Chapter 12

1.9K 188 16
                                    

Sejak awal bulan November lalu Seokjin sudah mewanti-wanti bahwa dirinya tak ingin mengambil tawaran sebagai MC--------jika dengan Irene Red Velvet, sebab alih-alih senang dirinya justru takut tak dapat menahan diri.

Mengangguk kuat dan meyakinkan diri bahwa itu merupakan skenario terbaik. Ia pikir perusahaan pun tak ingin mengambil resiko. Terlalu riskan jika ia berada dalam jarak kurang lebih satu meter dari kekasihnya. Sebab bukannya menyelesaikan acara----dia mungkin bisa saja menarik lengan Joohyun dan berakhir di sudut ruangan.

"Kenapa kau?" pria bertubuh tinggi itu menepuk bahunya pelan sesaat menyadarkan Seokjin dari pikiran kotornya.

"Tidak, aku hanya gugup."

Itu benar adanya setelah sebelumnya para staff mengumumkan jika acara akan dilaksanakan sepuluh menit dari sekarang. Jantungnya berdegup ketika menyadari jarum jam rasanya semakin bergerak cepat. Rasanya pikiran liar yang sempat terlintas itu mendadak ingin ia lakukan sekarang juga. Ya, Seokjin gugup sebab mendapati seseorang tersenyum di pojok ruangan.

Itu Joohyun.

Park Chanyeol hampir saja terjungkal dari kursi ruang tunggu ketika dengan mendadak Seokjin bergegas keluar, menghubungkan langsung pada salah satu ruang tunggu di sebelahnya. Pria jangkung itu bisa saja benar-benar jatuh ketika dilihatnya Seokjin menarik tangan seorang gadis, matanya sontak bergerak memastikan jika situasi tersebut tak banyak orang lihat. Mengutuk dalam hati sementara lelaki berbahu lebar itu berjalan keluar ruangan. Entah kemana yang jelas Chanyeol ingin sekali memukul kepala Seokjin setelah ini-----menyadarkan lelaki itu jika sekarang bukan saatnya untuk bersenang-senang.

Sementara di sudut ruangan lain dengan cahaya temaram Seokjin kembali dengan dunianya----bersama Joohyun saling menatap juga tersenyum di sana.

Ini gila.

"Sepu----mmmpptthh."

Seokjin lebih gila. Melumat sedikit bibir bawah kekasihnya sementara Joohyun hanya bodoh----berdiam diri ketika pinggangnya bahkan dipeluk erat.

"Aku hanya terlalu gugup, terima kasih." setelah lumatan kedua lelaki itu menarik diri----berjalan menjauh yang sialnya mampu membuat jantungnya meletup ketika Seokjin mengedip nakal.

"Dasar konyol." ada senyum kecil sesaat setelah Joohyun berucap.

***

Setelah permintaan maafnya dua hari lalu rasanya hidup Seokjin menjadi semakin mudah. Taehyung juga para member tak lagi merasa canggung pada situasi-situasi tertentu. Semuanya kembali normal dan Seokjin syukuri itu. Terlebih Joohyun----perempuan yang beberapa saat lalu memasuki kamar mandi itu sudah menjadi salah satu bagian dari perjalanannya. Tepat satu tahun ketika ia berharap. Bisakah ia? Bisakah perempuan bernama Joohyun itu mengisi harinya?

Jawabannya iya. Ilusi itu semakin terlihat nyata ketika satu tangan meraih pinggangnya, menoleh serta merta tersenyum tenang. "Sudah selesai?" kemudian senyuman itu semakin mengembang ketika sang wanita berbicara, "Aku menginap malam ini."

Tak ada bantahan sebab ia pun berharap demikian. Nalarnya memang tak pernah salah ketika memutuskan untuk membeli satu unit apartemen. Terbukti! Semuanya berguna. Ia dengan Joohyunnya bisa leluasa seperti sekarang.

"Kerja bagus, sayang. Eemm pembawa acaraku memang tak pernah mengecewakan." sementara Seokjin hanya terpejam, menikmati sentuhan halus pada beberapa bagian wajahnya. Merengkuh pinggang rampingnya sementara binar sang wanita tak pernah sirna barang sedetik. "Cup, selamat beristirahat."

Tanpa melakukan apapun, keduanya lantas tertidur dalam dekapan masing-masing.

***

Mentari pagi mulai menampakkan eksistensinya, bias cahaya yang masuk lewat celah gorden mengusik singgasana si pemuda. Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, Seokjin kembali mengikis jarak membuat wajah elok itu semakin tak terlihat ketika dada Seokjin menenggelamkannya. Semakin mendekat sebelum akhirnya kembali terpejam, rasanya hanya ingin seperti ini-----tak melakukan apapun. Namun, di detik berikutnya suara bunyi mendadak terdengar nyaring. Dengan enggan tangannya meraba nakas samping tempat tidurnya mencoba mematikan benda pipih itu. Namun percuma, alih-alih berhenti benda itu semakin mencuri dengar dari sang pemilik. Puluhan notifikasi bermunculan hingga pada salah satu kalimat mendadak membawanya langsung pada realita.

Bang PD
Dispatch mengirimiku ini.

Bang PD send a picture.

Jutaan alasan berdiam diri seketika lenyap digantikan dengan pupil membola. Rasa kantuk pun mendadak hilang, jemarinya bergegas menekan gambar telepon di ujung kanan atas. Tak perlu menunggu lama, suara berat di seberang sana sontak menyapa rungu.

"Mau apa kau sekarang?" tenang namun juga tegas. Hatinya bergedup merasakan kegugupan yang datang secara alami sementara jemari kokohnya tak berhenti mengusap surai kehitaman Joohyun, seolah tak membiarkannya terbangun dan ikut merasakan kegugupan sebab tertangkapnya mereka oleh kamera pengawas malam tadi. Mulutnya masih tak bergerak. Dilanda kebungkaman, kendati seseorang di ujung sana tengah menunggunya bersuara.

Dengan tatapan menerawang juga jemari yang tak berhenti dipuncak kepala sang gadis Seokjin berujar pelan, "Suruh mereka mengunggahnya saja."

"Jangan gila! Aku bisa membayarnya jika kau mau."

Seokjin mengulum senyum, untuk sejenak ia bersyukur menjadi bagian dari lelaki yang tengah bersungut-sungut itu. Perusahaannya memang yang terbaik, tak ada dua! Memejamkan mata untuk kemudian berujar, "Kalau itu aku tak perlu berpikir. Ku serahkan padamu saja." cengirnya.

Terdengar helaan nafas berat di seberang sana. Sejujurnya tak ada masalah jika anak didiknya ingin mengonfirmasi suatu hubungan, namun sekarang bukanlah saat yang tepat untuk itu. Masih banyak hal yang harus mereka lakukan sebagai publik figur. Cinta? Jangan khawatirkan itu, kau akan menemukannya nanti. Sebab kau berbeda, cinta bukan menjadi prioritasmu---setidaknya untuk sekarang. Kau hanya perlu bersabar dan bertawakal.

Tidak-tidak. Kau hanya perlu menunggu sedikit lebih lama, genggamlah dia tanpa orang lain tahu------------hanya kalian berdua.

Aku rasa itu cukup.

End.


Tapi boong. []

Practice Makes Perfect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang