part 2 ~ Sekolah

5.1K 254 1
                                    

Seorang pria tengah termenung, menatap sedu ke arah pintu. Sesekali dia menghela nafas melirik ke arah berkas yang harus dia selesaikan secepatnya. Bukan tanpa alasan, dia tengah memikirkan masa lalu. Masa lalu yang masih membekas di ingatannya.

Sudah sekitar tujuh belas tahun dia meninggalkan negara asalnya, ah.. tidak sebenarnya dia memang keturunan Korea-Indonesia. Tapi meninggalkan tempat yang menjadi awal cinta pertamanya membuatnya harus rela kehilangan segalanya.

Bahkan dia harus meninggalkan kedua anak kembarnya yang lain. Rasanya menyedihkan tapi dia tidak bisa kembali ke masa lalu dan mengubahnya. Hatinya sakit mengingat perselingkuhan mantan istrinya pada hari itu, jika saja rasa cemburu tidak hadir padanya. Pasti dia akan mempertahankan pernikahannya, nyatanya nasi sudah menjadi bubur.

Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan sekarang. Awalnya sulit mengingat dia seorang pengusaha dan harus merawat satu anak. Tapi seperti sebuah roda semuanya berjalan normal sampai putrinya sudah sebesar sekarang. Jika diingat saat itu dia mengambil salah satu anaknya secara asal, yang terpenting ia masih bisa merawat anak kandungnya walau satu.

Dan selama ini, dia menyembunyikan semuanya dari Kiran. Soal ibu kandungnya bahkan alasan keduanya bercerai. Bahkan dia menyembunyikan soal saudara kembar Kiran yang masih di Indonesia.

"Dasar wanita murahan"

Pintu ruangannya diketuk membuat ia mendongak menatap pintu bercat putih itu. Saat terbuka wajah sang anaklah yang muncul membuatnya tersenyum.

"Kiran?! Ada apa?"

"Ayah, ini laporan perusahaan yang aku kelola" 

Andrian menerima laporan dari anaknya tatapannya menelisik melihat pakaian anak perempuannya yang sudah rapi.

"Sudah mau sekolah"

"Iya yah, permisi"

Kiran pergi meninggalkan Andrian yang tengah menghela nafas karena sikap anaknya yang dingin itu, walau ia tau itu semua juga akibat didikannya selama ini.

"Maafkan ayah kiran"

Sebuah dering ponsel membuat Andrian mengalihkan perhatiannya, tatapannya melihat nama yang tertera di ponselnya.

"Ya kenapa?"

"Maaf tuan, mantan istri tuan dan kedua anak kembar tuan berada di Jepang sekarang"

"Apa!!"

Andrian terkejut sudah sejak lama ia menghindari mereka tapi sekarang mereka sangat dekat dengannya, berada di negara yang sama membuat Andrian takut jika kiran mengetahui tentang mereka.

"Perhatikan gerak gerik mereka, jangan sampai salah satu dari mereka bertemu dengan Kiran. Mengerti?"

"Baik tuan, saya mengerti"

Sambungan terputus membuat Andrian terdiam ia melihat rak buku besar di sisi kiri ruang kerjanya. Tanpa kata ia melangkah menuju rak buku itu.

Tangannya dibiarkan untuk menyentuh setiap buku di sana hingga ia mengambil buku merah dengan nomor 905.

Sebuah tombol terlihat dengan jelas berada di dalam buku merah yang telah ia buka itu. Saat tombol itu ia tekan rak buku besar itu bergeser memperlihatkan pintu putih dengan ukiran berwarna merah disana.

Pintu itu ia buka, memperlihatkan sebuah ruangan yang cukup besar di dalamnya. Matanya menatap nanar sebuah lukisan yang memperlihatkan dirinya dan sang mantan istri tengah bersama ketiga anak kembarnya. Air matanya jatuh, dia sangat merindukan kedua anaknya yang lain membuatnya mengelus lukisan kedua anaknya.

Jauh di dalam lubuk hatinya dia sangat membenci perceraian dirinya dengan sang mantan istri yang membuat ia harus berpisah dengan kedua anaknya.

"Maafkan ayah"

"Ayah ingin bertemu dengan kalian"

***

Seorang perempuan dengan seragam SMA tengah berjalan pelan melewati koridor sekolahnya. Tangan kanannya memegang sebuah tablet dan tangan kirinya membenarkan earphone yang tengah menutupi telinganya.

Banyak pasang mata menatapnya membuatnya  binggung, memang dirinya selalu ditatap siswa siswi lain namun kali ini berbeda. Karena dia tak peduli dengan hal itu dia hanya mengabaikannya dan melanjutkan jalannya. Sesekali banyak siswa maupun siswi yang menatapnya dan ia terus mengabaikannya sampai di kelas.

Saat memasuki kelas semua siswa-siswi menatapnya lalu saling berbisik satu sama lain. Ia mengabaikannya lagi dan lagi dengan mengerjakan berkas-berkas perusahaannya. Bel berbunyi tanda pelajaran dimulai, dengan berat hati ia melepaskan earphone dan tabletnya.

Seorang guru masuk dengan wajah ceria, ia dikenal sebagai guru yang sangat baik hati dan ceria membuat semua murid begitu suka dengannya.

"Pagi anak-anak, kalian sudah dengar soal anak baru pindahan Indonesia itu"

"Pagi bu, iya kami tau" sahut semua murid kecuali perempuan yang duduk dibelakang membuat sang guru menatapnya.

"Yuna, apa kau belum tau"

Kiran hanya menggeleng pelan membuat sang guru menghela nafas. Yuna adalah nama Kiran di Jepang, dan itu adalah nama yang sudah dia gunaka selama tujuh belas tahun.

"Eh..tunggu!, jika ibu lihat kau sangat mirip dengan mereka"

'Mirip?!, mereka siapa?' batin kiran

"Mungkin ibu hanya salah lihat" ucap sang guru langsung memulai pembelajaran

***

Tatapannya terlihat begitu senang, berbeda dengan saudara kembarnya yang hanya tersenyum tipis. Mereka adalah anak baru dari SMA terkenal di Jepang. Bahkan guru yang menjadi wali kelasnya saja binggung saat ia melihat dengan jelas wajah mereka.

"Kalian kembar bukan?"

"Iya, kami kembar bu" sahut anak laki-laki itu.

"Maaf, saya mohon agar kedua anak saya berada dalam kelas yang sama" sahut seorang wanita yang berada tepat di depan guru tersebut.

"Tentu, saya akan melakukannya. Tapi bu wajah mereka seperti tidak asing, apa mereka memiliki saudara kembar lagi?" tanya sang guru membuat wanita itu terdiam.

"Kenapa ibu bilang begitu?"

"Wajah salah satu murid di sini mirip dengan anak-anak ibu" jelas sang guru membuat wanita itu membatu apalagi dengan wajah terkejut kenzie dan karin.

"Kenzie, karin, bisa tinggalkan ibu sebentar" minta wanita itu pada kedua anak kembarnya yang diangguki mereka walau mereka terlihat tak setuju.

"Apakah dia perempuan" tanya wanita itu pada guru di depannnya.

"Iya, kalau tidak salah nama aslinya Kirania Agatha"

Wanita itu membeku, air matanya jatuh begitu saja saat mendengar nama yang begitu ia rindukan.

"Dimana kelasnya?"

"2-4"

Pintu terbuka di sana dapat ia lihat seorang pria dengan setelan jas tengah masuk dengan berkas entah apa.

"Anak saya Yuna akan keluar dari sekolah ini"

TBC

Gimana nih, pada gak sabarnya nunggu aku up. He..maaf deh, aku sibuk sama tugas sekolah sih jadi baru bisa up sekarang.

Selamat membaca semua

Triplets [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang