"Aigoo Nana-ya aku merindukanmu. " Haechan berlari dan memeluk Jaemin yang baru saja tiba didalam kelasnya.
"Hei jangan menyentuh adikku!"
"Nana saja tidak marah, kenapa kau yang marah. " Haechan mengerucutkan bibirnya. Masih dalam memeluk Jaemin.
"Chan, sudah. Aku mau meletakkan tas ku, ini sangat berat. "Haechan melepaskan pelukannya dari Jaemin.
"Na, kau benar-benar sudah sehat? "
"Iya Chan. "
"Kau tau aku benar-benar khawatir saat kau digendong Jeno dalam kondisi tidak sadar, Na. Bagaimana bisa kau seperti itu? "
"Aku buta arah, Chan, hehe. " Jaemin terkekeh dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kenapa tak mau mengajakku kalau seperti itu. "
"Ah sudah, Chan. Kan sudah selesai, kenapa kau begitu cerewet? "
"Yak Lee Jeno, aku tak berbicara denganmu. "
"Terserah kau. "
***
Saat ini Jeno, Haechan dan Jaemin sedang berada di kantin, dan menunggu makan siangnya datang.
"Aku mau ke toilet dulu. " Ucap Jaemin.
"Mau aku antar? " Tanya Jeno.
"Tidak hyung, aku hanya sebentar. "
"Segera kembali, Na. " Ucap Haechan.
Jaemin hanya mengangguk dan segera berlari menuju kamar mandi.
Jaemin mencuci tangannya pada wastafel di kamar mandi. Tanpa sadar darah menetes dari hidungnya.
"Aigoo." Jaemin mendongak dan mengambil tissu yang ada disebelah wastafel. Menyeka darah yang terus keluar dari hidungnya. Kepalanya mulai pening sekarang.
Setelah darahnya tidak lagi keluar dari hidungnya, Jaemin segera kembali ke kantin, tapi baru saja keluar dari kamar mandi, langkahnya mulai oleng, kepalanya sangat pening, bahkan pandangannya mulai memburam,Jaemin terus berjalan dan mengerjapkan matanya.
Dia hampir sampai pada tempat duduknya, disana ada Jeno dan Haechan yang sedang berbincang. Jaemin tidak mampu berjalan dengan cepat, dia meraih tembok untuk berpegangan dan menahan tubuhnya.
Jeno menoleh pada Jaemin yang berdiri tak jauh darinya. Tak menyadari dengan kondisi Jaemin saat ini.
"Nana, cepatlah. Makananmu sudah hampir dingin. " Ucap Jeno.
Jaemin menoleh pada Jeno yang memanggilnya.
"Iya hyung. " Jawab Jaemin, dan segera melangkahkan kakinya, dia berjalan seolah-olah tidak ada yang salah dari tubuhnya.
Tapi saat berjalan menuju tempatnya, dari arah lain, Mark dan teman-temannya berlari tanpa menyadari ada Jaemin disana, sehingga membuat Jaemin tersungkur, pada saat itulah Jaemin tak sadarkan diri, sedangkan Mark dan teman-temannya tak memperdulikan Jaemin yang sudah terkulai lemas. Lain halnya dengan Jeno dan Haechan yang membelalakkan matanya saat melihat Jaemin yang terpental begitu saja.
"Nana! " Teriak Jeno dan Haechan, kemudian keduanya segera bangkit dan menghampiri Jaemin.
Jeno menopang tubuh Jaemin dengan lengannya.
"Na bangun. " Ucap Jeno, air matanya mulai mengalir. Jaemin benar-benar tak sadarkan diri.
"Telepon Jae hyung. " Perintah Jeno.
Mendengar perintah dari Jeno, Haechan segera menelepon Jaehyun.
"Sebentar lagi Jae hyung akan kemari, Jen. Kau tenang dulu ya. "
***
Jaehyun telah tiba di sekolah Jaemin sekarang, dan Jaemin sudah berada di dalam mobilnya.
"Jen, kau tidak usah ikut terlebih dahulu, kau lanjutkan saja sekolahmu,nanti jika kau sudah pulang, hyung menjemputmu. " Ucap Jaehyun.
Jeno yang masih terisak dalam rangkulan Haechan hanya menganggukkan kepalanya.
"Haechan, hyung minta kau menjaga Jeno dulu ya. "
"Iya hyung. "
Detik setelahnya Jaehyun melakukan mobilnya menuju rumah sakit.
***
Jaemin telah ditangani oleh Jhonny, dan saat ini Jhonny dan Jaehyun sedang berbincang diruang rawat Jaemin. Sedangkan Jaemin masih dalam kondisi tidak sadar dengan nasalcanula yang terpasang di hidungnya.
"Hyung bagaimana kondisinya? " Tanya Jaehyun
"Bagaimana bisa seperti ini Jae? " Ucap Jhonny.
"Jeno bilang dia tadi tidak sengaja tertabrak oleh teman-temannya sehingga membuatnya terhuyung, hyung. "
"Aku rasa sebelumnya Jaemin mimisan sehingga membuat kepalanya sakit, Jae. "
"Aku tidak tau, hyung. Apakah ini salah satu efek penyakitnya? "
"Iya, mimisan dan pusing adalah salah satu efek dari penyakitnya. Kau harus membujuknya untuk kemoterapi, Jae. Kita harus segera melakukan tindakan agar kangker nya tak menyebar dengan cepat. "
Disisi lain Jaemin yang sudah mulai tersadar dengan jelas mendengar penuturan dari Jhonny.
"Ja-jadi, aku kang-ker, hyung. " Jaemin mulai terisak. Jaehyun dan Jhonny yang mendengarnya menoleh pada Jaemin.
"Nana." Jaehyun mendekat kearah Jaemin, dan meraih tangan Jaemin, namun yang Jaehyun tak menyangka, Jaemin menepis tangannya.
"Na,maaf." Ucap Jaehyun, Jaemin sudah terisak sekarang.
"Jadi aku akan mati kan hyung hiks. "
"Tidak, Na. Kau akan sembuh. "
"Kalian mengobrolah, aku permisi dulu. " Ucap Jhonny kemudian keluar dari kamar Jaemin, berniat tidak ingin mengganggu urusan adik kakak itu.
"Kau berbohong, hyung. "
"Nana, maaf. "
"KENAPA KAU TAK MENGUCAPKAN INI SEJAK AWAL HYUNG, KENAPA KAU TAK MENGATAKANNYA PADAKU? " Jaehyun segera memeluk Jaemin yang semakin terisak, tak sadar, dia juga terisak sekarang.
"Hyung baru saja mengetahui jika kau divonis kangker saat kau masuk rumah sakit beberapa hari lalu, Na. Dan hyung masih belum memberitahumu karena hyung takut kau akan semakin down saat itu. "
"Hyung hiks aku tidak mau hiks. "
"Hyung akan melakukan apapun untuk kesembuhan mu, Na. Kau masih bisa melakukan kemoterapi. "
Jaemin melepas pelukan dari Jaehyun. "Hyung apakah aku benar-benar berdosa sehingga Tuhan memberiku penyakit yang begitu mengerikan seperti ini? Apa itu semua karena kesalahanku dimasa lalu? Sehingga Tuhan menghukummu saat ini? "
Jaehyun menangkup wajah Jaemin. "Tidak, Na. Sakit ini bukan hukuman dari Tuhan, ini anugrah, Tuhan tau kau pasti bisa melewati ujiannya, dan itu semua bukan salahmu, Na. Itu adalah takdir Tuhan. "
Jaemin kembali terisak. "Jangan sampai yang lain tau dengan kondisiku, hyung. " Jaemin kembali memeluk Jaehyun.
"Kau pasti sembuh, Na. "
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated •NA JAEMIN (END)
FanficWe are family • Brothership ⚠NCT Story ⚠Semi baku