Chapter 25

1.4K 145 24
                                    

Tak ada yang berubah setelah malam penuh lara itu menyapa, pagi tetap datang dan Seokjin tetap terbangun. Mengagumi satu sosok dalam dekapannya tanpa jeda, itu biasanya. Tapi tidak, kenyataannya sekarang berbeda. Satu sisi tempat tidurnya kusut di beberapa bagian yang seolah baru saja ditinggal pemiliknya, dan yang paling menyedihkan adalah fakta bahwa Seokjin sadar jika sesuatu telah membawa paksa setengah jiwanya. Hilang mendadak hanya dalam hitungan kejap.

Luka itu senantiasa merasuk bersamaan dengan tempaan sinar matahari yang malu-malu untuk sekedar menyapa kulit wajah. Sayup angin pun terdengar seolah mengejek, cih, kenapa dia begitu tak percaya diri hari ini? Bahkan langit tampak menertawakan, begitu cerah dilihat dari celah jendela kamar yang tirainya tersibak-sibak, sedang hatinya pilu membiru.

Ini tak akan pernah sama lagi.

Dan datangnya satu sosok menjadi awal ketidak-sama-an itu, Min Yoongi, berdiri mematung di ujung kamar yang pintunya terbuka sedikit. Memangku tangan penuh atensi namun tetap datar rupanya.

Ah, Jeon Jungkook pasti yang membukakan pintu.

"Ingin pergi memancing?" wajah datarnya tampak pelik, tapi Seokjin paham raut dibaliknya meski tak pernah berbicara dan hanya diam. Sejatinya, itu adalah cara ampuh membuang laranya. Bersama si irit bicara yang hanya membisu namun tetap membawa beribu afeksi pada kedua sorotnya.

"Tunggu lima menit." dan Yoongi hanya berlalu.

Agaknya hati yang sedang pilu itu semakin jelas muaranya, menyakitkan tiada tara. Kini memancing adalah ide paling buruk sebab hanya diam dan termenung, seolah kembali dihantam oleh keping-keping memori tadi malam.

Pengecut.

"Iya kau pengecut."

Siapa dia? Pembaca pikiran?

Namun itu Yoongi yang setelah berujar hanya ikut menghela nafas berat.

"Ini sama sekali tidak menyenangkan, hyung. Kita kembali saja." setelah langkah kelimanya Yoongi berhenti, menoleh cepat sebab yang diajak tak kunjung beranjak.

"Kau butuh bicara, ayo!"

Dan berakhir keduanya terdiam di sudut ruangan penuh kenangan. Duduk bersisian dan menguatkan. Beginilah fungsinya Min Yoongi sekarang-----mendengarkan keluhan.

"Dia melepasku." ujarnya meneguk cairan pahit mengoyak kerongkongan. Masih pagi, namun yasudah------hanya ini pengalihannya, toh mereka tak ada jadwal.

"Dia benar kan, Yoon? Manusia sepertiku memang sudah seharusnya dibegitukan." teguk kedua yang kali ini diikuti Yoongi tanpa ragu.

"Ya, kau pengecut." kalimat pertama yang setelahnya kembali terdiam memegang gelas yang sedikit diputar-putar.

"Kau benar." kekehnya kemudain. "Hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya. Aku telah banyak memberi luka dan tadi malam aku membebaskannya."

"Kau yakin dia akan bahagia?"

Dituangnya sedikit demi sedikit cairan pekat itu, meneguknya kembali hingga tak bersisa yang setelahnya berbicara begini, "Aku percaya pada waktu, Yoon. Akan selalu ada banyak cinta untuk orang sepertinya."

Dengusan diterima, sementara keduanya masih duduk bersisian namun pandangan tak pernah lepas menuju depan. "Orang? Kau selama ini berkencan dengan malaikat. Tak ada yang seperti dia, selalu sabar menunggu, bahkan tak ada tatap amarah ketika kau sebenarnya hanya perlu ditampar bukan malah diberi pelukan."

Dan berakhir dengan hebatnya Min Yoongi yang mendadak menjadi pembicara ulung. Seokjin di depannya terus meneguk hingga gelas kesebelas, sedang hatinya membenarkan ucapan itu.

Iya, Joohyun akan segera menemukan cintanya yang lebih baik.

***

Beberapa bulan berlalu namun suasananya masih sama, di kamar ini, saat malam menjelang pagi pada bulan ketiga Joohyun menangis hebat kala itu. Nyali yang ia kira tak punya ternyata benar adanya. Bukan dengan nyali ia pergi, namun dengan keputusasaan bahwa dirinya terlalu lelah berjuang. Mungkin cintanya memang kurang, tapi mengapa semenderita ini.

Lelakinya entah berada di belahan dunia mana, entah seperti apa rupanya kini, apa pipi gembilnya masih menyembul ketika tengah mengunyah? Apa yang berbeda dari Seokjin sekarang? Ini sudah bulan ketujuh dan Joohyun masih sama. Menekan hati dan berakhir menangis hingga terlelap.

"Selamat malam, Seokjin."

Begitu setiap malam sebab tempatnya bergantung setelah lelah menyapa telah hilang.

Iya, Seokjinnya ia tinggalkan dan Joohyun rindu.

***

Setelah hari-hari penuh pilu, keduanya tampak lebih bisa menerima. Meski tak ada yang berubah sebab hati sama saja tetap patah, setidaknya segala hal di sekeliling mereka menjadi penawar rasa hampa bagi keduanya.

Seokjin yang masih bisa mengeluarkan dad jokes kebanggaan dengan respon Min Yoongi yang masih abai sebagai balasan, atau Jimin yang sudah jelas selalu tertawa untuk hal-hal kecil. Semua membernya tetap sama--------membersamainya. Bahkan Jungkook perlahan sudah bisa lepas mengacau, tak lagi mengikuti Hyungnya kemana-mana.

"Hyung tak apa, Jungkook-ah. Jadi kau berhenti! Aku hanya ke kamar mandi sebentar!" begitu setiap kali si bungsu kesayangan yang dengan otomatis bergerak mendekat.

Dan teruntuk Choi Ara, maaf, Kim Seokjin tetap sama hatinya. Abai pada apapun mengenaimu. Tak ada sapaan apalagi pertemuan, tak pernah tertawan meski kau tampak mengagumkan di luar. Sedang di balikmu? Pria Kim itu sudah terlampau sendu bahkan untuk sekedar memenuhi janji temu dan mencari tau-mu.

Sementara Bae Joohyun tetaplah wanita yang sama, si pemilik wajah elok kegemaran Seokjin. Tak berubah, tetap melakukan yang terbaik sebagai pemimpin, tetap cantik ketika di atas panggung. Dan tetap memesona hatinya.

"Perlahan Wendy-ah. Aku sedang berproses, kau tak perlu khawatir."

Iya, semuanya jelas lebih baik. Tak ada tangis sebelum tidur dan tak ada sendu selepas terbangun. Joohyun lebih baik, hanya selalu tersenyum tipis yang sendu seraya menatap figura seorang pemuda selepas penat menyapa.

Satu hal yang mereka pelajari, jatuh cinta dan tangis sendu itu tak pernah berpisah, menyatu bagai satu set makanan. Saling melengkapi begitupun dengan bahagia dan lara, mereka tetap mengkonsumsi keduanya----saat masih utuh maupun sudah jauh.

Hingga teman sekeliling telah percaya bahwa tak ada yang salah pada keduanya. Ini hanya tentang waktu, dan entah apa namanya--------waktu yang nyatanya selalu semu atau takdir yang memang selalu menjanjikan temu, ketika sentuhan Tuhan tak pernah mengecewakan. Selalu menggetarkan dan mendebarkan.

BTS's Jin And Red Velvet's Irene To Repotedly Host The 2020 KBS Song Festival. []

Practice Makes Perfect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang