21. Ciuman sialan.

22.1K 1.4K 85
                                    

Apa aku harus jadi soal UN biar kamu bisa seriusin aku?

_____________________________________

Dipagi hari yang indah seluruh siswa SMA Trisakti serentak melaksanakan Ulangan Tengah Semester dengan sangat hikmat. Tak ada satu pun yang membawa contekan atau sekedar memberi kode satu sama lain, seluruh siswa mengerjakan soal masing-masing dengan jujur.

Kalian percaya? Tentu saja tidak!

Yang terjadi di ruang 7 ini justru sebaliknya. Bagaimana tidak? Abi, Laura, Rangga dan Roman sama-sama disatukan dalam satu Ruangan. Entah kebetulan atau memang sudah menjadi jawaban atas sholat malam yang dilakukan Laura selama tiga hari berturut-turut menjelang UTS.

Sebenarnya Laura hanya berdoa agar dia satu ruang dengan Rangga. Abi dan Roman tidak termasuk. Tapi ya sudahlah bersyukur saja.

Laura mengamati lembar jawabnya yang masih bersih tanpa noda. Otaknya tidak bisa berfungsi dengan baik. Bahkan menuliskan nama saja dia salah, bagaimana mau mengerjakan soal. Rasa-rasanya ia ingin kesurupan Maudy Ayunda saja, atau Jerome Polin boleh juga karena otaknya benar-benar tak bisa menelaah soal matematika semacam ini. Persamaan kuadrat, aljabar, peluang, integral dan masih banyak lagi materi yang terdengar asing di otaknya.

Yang dia tahu hanya persamaan rasa antara dia dan Anggit, atau peluang untung mendapatkan hati cowok itu atau hal lain yang berkaitan dengan kebucinan.

Sungguh miris. Tapi itulah kenyataannya.

Lagi-lagi laura melirik sesaat kearah Rangga yang terlihat tenang mengerjakan soal. Kemudian pandangan matanya beralih pada Abi yang menyenderkan kepalanya pada meja sembari menulis sesuatu disana menggunakan tipe-x. Tipe-tipe perusak aset kelas. Abi terlihat begitu lelah, Laura paham hal itu. Karena yang dia tahu, Abi tak pernah absen untuk menginap di rumah sakit dan menjaga saudara kembarnya.

Ah mengingat hal itu malah membuat Laura semakin merindukan Anggit, kira-kira apa yang sedang dilakukannya di rumah sakit saat ini? Apakah mungkin menggigiti selang infus karena bosan? Atau menggoda perawat cantik disana. Ah tidak! Laura menggeleng pelan, Anggit bukan tipe cowok seperti itu. Paling mentok dia akan bermediasi di tempat tidur dan tidak melakukan apapun.

"Ptss mana lembar jawab nya? Gue udah nyoba ngitung kancing tapi nggak akurat." Bisik Roman kepada Rangga.

Rangga hanya mendengus perlahan lalu memberikan lembar jawab itu kepada Abi, karena memang lokasi duduk Abi paling dekat dengannya, setelah itu Roman, baru Laura.

Abi menerimanya dengan senang hati lalu mulai menyalin jawaban Rangga dengan cepat. Setelah sepuluh menit berlalu Abi pun langsung menyalurkan lembar jawab itu kepada Roman.

"Bismillahirrahmanirrahim, semoga nyontek kali ini berkah karena diawali bismillah." Ucap Roman penuh keseriusan sebelum akhirnya tetap ikut menyalin jawaban dari Rangga.

"Jangan bikin malaikat lo bingung mau nyatet amal baik apa buruk deh Man." Desis Abi pelan.

"Suka-suka inces dong." Kata Roman yang langsung membuat ekspresi Abi seperti orang mau mutah.

Berbeda dari Abi, kali ini Roman membutuhkan waktu lebih lama hanya untuk menyalin jawaban. Entah apa yang dilakukannya, mungkin saja dia menyelipkan doa disetiap butir soal.

Setelah selesai dengan semua soal, Roman langsung menyalurkan lembar jawab itu kepada Laura.

"Ptsss...Ra," bisik Roman pelan karena Laura terlihat melamun dan mungkin tidak mendengar panggilannya "Laura oh laura..." Bisik Roman lagi setengah mengeram karena Laura tak kunjung menyahutnya.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang