5

867 102 9
                                    

Siang ini, Sanha beserta teman kelasnya sedang melakukan praktek bernyanyi dan memainkan alat musik di ruang latihan yang telah disediakan.

"Oke, untuk pembagian kelompoknya. Saya bagi jadi 2 orang per kelompok," ucap Guru pembimbing praktek, bernama Bu Taeyeon.

"Baik, bu!" jawab semua murid kelas XII-1 Musik.

...

"Sanha, cara mainin ini gimana ya?" tanya seorang perempuan disamping Sanha, yang merupakan pasangan prakteknya hari ini.

Kenapa bukan dengan Shuhua?

Entahlah, mungkin hari sedang tidak berpihak pada mereka. Sanha tidak dipasangkan dengan Shuhua, sahabatnya. Melainkan dengan salah satu teman kelas yang dibilang belum pernah dekat dengannya, ia Jiwoo.

Jiwoo ini berbakat dalam bernyanyi, namun belum tentu ia juga bisa memainkan alat musik.

"Kita perlu not angka nya," jawab Sanha sambil berlalu mencari buku berisikan not angka piano.

Dengan teliti dan sabar, Sanha mengajari Jiwoo bermain piano. Sedikit demi sedikit Jiwoo akhirnya bisa mengimbangi pelajaran yang ia ikuti barusan.

Jiwoo tersenyum lebar, menampakkan gigi mungilnya berjajaran rapi. Jika dilihat lagi, Jiwoo tampak imut dan lucu di waktu bersamaan, bagaimana bisa? Selama ini Sanha belum pernah dekat dan berkenalan dengan nya, namun pada kesempatan pertama ini, Sanha dibuat lengah oleh sosok Jiwoo.

 Jika dilihat lagi, Jiwoo tampak imut dan lucu di waktu bersamaan, bagaimana bisa? Selama ini Sanha belum pernah dekat dan berkenalan dengan nya, namun pada kesempatan pertama ini, Sanha dibuat lengah oleh sosok Jiwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Imutnya..'

"Sanha?" panggilan Jiwoo membuat lamunan Sanha buyar.

"Eh- Ah iya, kenapa?"

"Makasih ya, udah ajarin aku." Jiwoo tersenyum lagi, membuat Sanha meleleh untuk kedua kalinya.

Sanha mengarahkan tangannya pada puncak kepala Jiwoo, lalu dengan perlahan Sanha mengacak rambut Jiwoo kemudian mengelusnya pelan. Kenapa itu Sanha lakukan? Karena jujur, saat ini Sanha dibuat gemas oleh perempuan imut didepan nya.

"Sama-sama, lain kali kalau perlu bantuan bilang aja, ya." Jiwoo mengangguk, kini ia beranjak dari ruang latihan menuju kantin. Berhubung pelajaran sudah selesai, kini waktunya untuk istirahat makan siang.

Puk!

Seseorang menepuk pundak Sanha dari belakang. "Yuk! kantin."

Sanha menganggukkan kepalanya, ia pun beranjak darisana.

Saat sampai di kantin, Sanha memilih tempat duduknya.

"Mau makan apa?" tanya seseorang yang tadi mengajak Sanha istirahat. Siapa lagi kalau bukan Shuhua.

"Kayak biasa aja," jawab Sanha lalu Shuhua mengangguk.

...

"Siang, Soobin!" Seorang perempuan duduk tepat di hadapan Soobin.

Soobin mengernyit bingung, tidak biasanya perempuan ini berbasa-basi seperti itu padanya.

"Ada apa?"

"Jutek banget sih bang!" Perempuan itu menggoda Soobin.

"To the point aja. Mau bilang apa?" tanya Soobin lagi, karena ia benar-benar kebingungan saat ini.

"Ish! tau aja kalo gue mau ngomong sesuatu."

"Iya lah, gak biasanya basa-basi kaya gitu," jawab Soobin dengan bangga karena dirinya merasa peka kali ini.

Perempuan itu adalah teman sekaligus sahabat Soobin yang selama ini sering bersama dengannya. Ia adalah Aisha.

Soobin dan Aisha sudah kenal semenjak awal masuk ke SMK Glamour. Pada saat masa orientasi dulu, Soobin tidak sengaja bertemu dengan Aisha, kemudian lama-kelamaan mereka menjadi dekat dan memutuskan untuk bersahabat.

"Lo bener, mau jadi trainee?" tanya Aisha sepelan mungkin, takut-takut jika teman sekelas Soobin mendengar pembicaraan mereka berdua.

Soobin hanya menganggukkan kepalanya lemas. Aisha merasa kebingungan dengan tingkah laku Soobin.

"Kok lemes gitu? Mau cerita, enggak?" tanya Aisha yang peka terhadap Soobin.

"Jadi gini-.." Soobin menjelaskan kejadiannya dengan panjang lebar.

"Jadi, orang tua lo tiba-tiba aja nyuruh lo training di suatu perusahaan. Tapi kakak lo ngelarang?" Aisha meyakinkan dan menyimpulkan kembali cerita Soobin barusan.

Soobin mengangguk lagi.

"Kenapa, ya?" gumam Aisha. Namun Soobin mendengarnya.

"Kenapa, apanya?"

"Emm.. gini loh, Bin!" ucap Aisha sebelum melanjutkan perkataan nya.

"Ini hanya spekulasi gue ya. Gue gatau kenapa ngerasa bingung aja, sama keputusan orang tua lo."

"Intinya gini aja deh. Mungkin bisa aja alasan orangtua lo, nyuruh lo ngikutin training itu cuma pengen anaknya menyalurkan bakat dengan semestinya, misalkan jadi idol. Tapi-- kenapa mereka yang notabene nya mantan idol malah nyuruh lo jadi idol."

Memang benar apa kata Aisha barusan, kedua orangtua Soobin dan Sanha dulunya adalah seorang idol. Masing-masing dari mereka mengambil posisi di grupnya sebagai seorang Rapper.

"Logikanya mereka kan udah pernah jadi idol. Apa mereka gak fikirin lagi, gimana nasib anaknya nanti? Dengan padatnya jadwal, lelahnya latihan, belum lagi rumor atau hujatan netizen. Itu semua, apa gak terfikirkan, ya?"

"Kalo gue sih, nanti semisal punya anak, ya pengen dia hidup normal aja. Kecuali kalo anak gue yang minta duluan, baru gue kasih izin. Bukan disuruh-suruh dengan cara sedikit maksa kayak gitu. Dan gue sedikit tau, kalo lo itu 'agak' dipaksa ya kan?"

"Emm.. Iya, Sha." jawab Soobin jujur.

"Terus yang anehnya lagi, kenapa kakak lo juga gak lebih dulu disuruh training? Mana pernah kakak lo disuruh kayak gitu kan? Apa mereka membedakan kedua anaknya atau gimana?"

"Sorry ya, bin. Bukan maksud gue mau ngejelekkin kedua orangtua lo atau gimana, tapi gue bener-bener gak ngerti sama ketiba-tibaan ini."

Aisha berbicara panjang lebar, bukan apa-apa. Hanya saja ia kurang mengerti dengan pemikiran orangtua Soobin, seperti apa katanya barusan.

Soobin hanya mengangguk, merasa pembicaraan Aisha ada benarnya juga. Namun, disisi lain ia juga tidak bisa membenarkan hal itu.

"Terus gue harus gimana?" tanya Soobin.

"Itu terserah lo sih, Bin. Yang penting jawaban itu muncul dari hati lo. Dan jangan sampe lo nyesel."

Aisha bangkit darisana, kemudian pergi meninggalkan kelas Soobin karena sebentar lagi pembelajaran berikutnya akan dimulai.

Ngomong-ngomong Aisha dan Soobin tidak berada dalam satu kelas yang sama, makanya mereka berdua jarang bertemu meskipun sesekali Aisha ataupun Soobin yang menghampiri duluan.

...

"Kakak gak usah ikut campur! Itu keputusan aku!"

To be continued.

GONE [Sanha-Soobin] | End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang