5

91 5 0
                                    

Sudah kembali Senin, saatnya kembali sekolah. Luna sudah rapi dan bersiap akan berangkat.

"Luna, berangkat ya bu. "pamit Luna pada ibunya.

" Kamu gak bareng ibu, Lun? "tanya ibunya.

" Luna naik ojek aja bu, lebih cepet, kalau bareng ibu gak bisa ngepot sana sini. "jawab Luna.

" Emangnya rally, mobil suruh ngepot. "Sungut ibunya.

" Dah ibu, Assalamualaikum. "pamit Luna sambil mencium tangan ibunya.

" Wa'allaikumsalam, jangan bikin ulah Lun. "jawab ibunya. Ibunya paham betul tingkah anak perempuannya yang tidak ada feminimnya sama sekali.

Luna sampai sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi. Dia langsung menuju ke kelasnya. Sedikit agak terburu-buru, karena kelas dia berada di bagian belakang, sedangkan upacara bendera dilaksanakan di halaman depan.

Dia hanya menyapa sekilas teman-temannya yang berpapasan dengannya. Koridor menuju kelasnya mengitari lapangan basket. Kalau Luna lewat situ otomatis dia bisa telat ikut upacara dan dia tidak mau terkena hukuman.

Luna memutuskan untuk menyeberangi lapangan basket. Ada sekitar 5 orang siswa cowok sedang bermain basket. Tak peduli upacara segera dimulai.

Luna berlari dan Bruk.

Luna meringis memegangi lututnya yang berdarah. Dia terjatuh setelah bertubrukan dengan salah satu cowok yang bermain basket.

Si cowok juga masih terduduk. Dia melihat sikunya yang juga terlihat berdarah.

"ck, sial! "gumamnya.

Ketika cowok itu menengok ke arah Luna yang sudah berdiri sambil membersihkan roknya, amarah cowok itu langsung naik ke ubun-ubun. Wajahnya merah padam.

"Elo!" dia mengacak rambutnya frustasi.

Cowok itu yang ternyata Fabian menatap tajam pada Luna. Dia heran kenapa selalu saja ketemu cewek pembawa sial ini terus.

"K

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"K.. Kak Bian! "gagap Luna ketika tahu cowok yang ditabraknya adalah Fabian.

" Ma.. Maaf kak, gak sengaja, buru-buru mau upacara. "cicit Luna sedikit mengkeret karena ditatap tajam oleh Fabian.

"Lo bisa gak sih gak geradak geruduk jadi cewek?! Bikin celaka orang aja!" omel Fabian.

"I.. Iya kak, ma.. Maaf. "gumam Luna tak berani menatap Fabian.

Fabian mendengus kesal lalu berlalu dari hadapan Luna.

Luna berjalan agak pincang. Luka di lututnya tak seberapa, tapi sepertinya kakinya sedikit terkilir.

Rumi yang berjalan keluar dari kelas untuk menuju lapangan upacara kaget melihat Luna terpincang-pincang. Dia lalu berlari menghampiri Luna di tengah lapangan basket.

"Lo kenapa Lun? "tanya Rumi cemas.

" Sebenarnya gue yang bawa sial apa Kak Bian yang bawa sial sih?! Sungut Luna.

"Apa hubungannya? "tanya Rumi bingung.

" Gue tabrakan sama kak Bian lagi barusan. "jelas Luna sambil nyengir.

"Haa?!" Rumi sampai tak bisa berkata-kata. Dia lalu menepuk jidatnya sendiri.

Mereka berdua akhirnya terdampar di UKS dan ijin tidak ikut upacara. Rumi membawa Luna kesana untuk mengobati lukanya.

Luna sih senang tidak ikut upacara, walau harus mengorbankan kakinya yang nyut-nyutan.

"Diurut aja Lun, kesleo tuh kayanya. "saran Rumi.

" Iya nanti dirumah."jawab Luna.

"Lo tetep mau kerja nanti? "tanya Rumi.

" Iyalah, gak papa kok, gak parah kesleonya. Ya paling pincang dikit. "jawab Luna santai.

"Bener tuh kata kak Bian, lo sih, cewek tapi gak ada kelakuan cewek sama sekali." sungut Rumi.

"Elo kok jadi marahin gue?itu tuh Kak Bian juga gak pake mata kalo jalan, buktinya nubruk gue juga. "Luna membela diri.

Rumi sedari tadi mengedip-ngedipkan mata ke arah Luna. Sambil bibirnya komat-kamit.

" Kenapa lo? Kesambet? "tanya Luna asal, melihat Rumi yang seperti habis liat setan.

" Jalan pake kaki, bukannya pake mata! " Fabian berucap ketus.

Luna yang mendengar suara ketus yang akhir-akhir ini di dengarnya spontan langsung menoleh ke sumber suara. Mulutnya melongo ketika melihat Fabian sudah berada di belakangnya.

" Kok lo gak bilangin gue sih Mi! Mampus gue. "ucap Luna panik.

" Udah! Cuma lo gak ngeh, malah bilang gue kesambet. "omel Luna yang tak terima disalahin.

" Iya muka lo tadi emang beneran kaya kesambet setan sih. Ternyata emang iya ada setan. "ucap Luna meringis.

"Apa lo bilang?!" Fabian yang mendengar ucapan Luna langsung naik darah.

"eh Kak, gak usah di dengerin, dia emang somplak mulutnya."jawab Rumi menengahi biar tidak terjadi adu mulut. Kalau adu mulut yang itu tuh masih mending, eh apaan sih, malah mikirnya jauh banget. :D

"Minggir! Gue mau make tuh obat merahnya. Gara-gara lo ni! Bentak Fabian.

Luna dan Rumi memberi jalan pada Fabian. Rumi menyerahkan obat merah dan kapas kepada Fabian.

Tanpa menoleh Fabian menerimanya.

"Cabut yuk, Mi, auranya serem, gue takut kesambet juga. "bisik Luna pada Rumi.

Rumi berusaha menahan ketawa. Temannya yang satu ini memang sableng.

Fabian berbalik, memandang tajam ke manik mata Luna.

Luna dan Rumi langsung bergegas meninggalkan UKS. Walau Luna dengan kaki terpincang-pincang. Takut setannya ngamuk beneran. :D








My Bad Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang