6

78 6 0
                                    

Dengan kaki pincang Luna melayani para pengunjung Kopi Malini. Sesekali terlihat dia meringis menahan sakit.

"Lo dikasir aja Lun, biar gue yang serving. "ucap Rina menawarkan bantuan.

" Gak papa kok Rin, biar lemes kakinya, kalo diem aja malah kaku makin sakit. "tolak Luna halus.

" Yang ada bengkak tar kaki lo dipake mondar mandir. "lanjut Luna.

" Gak papa, thanks ya, nanti kalo gue udah gak kuat, gue bilang  deh. "ucap Luna.

Luna berjalan ke depan, ke arah teras Kopi Malini. Ada tiga orang pengunjung yang memilih duduk di luar. Luna menghampiri untuk mencatat pesanan mereka.

Di seberang Kopi Malini,persisnya di samping sekolah Luna. Tampak beberapa siswa cowok sedang nongkrong disitu. Salah satunya Fabian. Mereka sedang ngobrol dan jajan disitu.

"Nyak,es teh satu ya. "Fabian memesan minumannya.

"Siku lo kenapa Bi? Bonyok gitu." tanya Umar teman satu kelasnya.

"Gara-gara cewek pembawa sial ni. "jawab Fabian.

"Cewek pembawa sial? Siapa?" tanya Arga yang mendengar percakapan teman-temannya.

Fabian mengedikkan bahu.

"Siapa sih? "tanya Umar lagi, penasaran.

" Gak tau!"jawab Fabian ketus. Mengingatnya saja sudah membuat Fabian malas setengah mati.

"Gimana sih lo? Gak tau kok bisa nyalahin cewek itu. "omel Arga.

"Gimana gak nyalahin, tiap ketemu dia gue pasti ketiban sial. Ni contohnya!" Fabian menunjukkan sikunya yang lecet.

"Halah lecet segitu doang, lebay lo. "ledek Arga.

"Segini doang tapi ini udah kesekian kalinya nyet." timpal Fabian.

"Maksudnya? "tanya Arga lagi, bego.

Fabian menghela nafas." yang kemaren, gue ketumpahan minum di bioskop, habis itu  hampir gue nabrak dia, trus yang paling ngeselin, masa gue dikira tukang ojek sama dia, gara-gara gue pake jaket ijo. "jelas Fabian berapi-api.

" Buahahahaha..!" kompak Umar dan Arga menertawakan Fabian.

"Apes banget nasib lo." ledek Umar.

"Gue rasa tu cewek dikutuk kali, bikin sial mulu, kalo ketemu dia. "rutuk Fabian.

" Kalo lo dapet lecet di sekolah, brarti dia anak sekolah kita dong Bi?"tanya Arga.

"Iya. "jawab Fabian asal.

" Gue jadi penasaran yang mana sih orangnya. "Arga berucap sambil memegang

"Halah udah gak usah ngomongin dia lagi, tar sial lagi." Sungut Fabian.

"Jangan terlalu benci tong, sape tau itu pertanda jodoh elu. Pan lu ketemu die kagak pernah sengaja kan. "Babeh tiba-tiba menimpali.

"Jodoh? Yang bener aja Beh. Bawa sial sih iya." jawab Fabian.

Babeh pemilik warkop itu hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa mendengar jawaban Fabian.

Fabian mencomot bakwan jagung yang masih mengepul asapnya. Nyak baru saja menuangnya ke nampan.

Bakwan sudah mau masuk ke mulut tapi tiba-tiba seperti di pause dengan remote. Fabian terdiam dengan bakwan masih di depan bibirnya. Menatap pemandangan di seberang sana.

"Dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia. "gumam Fabian lirih.

Fabian mengamati gerak-gerik cewek di kedai Kopi Malini. Tampak berjalan sedikit terpincang, namum senyumnya tak lepas dari wajahnya.

Caranya menyambut tamu, seperti tak menghiraukan rasa sakit di kakinya.

Setelah bakwan berhasil di gigitnya, Fabian kembali menatap ke arah Kopi Malini.

Dia, ternyata bekerja disitu sepulang sekolah, batin Fabian.

Tapi kenapa? Dia kan masih sekolah, kenapa bekerja? Apa gak mengganggu pelajarannya, masih batin Fabian.

Rasa penasaran pun timbul. Cewek yang terbiasa cuek, mulut comel, geradak geruduk, menjelma menjadi gadis dewasa dengan penampilannya saat ini. Melayani pengunjung seperti dia sudah sangat berpengalaman. Sangat bertolak belakang dengan kelakuannya saat bertemu dengannya.

Fabian dibuat penasaran oleh Luna. Dia tidak biasa berurusan dengan cewek tomboi, aneh, spontan seperti Luna. Apalagi dia sekarang mendapati ada sisi lain dari Luna.

Fabian terbiasa dikelilingi cewek-cewek cantik. Bahkan dari luar SMA nya. Cewek-cewek yang hanya mempedulikan penampilan. Cewek-cewek yang rela melakukan segala cara untuk dekat dengannya.

Tapi Luna tidak. Setiap kali ketemu malah yang ada kesialan diantara mereka. Dan Luna tak menunjukkan gelagat lebay demi mendapat perhatian Fabian.

"Ah,Ngapain jadi mikirin dia sih! Gara-gara Babeh nih. "gumamnya lirih.

" Woi, kesambet lo, melamun tiba-tiba ngomong sendiri. Gila lo ya?! Umar melempar cabe ke arah Fabian.

"Gue cabut dulu. "Fabian tak menghiraukan Umar. Dia malah beranjak dari warkop Nyak Babeh.

My Bad Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang