Satu hal yang Seokjin sadari dari serangkaian kejadian-kejadian yang telah menimpa diri, Tuhan selalu sama. Menyediakan kebahagiaan juga penderitaan. Perasaan sakral yang selama ini menyambangi kini hanya taksa belaka. Seokjin ragu sebab ia tak menyadari jika memiliki beberapa tanggungjawab selainnya. Daripadanya, ketika Seokjin mengungkap cinta ia lupa jika tak hanya bahagia yang lahir setelahnya, tapi juga angkara. Telak! Beberapa jam lalu dirinya dipukul tanpa ampun oleh kenyataan. Bahkan setelah pukulan itu, ia hanya terdiam-----memandang jauh pada langit-langit kamar. Otaknya yang tak pandai berhitung kini mulai menerka.
Jadi, sudah berapa kali dirinya menyakiti? Kendati satu kalimat saja sudah menghantamnya habis tak bersisa. Jelas Seokjin bersalah ketika bibir tipis Yoongi bergumam kecil, menekan kata demi kata agar dengan sengaja bisa ia curi dengar.
"Taehyung merana, hyung. Kau lupa?"
Deg.
Hanya beberapa kata namun sanggup melemparnya pada masa empat tahun silam. Taehyung si pemuda dua puluh tahun itu terseok melangkahkan tungkai, membawanya pada ruangan dengan luas hanya sepersekian petak. Senyum kotaknya bahkan masih ia ingat ketika dengan gamblangnya ia berucap riang.
"Aku suka." si pemuda di sebelahnya menengok dengan tampang bertanya-----Seokjin, namanya. Mata tajam bak telaga itu berubah menjadi lautan karamel ketika belah bibirnya tersenyum cerah. "Hyung, aku menyukainya. Lihat!" tangan itu menunjukkan sebuah bingkai kecil berwarna coklat tua, di dalamnya nampak potret seorang gadis. Jika Seokjin perhatikan, tangan si pemuda tak berhenti membelai lembut pada salah satu sisi gambar tersebut.
"Ai-rin", gumamnya tanpa sadar. Yoongi yang sejak tadi tak berhenti mengutak-ngatik komputer untuk sepersekon detik ia menoleh, menatap pada dua orang pemuda yang tengah tersenyum cerah.
Taehyung yang tak berhenti menatap foto di genggamannya, sementara pemuda yang lebih tua tersenyum tulus seraya membelai surai sang lawan.
Tapi itu dulu. Setelah beberapa waktu lalu jemarinya ditepis keras. Seokjin tertegun ketika menatap netra yang dulu ceria seketika muram----mendelik tajam pada netra gelapnya.
Ternyata Taehyung sudah bersabar sangat lama.
"Kau ingat malam itu?" tatapan Yoongi seakan kembali menyadarkannya. Tepat ketika manik mereka bersinggungan, Seokjin tak berani berucap. Hanya tatapan hampa seolah meminta jalan keluar. Paling tidak mantan teman satu kamarnya itu dapat memberikam masukan. Apa yang harus dirinya lakukan?
"Joohyun. T-taehyung di-dia menyukainya dan aku lupa. Yoongi.." lirihnya.
Tatapan kelewat hampa itu kini seolah menyadarkan Yoongi jika tak ada pilihan apapun. Keadaan apapun tak ada yang mendukung jika ketiganya akan berakhir tanpa menanggung getir. Hanya Seokjin. Iya, bukankah sekarang ia hanya perlu berkorban? Setelah satu tahun kebersamaannya dengan Joohyun, bukankah sudah saatnya ia mengalah?
Basi.
Kata pertama yang terlintas semenjak Seokjin memutuskan untuk mundur. Ia hampir saja lupa----lagi. Mengalah berarti ia harus siap untuk meninggalkan. Bukan begitu konsekuensinya? Tapi bagaimana dengan wanita itu? Tak seharusnya ia menambah beban.
Namun, Taehyung. Seokjin rasa sudah cukup pemuda itu berbesar hati. Tak terbayang betapa menjijikan dirinya yang tak sadar jika satu hati telah patah, kendati dirinya selalu bersenang-senang. Kesabaran Taehyung sudah tak terhitung ketika ribuan kali memergoki dirinya tengah bercumbu dengan sang kekasih. Netra tajam namun lembut itu sudah terlalu banyak menderita, menatap getir ketika Joohyun memeluknya begitu erat atau ketika tangan mungilnya meraba salah satu pipinya. Lembut----siapa yang paham jika kenyamanan itu ternyata membawa getir bagi seseorang. Sekali lagi, Seokjin benar-benar bodoh.
Ia melupakan perasaan anak remaja yang tanpa siapapun sadari--------hingga perlahan berkembang menjadi satu hal yang sama persis Seokjin rasakan ketika bersirobok dengan netra elok kekasihnya.
Cinta kedua lelaki itu sama.
***
Dirinya sedikit terperanjat ketika dirasakannya seseorang tengah mengelus lembut sisi wajahnya. Lembut juga hangat, rasanya Seokjin ingin semakin tenggelam pada kungkungan bawah sadarnya.
"Seindah apa mimpimu ini, hm? Tersenyum seperti orang bodoh, ck." Gila. Bahkan kini pipinya terasa basah----rasanya sangat familiar. Benda kenyal itu menyapa setiap inci wajahnya. Bahkan ketika netra serta bibir plumnya nyaris terbuka ia stagnan ketika sesuatu baru saja menerobos masuk. Melumatnya dalam.
Astaga. Ini sangat indah----terasa begitu nyata.
Dirinya yang terlalu menikmati hingga tanpa sadar membawa tubuh ramping itu masuk pada dekapannya. Detakan itu terdengar----saling bersahutan seolah menunjukkan siapa yang memiliki bunyi paling nyaring.
Setelah kecup beberapa menit, tanpa aba-aba si pemuda menarik diri. Meraba setiap inci kulit wajah yang sangat familiar. Ketika bibir mungil di depannya berucap, Seokjin kembali pada realita. Kcupan serta dekapan halus itu ternyata tak hanya ilusi. Semuanya nyata. Kalimat yang selalu menggetarkan hati pun benar adanya.
"Aku merindukanmu, Seokjin-ah." katanya.
Di sini. Di apartemen pribadi milik Kim Seokjin-----keduanya bercumbu seolah tak ada hari esok.
Tanpa sekat, Joohyun begitu menyayangi lelaki ini lebih dari apapun.
Di malam natal itu keduanya kembali memadu kasih. Menikmati setiap jengkal aroma tubuh yang seakan bagai candu. Menyatukan kembali tubuh keduanya untuk kesekian kali-----tanpa paksaan, tanpa bujukan, pun tanpa kain sebagai pembatas.
Sementara kata cinta tak berhenti mengalir di setiap Seokjin mencumbui. []
***
Author bingung sebenernya kalo genre idol gini tuh. Ceritanya kek bakal gitu-gitu terus. Inginnya lebih real tapi malah begini😂. Aku cuma bingung makanya alurnya tiba-tiba maju secepat kilat wkwkwk. Sorry kalo ga masuk akal haha. Ke depannya author pikirin lagi ya ceritanya bakal dibawa kemana. Untuk sekarang gini aja dulu. Thx u yang udah mau baca. Kritik dan saran akan sangat membantu. Have fun guys!! See you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Practice Makes Perfect ✔
RomanceSeokjin tak pernah mengira jika jatuh cinta akan semenyenangkan ini. Ia stagnan kala manik mereka saling menatap untuk sepersekian detik. Jantungnya berdesir ketika kulit mereka saling bersentuhan tanpa disengaja. Rungunya tak kalah hebat, ia mendad...