Raihan saat ini tengah mengelap meja yang ada di cafe. Huftt, ia menghela napas pelan. Capek guys.
Drrt
Drrt
Drrt
❤Ciyla❤
"halo, kenapa Cil?"
"gue mau ketemu"
"dimana?"
"di cafe xxx"
"kamu udah disana?"
"y, cepetan"
"kamu tunggu yah, aku otw"
Tit
Tanpa aba aba Ciyla langsung mematikan panggilan tersebut secara sepihak. Raihan bingung, kenapa Ciyla tiba tiba minta ingin ketemuan, nada bicara yang dingin, tidak memakai aksen aku-kamu seperti biasa. Apa dia melakukan kesalahan?.
"kak, aku pamit duluan. Assalamualaikum" pamit Raihan pada Selli yang sedang menghitung uang di meja kasir.
"iya walaikumsalam hati hati"
🍁🍁🍁
"hooii" ucap Raihan sambil mengagetkan Ciyla yang tengah membelakanginya. Sedangkan Ciyla menatap datar Raihan yang cengengesan di depannya.
"gue mau putus" ucap Ciyla tiba tiba yang membuat Raihan kaget. "kenapa?, aku punya salah sama kamu?". "ngk". "trus apa?". "lo itu lemah, gue ngk suka cowok yang lemah". Lemah?, yaa dia cowok yang lemah bahkan sangat lemah.
Dada Ciyla sesak amat sesak mengatakan hal itu. Matanya memerah karena menahan bulir bulir air mata yabg akan menetes. Ia mengatakan itu supaya Raihan membencinya.
Flashback on!!
Saat ini Raihan dan Ciyla sedang betjalan berdampingan menuju ke taman belakang tempat favorit mereka.
"kamu bisa bayangin ngak sih kalo si pak botak pernah jatuh keduduk di depan aku, pen dosa tapi takut ketawa wkwkk" Ciyla terus terusan berbicara sampai tidak menyadari bahwa Raihan tertinggal di belakang sedang memegangi kepalanya.
Raihan tertinggal di belakang Ciyla karena ia kambuh. Merepotkan, Ciyla akhirnya sadar kalau dari tadi ia berbicara sendiri seperti orang tidak waras. Ia menoleh ke belakang mendapati Raihan yang terduduk sambil memijat pelan pelipisnya.
"Rai!" ucap Ciyla sambil menghampiri Raihan yang sudah oleng. Raihan sudah menyerah sakit di kepalanya semakin menjadi membuat ia tak tahan dan akhirnya gelap.
Ciyla terkejut tiba tiba Raihan pingsan dengan wajah yang pucat. Khawatir, panik, dan takut melandanya saat ini, bahkan saking takutnya bulir bulir air mata jatuh dari mata indahnya.
"Rai" ucap Ciyla sesekali menepuk pelan pipi tirus Raihan berharap untuk segera membuka matanya. Tapi, tidak terjadi apa apa Raihan tetap tidak mau babgun akhirnya Ciyla memutuskan untuk menghubungi Wawan.
"halo?"
"Wan...Hiks"
"kenapa nangis?"
"Rai...Hiks"
"Rai? dia ngapa ngapain lo?"
"ngk, Rai pingsan hikss"
"kalian dimana? biar gue sama Aldi kesana"
"di koridor deket taman belakang. Hikss, cepet!"
Tit
Flashback off!!
Yang Ciyla bayangkan dari rumah ia akan berhadapan dengan wajah marah Raihan yang minta putus secara tiba tiba. Tapi, apa yang ia lihat di depannya membuat dadanya semakin sesak.
Raihan duduk di depannya dengan senyuman yang terpatri di bibir pucatnya. "iya aku ngerti kok, kalo kamu emang ngak nyaman sama aku karena aku lemah". Senyuman laknat itu masih saja terpasang. "makasih udah ngisi hidup aku, makassih udah mau peduli sama aku, makasih yaa buat semuanya" ucap Raihan tulus. "y, gue pergi dulu" ucap Ciyla dan langsung keluar dari cafe. "hati hati".
"maaf...Hiks..Hiks...Maaf" ucap Ciyla sesegukan saat mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah. Ia merasa bersalah bahkan sangat, pikirannya terbayang bayaang wajahh pucat Raihann yang tersenyum tulus kepadanya.
'lemah?, gue emang lemah banget'
TBC
Kendari,16,januari,2020
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIHAN STORY'S ✅
Teen FictionCover by : @safitrithia25 Kesempurnaan fisik melengkapi tubuh lelah nan rapuh itu.Tersenyum menutup kesedihannya. Ia tidak suka dikasihani. Ia ingin dirinya disayang kembali dengan tulus tanpa paksaan dan rasa kasihan. Dia, Raihan Devano Putra Penas...