6

681 89 1
                                    

"Mah, aku mau terima tawaran Mama."

•-•

Kini Soobin, Mama dan Papa nya sedang berada di ruang keluarga. Mereka tengah berbicara serius. Soobin tidak tahan lagi oleh pertanyaan yang sering dilontarkan oleh kedua orangtua nya itu, pertanyaan yang terdengar membosankan.

"Mah," ucap Soobin.

Moonbyul dan Minhyuk yang sedang terdiam dengan segera menoleh ke arah anak bungsunya itu.

"Iya, nak?" tanya Moonbyul dengan nada yang lembut.

"Sebelumnya, Soobin mau tanya. Apa alasan kalian maksa Soobin jadi idol?"

"Emm.." Moonbyul-- selaku Mama Soobin sedikit ragu untuk menjelaskan alasan nya. Namun, Minhyuk-- selaku Papa Soobin segera menyela ucapan istrinya itu.

"Karena, Papa sama Mama udah ada kesepakatan bisnis dengan rekan kerja kami. Sebagai balasan, dan juga kesempatan bagus buat kamu, mereka sudah berjanji pada kami akan merekrut kamu jadi trainee, meskipun kamu gak secara langsung jadi idol."

Bentar, Soobin agak mencerna perkataan Papa nya itu. Ia disuruh seperti itu karena kerjasama antara orangtuanya dengan rekan bisnis mereka? Jadi, maksudnya?

"Papa jual Soobin ke temen kalian?" tanya Soobin dengan perasaan dan raut wajah yang sulit diartikan.

"Bukan gitu sayang-" Baru saja Moonbyul akan menahan Soobin dan menjelaskannya secara jelas, namun Soobin memotong ucapan ibunya itu.

"Mah, aku mau terima tawaran Mama." Moonbyul dan Minhyuk tercengang, karena tiba-tiba anak bungsunya ini menerima tawaran yang sudah beberapa hari ini dipertanyakan.

"Soobin terima. Toh percuma kalo Soobin tolak, pasti ujungnya kalian maksa," ujar Soobin, lalu beranjak pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang merasa resah apalagi bersalah.

Sebenarnya Soobin ragu dengan jawabannya sendiri, karena bagaimanapun posisinya sekarang yaitu terpaksa dan dipaksa. Jadi meskipun ia bersikeras untuk menolak, orangtuanya tetap tak akan mendengar perkataannya.

Soobin memutuskan untuk ke kamarnya, mengunci pintu dan merebahkan tubuhnya ke kasur berukuran king size itu.

Seharian ini ia tidak bertemu dengan kakaknya, entah kenapa. Tapi sepertinya bukan hal bagus juga jika ada kakaknya di rumah, karena mungkin saja saat ini Soobin sudah dimarahi atau bahkan diceramahi agar menolak permintaan orangtuanya lagi.

...

Keesokan harinya..

"Kak, ada kak Sanha?"

"Eh. Hai dek, sebentar ya kakak panggil dulu." Shuhua segera masuk ke dalam kelasnya untuk mencari keberadaan Sanha, karena ada yang mencarinya, siapa lagi kalau bukan Soobin.

Di dalam kelas, Shuhua mencari Sanha ke setiap sudut ruangan, namun dilihat lagi Sanha tak ada disana.

"Duh, maaf dek. Tapi Sanha kayanya lagi keluar kelas deh," ucap Shuhua dengan raut wajah bersalahnya.

"Ah, gitu ya. Yaudah gak apa-apa kak, nanti bilang aja aku nyari kak Sanha." Shuhua menjawabnya dengan anggukan serta senyuman yang mengembang.

...

"Ada apa?" Sanha menghampiri Soobin di rooftop, karena tadi ia diberitahu oleh Shuhua bahwa adiknya mencarinya, dan harus menyusul ke rooftop.

"Mau bilang, kalo lo udah terima permintaan Mama-Papa?" tanya Sanha sambil menyunggingkan senyum sinisnya.

"Kok-"

"Gue udah tau." Tidak ada lagi Aku-Kamu diantara kakak beradik itu.

Sanha dan Soobin saling diam. Jujur saja, Sanha sangat membenci kenyataan ini, dimana adiknya itu memilih keputusan yang menurutnya salah. Kenapa? Karena Soobin tentunya harus bekerja keras selama ia menjadi trainee, Soobin harus putus sekolah di tengah jalan, meskipun jika ada waktu pasti Soobin sekolah, tapi bagaimanapun juga dari sudut pandang Sanha itu semua buruk. Alasan yang pasti, Sanha tidak ingin berpisah dengan adiknya.

"Tapi, kak.."

"Ya udah, gimana lagi. Terlanjur, nasi udah jadi bubur," ucap Sanha dengan santai padahal dirinya sudah kesal setengah mati dan tentunya menahan sesuatu yang sedari tadi sudah menyesakkan dadanya.

Sanha pergi meninggalkan Soobin disana. Lalu, tiba-tiba..

"Kakak gak usah ikut campur! Itu keputusan aku!"

Soobin berteriak lantang di atas rooftop. Namun, Sanha tak bergeming dan tak membalikkan badan nya sama sekali, jujur ia sudah tak tahan jika berlama-lama mengurus adiknya ini.

Setelah meninggalkan adiknya sendirian. Sanha berlari di sepanjang koridor menuju kelasnya, dengan langkah yang agak tertatih, Sanha mencoba untuk menahan rasa sesak di dadanya.

Sesampai Sanha di kelas, tubuhnya sudah tak tertahan lagi, ia ambruk tepat di pangkuan Shuhua.

"SANHA?!!" Shuhua panik, dengan segera ia memanggil teman kelasnya untuk membopong Sanha. Dan membawanya ke parkiran.


To be continued.

GONE [Sanha-Soobin] | End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang