Chapter 11

2K 198 17
                                    

"Sudah setahun, Bae."

Kecupan pada bahu polosnya tak membuat Joohyun merasa risi. Sebab alih-alih terganggu, manik terpejam itu tetap stagnan hanya pergerakan kecil seolah mempererat jarak pada kedua tubuh polosnya. Tangan mungilnya tak berhenti bekerja di bawah selimut, mengelus lengan kokoh lelakinya seraya tersenyum gamang sebab beberapa kalimat yang sebelumnya Seokjin lontarkan.

"Begitu banyak orang yang menyukaimu. Aku harus bagaimana?" Si pemuda kembali pada keterdiamannya. Sunyi. Seokjin lebih diam dari biasanya. Sementara sang wanita hanya terpaku di tempat----beberapa hal sengaja tak ia utarakan. Demi kisah mereka. Tidak-tidak, demi dirinya.

"Tapi aku hanya menginginkanmu."

Begitulah bibirnya selalu berbicara ketika Seokjin dengan gamblang menyatakan kekhawatiran terbesarnya. Selalu seperti itu. Lelaki manapun sejatinya tak sekalipun pernah terlintas di pikirannya. Hanya Seokjin. Lelaki berwajah teduh itu selalu khawatir akan hal-hal yang bahkan Joohyun sendiri tak pernah merasa terusik. Ia bahagia selama bersama Seokjin. Lantas apa yang kurang?

Jangan gila. Minimnya kebersamaan mereka sudah membuat Joohyun sekarat. Otaknya tak mampu lagi menampung masalah para lelaki yang mengejarnya.

Juga------bukankah selama ini perilakunya sudah cukup untuk dikatakan jika ia benar-benar jatuh? Sejak awal hanya lelaki ini yang mampu menjeratnya. Bahkan, lihatlah kini! Dirinya dengan senang hati menyerahkan diri-----tanpa sehelai kain tengah berdiam diri pada hangatnya dekapan Seokjin. Mendesah hebat ketika lelaki itu memberikan sensasi yang belum pernah ia dapatkan di tempat lain. Saling mencumbu seolah segala sesuatunya terasa mudah. Butuh apalagi? Resikonya untuk sampai pada tahap ini sangat besar.

"Taehyung menyukaimu dan aku melupakannya."

Joohyun stagnan, ini berbeda ternyata. Sebab atmosfir di sekelilingnya mendadak tak terkendali. Beberapa kata yang Seokjin lontarkan seolah meluluhlantahkan nalarnya.

T-taehyung? Pemuda yang sudah ia anggap adik itu menyukainya?

Tautan di bawah sana ia lepaskan, serta merta membalikan diri untuk menatap wajah sendu itu. "Aku jahat ya, Bae?" netranya bergerak gelisah sementara pipinya dibelai lembut. Untuk sepersekon kemudian mata Seokjin terpejam sekedar menikmati kenyamanan pada kedua pipinya.

"Tak ada yang salah apalagi jahat. Kau hanya jatuh cinta, begitu pula dengan Taehyung." dada bidangnya kembali menghangat ketika sang wanita menumpahkan wajahnya di sana. Aroma maskulin menguar pada indera pencium----bonusnya, degupan bak lagu pengantar tidur menjadi hal paling masuk akal sejauh ini.

"Aku bisa saja gila jika aku melepasmu begitu saja. Tapi---"

Itu. Hanya kalimat pertama yang akan ia terima. Tak ingin terucap alfabet apapun lagi setelahnya. Hanya butuh Seokjin mempertahankannya. Hanya itu.

"Tak ada yang salah, sayang. Kau hanya perlu membicarakannya melalui hati, Taehyung akan memahami itu." kepalanya mendongak sedikit sementara senyum lembut Seokjin dapatkan. Ah, tentu saja wanitanya seperti itu. Selalu menenangkan.

"Aku mengerti."

Pada akhirnya Seokjin kembali tunduk----Joohyun selalu menang di atas segalanya.

Kendati tepisan kasar itu selalu membekas. Bagaikan mimpi, Seokjin mencoba meraih itu----menerima hal pertama yang ia dapatkan dari sosok lugu adiknya. Perilakunya memang tak pernah membahayakan grup, tapi setelah pekerjaannya usai Taehyung kembali menjadi menyebalkan. Atau memang dirinya yang sejak awal menyebalkan di sini?

***

Selepas berkegiatan, bahkan keringat masih menghiasi wajah tampannya. Seokjin dengan segala kelembutan hati memeluk adiknya di balkon apartemen mereka. Taehyung terperanjat tentu saja, pergerakan tangannya seketika terhenti bersamaan dengan gumaman kecil pada sudut bibir lawan bicaranya.

"Hyung menyakitimu lagi ya? Maaf." bisiknya.

Rasanya sudah sangat lama mereka tak berada dalam jarak sedekat ini. Bahkan seminggu terakhir keduanya tak bertegur sapa. "Maaf, hyung merebutnya darimu. Aku bukan kakak yang baik kan?"

Lelaki yang lebih muda menggeleng penuh sementara punggungnya tengah diusap lembut. Tak seharusnya Taehyung seperti itu. Lihatlah betapa nyaman tubuhnya berada dalam dekapan sang kakak. Ia rindu ini.

"Aku yang kekanakan, maafkan aku."

Kekehan ringan hadir ketika Seokjin menarik diri. Itu dia! Netra polos itu yang selama ini jadi kegemarannya. Adiknya yang manis telah kembali. "Noona berbicara padaku kemarin."

Bola mata Seokjin membola saat mendengar kata itu. Dirinya tak pernah berpikir jika Joohyun akan pergi sejauh itu. Tampak helaan nafas tersendat sebelum Taehyung benar-benar mengakhirinya. "Kita hanya jatuh cinta, begitu katanya."

Alih-alih tersenyum, yang terjadi malah sebaliknya kedua alisnya menekuk meninggalkan senyuman Taehyung kelewat kentara. "Singkatnya, aku ingin meminta maaf. Noona juga dirimu tak melakukan kesalahan. Hanya aku yang perlu banyak belajar, hyung. Sugguh! Maafkan aku."

Mengangguk satu kali lalu dengan lantangnyania bersuara, "Kau tak pernah salah di mataku. Aku hanya khawatir Tae, sebab apapun yang terjadi aku tak pernah rela melepas Joohyun untuk siapapun."

Seperti kewarasannya terbawa angin, beningnya air meluncur dengan mudah pada kedua manik teduhnya. Sampai pada titik ini pun Seokjin selalu paham bahwa Joohyun selalu berada di atas segalanya. Tak pernah ada keraguan meski menyakiti Taehyung sekalipun. Pukulan kecil rasanya sangat pas pada situasi seperti ini bukan? Seharusnya----namun alih-alih demikian, tangan besar Taehyung malah meraih pinggangnya. Menenggelamkan sebagian wajah untuk kemudian memejamkan mata. "Jangan pergi darinya. Bodoh jika kau seperti itu." ujarnya.

"Tapi jika kau benar-benar tak menginginkannya lagi------aku sanggup menggantikanmu."

YAKK!!!! []

Practice Makes Perfect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang