Chapter 19

5.9K 331 24
                                    

Koridor saat ini terasa sangat sepi dan sunyi bagaimana tidak sekarang masih jam setengah enam pagi!!. Matahari pun belum muncul sepenuhnya

Raihan berjalan sempoyongan di koridor menyeramkan itu. Badannya masih sangat lemas, punggungnya masih sakit, dan kepalanya yang dari semalam sangat sakit. Kemarin ia tidak sekolah karena sakit dikepalanya sangat luar biasa sakit, dan badannya juga sedikit demam. Tapi, bukannya istirahat dengan benar kemarin ia mendapatkan lagi 'hadiah' dari Adrian karena tidak sekolah dengan alasan sakit. Tapi, menurut Adrian ia hanya akting.

Raihan sengaja berangkat pagi, bahkan sangat pagi bagi pelajar. Sengaja, agar dia tidak menerima bentakan dan amarah dari keluarganya untuk sejenak, untung saja pagar sekolah ini sudah dibuka.

Raihan menelungkupkan wajahnya di meja, tidur sejenak sepertinya bagus.

Perlahan lahan matahari pun mulai muncul dari ufuk timur menghangatkan permukaan bumi. Raihan masih menikmati tidurnya sedangkan teman teman sekelasnya sudah menyimpan tas bersiap untuk apel.

Wawan yang melihat Raihan yang sedang tidur mengguncang perlahan bahu lebar itu. "heh.. Bangun dah mo apel" ucap Wawan yang langsunv mendapat reaksi dari Raihan. "eungghh" Raihan membuka matanya pandangannya seketika berputar ia mengerjap pelan.

"napa?" ucap Raihan dengan suara parau. "napa, napa itu orang mau berbaris lo masih molor aja" sewot Aldi yang entah darimana ia muncul. Raihan segera bangkit dari duduknya badannya terasa pegal karena tidur dengan posisi duduk.

Mereka berjalan beriringan menujunke lapangan besar sekolah itu. "btw, kemarin kenapa lo ngk datang?" tanya Wawan penasaran, ia khawatir kemarin Raihan tidak datang dan hari ini tau tau datang dengan wajah yang sangat pucat.
"rumah nenek" ucap Raihan singkat. Dan yahh bohong lagiii.

Apel pagi ini berjalan sangat baik dan lancar. Tapi, tidak bagi Raihan kepalanya sangat bandel dan berdenyut sejak bangun tidur tadi. Raihan memijit pelan pelipisnya, peluh sebesar biji jagung mengalir di wajah tampan sekaligus pucat.

"sebelum kita masuk ke kelas untuk melakukan kegiatan mengajar dan belajar kita berdoa dulu, berdoa dimulai" ucap seorang guru setelah menyampaikan beberapa hal.

Semua murid sudah berjalan menuju ke kelas masing masing termasuk Raihan dan dua sahabatnya. Tapi, saat nereka berjalan beriringan di koridor Raihan tiba tiba berhenti dan memijat kembali pelipisnya.

"Rai!" pekik Aldi dan Wawan yang bingung Raihan uang berhenti mendadak dan hidung mancubg Raihan sudah mengeluarkan cairan amis berwarna merah. "gak papa" ucap Raihan sambil mengusap pelan hidungnya dengan sapu tangan. "gak papa gimana lo mimisan bego!" kasar memang Wawan berucap seperti itu tapi ia khawatir kepada Raihan yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri. Wajah yang sudah tidak memiliki rona, bibir yang perlahan memburu, dan mata Raihan yang menatap sayu kepada Aldi dan Wawan.

Pandangan Raihan terasa berputar dan di detik itu juga ia sudah tidak tahan perlahan semuanya gelap.

"Rai!" dengan sigap Wawan menangkap tubuh ringkih yang akan menabrak kerasnya lantai koridor. "Wan, uks cepet!" ucap Aldi dengan wajah yang memucat ia takut terjadi apa apa dengan Raihan. Wawan langsung menaruh tubuh ringkih itu dipunggungnya dan berlari ke uks menyusul Aldi.

'ni anak makan apa dah, ringan banget'



🍁🍁🍁

Raihan mengerjap pelan menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari. "udah sadar lo?" tanya Wawan. Raihan langsung bangun dari baringnya dan menatap Aldi dan Wawan yang masih menatapnya khawatir. "gue gapapa elah, natapnya gitu amat" Raihan berujar dengan amat santai seakan tak tau apa yang terjadi padanya tadi.

"gapapa apa maksud lo?, lo tiba tiba pingsan terus lo mimisan gapapa gitu?" tanya Aldi menggebu gebu. "yaa gue cuma kecapean" jawab Raihan santai lagii. "Rai, kalo lo sakit bilang ke kita, ini udah yang kedua kalinya kita liat lo pingsan, kita ini sahabat lo kalo lo ingat" ucap Wawan sabar.

"ckk.. jujur aja lo emang gak pernah aggep kita sahabat, bahkan rumah lo kita nggk tau dimana" ucap Aldi yang semakin emosi. "tapi, semua kan punya privasi sendiri juga Di" Raihan berucap kembali. " yaa tapi kan kita ini sahabat harus saling berbagi suka ataupun duka. Dah ah males gue sama lo" ucap Aldi yang langsung keluar sambil menutup pintu uks dengan keras.

Braak

Wawan yang melihat Aldi pergi begitu saja dalam keadaan emosi  langsung mengikutinya bhaya kalo Aldi dalam keadaan emosi bisa hancur sekolah ini.

Raihan menatap kepergian kedua sahabatnya aahh tidak, ia sudah tidak menjadi sahabat dari Aldi dan Wawan. Raihan turun dari brankar yang tadi ia tiduri dan langsung menuju ke kelas ia tidak mau ketinggalan pelajaran lagi.

Saat ditengah perjalanan Raihan melihat Ciyla yang sedang bergandengan tangan mesra pria yang tampan di depannya. Raiahn terpaku di tempatnya begitupun dengan Ciyla membuat pria yang  bername tag Farel memegang tangannya pun berhenti dan menatap Ciyla sedang menatap kedepan, menatap pria jangkung yang tampan tapi sedikit pucat.

Raihan hanya tersenyum tulus kepada Ciyla yang menatapnya dingin, dan berlalu ke kelasnya sendiri hatinya terasa ngilu melihat pemandangan itu. Memang siapa yang tidak mau berpacaran dengan gadis cantik dan baik seperti Ciyla Angelina Fibri itu?.

'maaf'







TBC










Kendari,23,januari,2020

RAIHAN STORY'S ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang