak bisa membalasmu! Aku tidak perduli walau aku akan mematahkan tulang tulangku! Kau akan kubuat merasakan sakit yang sama! Atau setidaknya akan kubuat kau tidak bisa kemana mana!".
Perlahan demi perlahan walaupun sangat sakit, plan menyeret tubuhnya masuk kedalam selimut tebal yang sejak tadi membungkus dua tubuh telanjang didalamnya.
"Jangan pernah membuatku marah sayang!". Kata plan didalam selimut tepat dimana posisi tubuh bagian bawah mean berada.
*hening*
"Akh....................!!!!!!!!!!".
Suara teriakan mean menggelegar ke seluruh penjuru rumahnya membuat semua pegawai dirumah besar itu memberhentikan aktivitas mereka sejenak dan mencoba memastikan suara mengerikan apa tadi yang mereka dengar dan dari mana asal suara itu.
"Plan.......!!!!!!".
Kembali para pegawai itu mendengar gelegar teriakan seseorang. Tapi kali ini mereka paham dari mana sumber suara itu dan memilih untuk mengabaikannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~Flash back beberapa jam lalu~
"Huft..........". Keluh plan dengan ekspresi malas menatap heran mean yang sedari tadi mondar mandir dikamar mereka melakukan ini dan itu.
"Oh..., kau belum juga makan? Cepat makan lalu minum obatmu". Kata mean setelah mendengar keluh hembusan napas plan dan mendapati plan tengah menatapnya tajam dan tidak menyentuh makanannya.
"Bukannya kau membawaku pulang untuk seks? Making love?! Berhubungan badan?!!".
"What the.......?!". Jawab mean dengan ekspresi kaget mendengar plan mengucapkan kata kata vulgar dari mulutnya.
*brak*
Secepat kilat mean menutup pintu kamarnya yang tadi terbuka, takut para pelayan dirumahnya mendengar perkataan plan.
"Kau....!, apa kau pikir aku ini tidak punya hati? Apa kau kira isi otakku ini hanya seks? Yang terpenting sembuhkan dulu kakimu. Yang lain bisa menyusul".
Plan tidak menjawab cacian mean dan hanya menatapnya dengan ekspresi seakan plan sedang mendengar omong kosong paling menggelikan didunia.
"What?!". Kembali mean bertanya, dia penasaran dengan apa yang saat ini ada dipikiran plan.
"Apa kau manusia? Kau bilang selama ini kau hanya memikirkanku dan tidak pernah menyentuh siapapun. Bagaimana caramu menahan hasratmu?. Sekarang adalah waktu yang tepat dan kau tetap tidak mau melakukannya? Lalu mau kapan?!".
YOU ARE READING
Forever, Mine ( End )
FanfictionPlan yang konyol, dan mean yang serius. Lucu tapi ada sedihnya. "Sedikit random, dan hayal seperti yang menulis". 🤓🤣🤭 Anda bingung di vol 1, lanjut baca. Anda akan paham 😎 *Cerita ini berlanjut ke The Piravich triplet diary*