Epilog

9.6K 438 86
                                    

"ayah!". Ucap anak laki laki itu semangat lengkap dengan mata yang berbinar binar. Adrian yang baru pulang dari bekerja langsung mengalihkan atensinya ke anak kecil tersebut. "apa?". Tanya Adrian datar. "tadi Rai dapat seratus di ulangan harian matematika yah!". Ucap anak itu yaitu Raihan dengan semangat. Di tangan kecilnya ada kertas Dan dengan semangat ia memberikannya pada Adrian.

Adrian menerima kertas itu dan melihat nilai seratus terpampang dengan jelas. Emosinya langsung memuncak. "pasti ini kamu nyontekkan?!". Ucap Adrian dengan keras membuat Raihan terkejut dan menggelengkan kepalanya ribut. "alah bohong!". Adrian langsung meraih lengan kecil itu. Hangat. Masa bodo tentang lengan kecil yang ia pegang terasa hangat ia tetap menyeret Raihan ke kamar mandi.

Byurr

Byur

Dua gayung berisi air yang terasa sangat dingin mendarat di tubuh kecil Raihan yang sekarang tengah menggigil. Adrian menangkup kedua pipi gembul itu dengan satu tangan lalu menatap tajam mata bulat yang menatapnya sendu. "bajingan kecil!". Ucap Adrian dengan nada rendah membuat Raihan semakin ketakutan.

Plak

Tangan besar Adrian menampar pipi gembul Raihan dengan keras hingga Raihan berpaling. Kemudian tangannya mengambil kembali gayung tadi dan memukulkannya keras ke kepala Raihan.

Sudah berulang kali Adrian memukul kepala Raihan menggunakan gayung. Setelah bosan Adrian kemudian pergi dari kamar mandi tersebut meninggalkan Raihan yang terduduk dengan badan yang menggigil, lebam di pipi dan air mata terus mengalir dari kedua mata bulat yang memandang kosong kedepan. Raihan tak mengeluarkan isakan apapun. Anak itu terlihat sangat pucat.

"ya Allah den Rai!". Teriak bik Siti melihat tuan muda kecilbya dengan kondisi mengenaskan di dalam kamar mandi. Anak itu tampak sangat kedinginan dengan baju basahnya. Bik Siti segera memeluk Raihan berusaha menyalurkan kehangatan membiarkan bajunya ikutan basah sedangkan Raihan yang dipeluk masih memandang kosong ke depan.

Bik Siti melepaskan pelukannya perlahan kemudian menangkup lembut kedua pipi gembul Raihan. "den... Kita ke kamar ya". Ucap bik Siti mengusap wajah basah Raihan. Raihan pun tersadar kembali kemudian menatap bik Siti dengan mata berkaca kaca. "bik...". Raihan berucap dengan lirih. "iya den. Kita ke kamar ya?". Ucap bik Siti kemudian menggendong tubuh rapuh Raihan sembari mengusap pelan punggung ringkihnya.

Sesampainya di kamar Raihan bik Siti kemudian membaringkan anak tersebut di kasur tipisnya ia segera mencari baju ganti untuk Raihan. Setelah dapat ia pun menghampiri Raihan yang tengah berbaring sambil menutup matanya rapat.

"den, duduk dulu yuk kita ganti bajunya". Ucap bik Siti sambil mengelus rambut Raihan yang basah. Raihan pun berusaha untuk duduk dan dengan cekatan bik Siti mengganti baju Raihan yang kering dan lebih hangat serta membalurkan minyak kayu putih di perut Raihan.

"bik...Dingin". Lirih Raihan yang masih dapat didengar bik Siti. Bik Siti kenudian menempelkan telapak tangannya ke dahi Raihan. Panas. Bahkan terasa terbakar. "den Rai demam biar bibi ambil kompresan dulu ya". "ga, bibi disini aja temenin Rai dingin bik, pusing". Raihan dengan mata sayu dan wajah super pucat menahan bik Siti dengan tangan kecilnya yang terasa panas.

Bik Siti pun luluh akhirnya ia pun duduk di lantai di samping kasur tipis milik Raihan. Tangan kirinya mengelus sekaligus memijit pelan kepala Raihan untuk mengurangi rasa pusing yang anak itu rasakan sementara tangan kanannya menggenggam tangan kecil yang terasa sangat panas itu.

Bik Siti menggigit bibir bawahnya dengan keras tidak peduli itu akan luka nantinya. Ia menahan isakannnya. Ia tak tega melihat anak sekecil Raihan dalam keadaan seperti ini. Mata bulat Raihan memerah dan berkaca kaca dan memandang kosong di pintu kamarnya.

RAIHAN STORY'S ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang