The Triplets piravich's diary (2)

986 110 10
                                    

*Triplets piravich berusia 9 tahun*

~Plan Pov~

Aku berjalan keluar dari mobilku yang baru saja kuparkirkan setelah mengurusi beberapa urusan bisnisku dengan perth yang sampai sekarang masih betah menyendiri ditempat yang sangat jauh dari sini.

Tunggu, apa tadi aku bilang menyendiri?.

Hmn, sebenarnya kata menyendiri kurang tepat karena dia tidak benar benar sendiri. Dia kini hidup bersama dua jagoan penurutnya.

Ah........, membicarakan dua jagoan perth aku jadi ingat tiga bocah piravich dirumah.

Mean selalu mengeluh aku terlalu santai dalam mengurus anak anak. Dia berkata aku harus tegas dan ketat mendidik mereka karena ketiganya memiliki karakter yang terlalu unik dan kuat.

Gale yang perfectionist, stormy yang berjiwa bebas, dan si bungsu blizzard kesayangan mean, yang misterius.

Dari ketiganya, yang menurutku paling mengkhawatirkan adalah blizzard. Blizzard paling lihai dalam menyembunyikan isi pikirannya. Dia bisa membuat semua orang jatuh hati padanya dan berbelok mendukung kemauannya.

Blizzard terbiasa mengamati dalam diam. Dia mengawasi situasi dan merencanakan sesuatu dengan matang. Dia tau manusia tidak akan patuh dengan paksaan dan akan mengalah pada kelembutan.

Kurasa mean belum menyadari jika bayi cantik kesayangannya bisa berfikir sejauh itu.

Aku bisa memahami blizzard dan aku selalu mencoba memberikannya yang terbaik karena aku pernah diposisi blizzard. Aku sedikit banyak tau apa yang saat ini dirasakannya. Saat ini dia masih mencari jati dirinya yang sebenarnya, dia ada disituasi dimana dia menyadari bahwa dia berbeda dari kedua kakaknya dan teman temannya yang lain.

"Weekk 🤪 tidak mau......". Aku mendengar suara cekikikan stormy ketika aku akan membuka pintu rumah kami. Dan nampaknya mean hari ini tidak pergi ke kantor.

Huft..........

Jika dirumah ada mean dan stormy, artinya hari ini rumah akan ramai. 🙄

~plan pov end~

********************

"Ayah lihat!". Stormy berlari keluar dari kamar tidur mean dan plan mengenakan setelan jas mean yang menenggelamkan tubuh mungilnya.

"Oh tuhan.....". Kata mean memijat dahinya. Dia segera berdiri dan berjalan menuju kamarnya. "Stormy..!!!!". Teriak mean dari kamarnya.

Stormy yang mendengar amukan mean hanya tersenyum nakal menunggu ayahnya keluar untuk mengejarnya.

"Lihat lemari baju ayah sudah obrak abrik! Ayah sudah merapikannya sebanyak empat kali karena ulah mu. Oh! Dan dari mana jas itu kau ambil?!". Kata mean nampak panik setelah menyadari bahwa jas yang digunakan stormy bukan jas biasa, namun jas yang dulu mean gunakan diacara pernikahannya.

"Dari lemari ayahlah, masa dari lemari kakek. Lemari kakekkan ada dirumah kakek". Jawab stormy dengan gaya khasnya yang nakal.

"Ayo lepas!". Pinta mean bertolak pinggang.

"Tidak mau". Jawab stormy sengaja berjoget joget untuk membuat mean semakin kesal.

"Oh kau....!". Mean mengeratkan rahangnya dan mulai menatap sekitarnya mencari sesuatu. "Buka dan kembalikan lagi ketempat semula! Jika tidak, ayah akan ikat kau dipintu gerbang rumah biar nanti saat paman pemungut sampah datang kau akan dibawanya dan dibuang sekalian". Ancam mean pada jagoannya itu dengan tali yang sudah ada ditangannya. Namun begitulah.... siapa yang bisa membuat seorang stormy ketakutan?.

Forever, Mine ( End )Where stories live. Discover now