Dua hari berlalu. Raihan saat ini sudah ada di rumah mewahnya. Ia tidak mau berlama lama di rumah sakit itu. Untuk kemoterapi ia tidak mau melakukannya. Sebenarnya Bagas dan dokter Mery sudah membujuk dan memaksa Raihan untuk melakukan kemoterapi. Tapi, bukan Raihan namanya kalau tidak keras kepala. Ia tetap tidak mau kemoterapi. Raihan merasa ia sudah sangat lelah menunggu, menunggu mendapatkan maaf dari sang ayah dan bunda.
Hari sudah beranjak siang. Raihan yang sedari pagi mengurung diri di kamarnya merasa sangat haus. Ia menuruni tangga dengan perlahan. Kaki jenjangnya ia langkahkan ke dapur bagian belakang.
Tangan kurus Raihan mengambil gelas plastik dan mengisinya dengan air kemudian duduk di lantai yang dingin meminum air dari gelas plastik yang ia gunakan. Air yang mengalir di tenggorokan Raihan terasa sangat menyegarkan karna dari tadi pagi ia belum makan ataupun minum.
Raihan mencuci gelas plastik itu dan berniat kembali ke kamarnya. Tapi niatnya terhenti ketika melihat Putri, sang bunda sedang membaca majalah kecantikan sambil meminum teh. Rumah memang terasa sangat sepi karna Bagas sedang bermain di rumah temannya, Adrian yang bekerja di kantor, dan Putri memutuskan untuk tinggal di rumah karna ia tidak mempunyai kegiatan apa apa di luar rumah.
Merasa diperhatikan putri pun mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk membaca majalah. Netranya bertemu dengan netra milik Raihan yang terlihat sendu.
Raihan melangkah maju mendekati sang bunda. Putri yang melihat Raihan mendekat pun berdiri dari duduk. Semakin dekat. Tepat di depan sang bunda Raihan memeluk Putri.
Greepp
Putri tentu saja kaget mendapat pelukan tiba tiba dari Raihan. Sepuluh detik berlalu posisi mereka masih sama yaitu Raihan yang memeluk sang bunda. Tangan Putri yang sedari tadi disamping tubuhnya pun terangkat untuk membalas pelukan Raihan.
Raihan terkejut ketika merasa tangan hangat dan lembut sang bunda di punggungnya. Dingin yang sedari tadi hinggap di tubuhnya seakan menguar begitu saja digantikan dengan kehangatan.
"bunda hangat". Suara Raihan terdengar parau. Air mata Putri pun turun begitu saja. Badan Raihan terasa sangat panas dan wajahnya sangat pucat.
Raihan merasa kepalanya dipukul pukul oleh palu palu yang besar. Sangat sakit. Bahkan lebih sakit dari biasanya membuat kakinya terasa seperti jely. Terasa ada yang mengalir di hidungnya dan ia tau itu darah. Ia melihat darah itu ada di bahu Putri yang dilapisi dress putih. Ia sangat menyesal telah mengotori dress cantik milik Putri.
Putri merasa bahunya terasa basah dan berat badan Raihan terasa bertumpu padanya. "maaf.. Maaf udah bikin Tiara gak ada". Suara Raihan terdengar lirih tapi masih dapat didengar Putri. Raihan terjatuh otomatis pelukannya terlepas.
Putri terkejut Raihan terjatuh. Putri menangkup wajah Raihan yang di hidungnya masih mengalir darah. Putri mengusap perlahan darah yang masih mengalir dengan tangan yang bergetar. Air mata berlomba lomba keluar dari mata Putri.
Anaknya terlihat sangat kesakitan. Mata Raihan terpejam sangat erat seakan menahan rasa sakit yang sangat menyiksa, wajahnya sangat pucat seperti mayat, dan Raihan menggigit bibir bawahnya menaha ringisan.
Ceklek
"MAS!". Baru saja Adrian melangkah ke dalam rumah ia mendengar suara sang istri memanggilnya. Adrian pun mengambil langkah seribu takut ada sesuatu yang dialami sang istri. Saat sudah sampai ia terkejut melihat sang istri yang memangku kepala Raihan. "mas hikss.. Rai". Melihat keadaan anak itu yang sangat menyedihkan hati Adrian terasa tercubit.
Adrian segera mengambil alih tubuh jangkung Raihan dan menggendongnya ala bridal style. Tubuh Raihan terasa sangat ringan saat ia gendong. Raihan membuka sedikit matanya. Pandangannya terasa berputar. Tapi ia tau siapa yang menggendong tubuuhnya saat ini. Ayah, ayahnya menggendongnya!. Ditengah rasa sakit yang ia lawan Raihan tersenyum ia bahagia.
Adrian meletakkan tubuh Raihan di bagian tengah mobil dan langsung menuju kursi supir. Putri segera masuk dan memangku kepala Raihan tangannya mengelus lembut rambut Raihan dan matanya yang tidak berhenti mengeluarkan liquid bening.
Adrian tancap gas menuju rumah sakit terdekat. Sakit yang Raihan rasakan saat ini sangat luar biasa. Kepalanya sangat sakit bukan main, dadanya terasa sangat sesak, dan perutnya terasa diaduk aduk.
Uhuk
Uhuk
Huek
Hoek
Raihan terbatuk dan memuntahkan darah yang cukup banyak bahkan sampai mengotori pakaian dan kursi mobil.
"mas cepet!". Mendengar suara sang istri menarik perhatian Adrian menoleh ke belakang. Ia melihat banyak darah berceceran di sekitar mulut dan hidung Raihan.
'ya Allah apa yang terjadi?'
Dada Raihan sungguh sesak dan bertambah sesak ketika melihat bundanya menangis. Tangannya yang penuh darah mencoba mengusap pipi sang bunda tapi itu tidak bisa malah membuat pipi Putri terlihat kotor.
"maaf". Ucap Raihan lirih bahkan sangat lirih. Sakit di seluruh badannya terasa sudah dipuncaknya. Badannya terasa ringan dan kemudian matanya pun tertutup.
apakah ini akhir?
🍁🍁🍁Mobil Adrian sudah sampai di rumah sakit dan terparkir sembarang. Masa bodoh lah keadaan anaknya sekarang lebih penting. Eehh, anak?
Adrian menggendong Raihan yang sudah menutup matanya. "SUSTER TOLONG WOYY". Ucap Adrian ketika melihat suster lewat di depannya. Suster itu pun menoleh dan pergi kemudian membawa brankar bersama perawat lainnya. Tubuh kurus Raihan Adrian letakkan pelan pelan di brankar dan langsung didorong menuju IGD.
Sepuluh menit berlalu pintu IGD terbuka menampakkan wajah dokter pria yang tak bisa dijelaskan. "bagaimana keadaan anak saya dok?". Tanya Putri. Sementara dokter itu hanya menatap sendu Putri. "pasien tidak dapat diselamatkan sepertinya saat anda menuju kemari pasien sudah tidak ada". Ucapan dokter itu membuat dunia Adrian dan Putri runtuh.
Adrian yang sudah emosi langsung menarik kerah dokter itu dan membogemnya. "anda jangan bercanda". Ucap Adrian terus membogem dokter itu sampai sampai membuat gaduh rumah sakit. Membuat beberapa orang yang ada di sana mencoba menghentikan Adrian dengan aksi brutalnya.
Putri seakan tidak peduli dengan keributan yang ada di sekitarnya ia segera masuk ke dalan IGD dan menemukan suster yang akan menutup wajah anaknya dengan kain putih. Suster tersebut merasa ada seseorang pun langsung membatalkan niatnya untuk menutup wajah Raihan dan pergi meninggalkan ruangan itu memberi ruang terhadap Putri.
Putri mendekat ke arah Raihan yang sudah terbujur kaku. Mata Putri melihat betapa damainya wajah Raihan. Seluruh badannya pucat dan di bibir pucat itu tersungging senyum yang membuat pertahanan Putri kian hancur.
Tangan Putri bergerak menggenggam tangan dingin Raihan. Matanya yang mengeluarkan air mata terus saja memandang wajah pucat dan damai itu. Putri mendekatkan wajahnya ke wajah Raihan dan mengecup dahi Raihan lama.
Sedangkan Adrian yang sudah ditenangkan di luar menangis meraung raung di luar menyesali perbuatannya selama ini.
'goodbye'
End
Fyuuh akhirnya end gimana ngefeel nggak?. Hehe
Maap ya kalo feelnya kurang. Makasih buat kalian yang udah dukung aku selama ini sampe akhirnya buku ini selesai.
Awalnya cuma iseng doang buat cerita ini tapi banyak yang suka akhirnya dilanjutin dan nggk nyangka aku bisa selesain.
Lop yuu💞💞💜
Kendari,14,maret,2020
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIHAN STORY'S ✅
Teen FictionCover by : @safitrithia25 Kesempurnaan fisik melengkapi tubuh lelah nan rapuh itu.Tersenyum menutup kesedihannya. Ia tidak suka dikasihani. Ia ingin dirinya disayang kembali dengan tulus tanpa paksaan dan rasa kasihan. Dia, Raihan Devano Putra Penas...