Chapter 24

7.7K 396 59
                                    

Dokter Mery menatap kosong di depannya. Dia melihat keadaan Raihan yang sangat memprihatinkan.

Garis garis di alat EKG yang tersambung dengan detak jantung Raihan sangat lemah. Berbeda dengan saat ia tangani tadi.

"dok detak jantung pasien semakin melemah!" teriak seorang suster menyadarkan dokter Mery. "suster siapkan alat pemacu jantung segera!" 'nggk tau apa namanya😣'. Selagi suster menyiapkan alat pemacu jantung. Dokter Mery melumurkan gel di dada Raihan.

Tubuh Raihan terhentak hentak ke atas saat alat mirip setrika itu menempel di dadanya. Garis garis di alat EKG itu perlahan lahan akan lurus, dokter Mery menggelengkan kepalanya dan matanya yang tidak berhenti mengeluarkan air mata.

Alat pemacu jantung yang tadi ada di tangan dokter Mery sekarang entah kemana. Tangannya kini berada di dada kurus itu menekan nekan dengan sekuat tenaga agar jantung yang berada di tubuh itu bekerja kembali. "ayo hikss" lirih dokter Mery sambil menekan nekan dada itu.

Akhirnya garis garis di alat EKG itu kembali dan berdetak normal seperti yang seharusnya. Disertai helaan nafas dan senyum bahagia dokter Mery dan perawat perawat yang ada di ruangan dingin itu.

Air mata kembali keluar dari mata dokter Mery. Bukan air mata kesedihan tetapi kebahagian karena Raihan kembali, dia tidak menyerah begitu saja, dia sangat kuat. Alat alat medis kembali dipasang di tubuh Raihan.

🍁🍁🍁

"eunghh". Lenguh Bagas terbangun dari tidurnya. Putri yang mendengar suara lenguhan seseorang pun lantas menekan tombol merah yang ada di bawah ranjang Bagas.

Tak lama kemudian datang seorang dokter memasuki ruang VVIP itu. Adrian dan Putri segera menyingkir memberi ruang kepada dokter itu untuk memeriksa Bagas.

"bagaimana kondisi putra saya dok?" tanya Adrian ketara sekali ia sangat khawatir. Dokter bername tag Yanto itu pun segera menjawab. "keadaan dek Bagas sangat sehat. Setelah infusnya habis ia bisa pulang tapi perban di kakinya harus terus diganti agar steril". Jelas dokter Yanto.

Setelah menjelaskan perihal keadaan Bagas dokter Yanto pun pamit karna ia akan memeriksa pasien lain. Putri pun mendekat ke arah Bagas dan mengelus surainya sayang. "untung kamu nggk papa bunda khawatir banget". Kata Putri.

Mengingat kejadian tadi, Bagas menggelengkan kepalanya dan matanya mulai mengeluarkan air mata. "abang hik..Hiks". Bagas menangis tiba tiba dan itu membuat Adrian dan Putri terkejut. Kenapa Bagas tiba tiba menangis dan dan terus menggumamkan kata 'abang'.

Adrian yang melihat Bagas menangis pun langsung merengkuh tubuh anak itu yang sedang bergetar hebat. "kenapa hmm?". Tanya Adrian sambil menenagkan anak itu dengan memberi usapan pada punggung kecil itu. "bang hiks..Hiks.. Raihan ta-". Bagas belum selesai berbicara tapi Adrian sudah memotongnya dan melepaskan pelukan hangatnya.

"kenapa kamu sebut nama sialan itu ha?". Tanya Adrian dingin. Bagas yang melihat ayahnya seperti itu pun semakin histeris ia takut ayahnya marah. "mas!" tegur Putri dan langsung memeluk Bagas. "aarrgghh!". Frustasi Adrian mendengar nama anak sialan itu membuat moodnya turun drastis. Ia keluar dari ruang rawat Bagas entah kemana.

Putri yang melihat suaminya keluar membiarkannya mungkin Adrian butuh ketenangan. "dia kenapa hm?" tanya Putri sambil menangkup pipi Bagas dan mengusap air mata putranya mengunakan ibu jarinya. "ta-tadi yang selametin hiks.. Bagas bang Rai bundaa". Kata Bagas dan langsung memeluk kembali bundanya.

Kata kata Bagas tadi membuat Putri membeku. Inikah alasannya bahwa dari tadi ia merasakan gemuruh tidak nyaman di dadanya. Setetes air mata pun jatuh dari mata Putri. Bagaimana pun ia juga seorang ibu ia bisa merasakan hal hal buruk yang terjadi pada anaknya.

'maafin bunda sayang'



TBC

Huuaa akhirnya update. Belakangan ini aku agak sibuk jadi nggk sempat buat ngetik. Maap 🙏🙏.

Lop yu💞💞

Kendari,26,februari,2020

RAIHAN STORY'S ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang