45. You're gonna be my last

14.9K 1.3K 822
                                    

Jika sesuatu memang ditakdirkan untukmu, sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi milik orang lain

***
Jangan lupa vote dan komennya ya..

"Mata lo digunain dong beb, ini tiga kali loh, lo injak sepatu gue," ujar Laura kesal.

"Muka gue ketutupan, bego!" runtuk Anggit lebih kesal.

Sekarang posisinya dia menutupi seluruh wajahnya dengan tas dan berjalan mengikuti Laura dari belakang. Mereka terlihat seperti anak kecil yang bermain kereta-kereta-an.

Jika Laura tidak se tega itu mencoret wajahnya, Anggit tidak harus berlaku seperti ini. Penyakit idiot Laura sepertinya menular padanya.

"Jauh banget toiletnya."

"Sabar Nggit, mau sampai."

"Lima kali lo bilang itu."

Laura tertawa pelan, "Tadi kan nyasar toliet cewek, tapi ini arahnya bener kok."

Langkah Laura kemudian berhenti setelah tiba di ruangan yang bertulisan 'toilet laki-laki'

"Udah sampai."

Tanpa mengucapkan kata apapun Anggit langsung masuk kesana. Sedangkan Laura menunggunya diluar. Belum genap satu menit Anggit memasuki toilet, seorang anak kecil keluar dengan teriakan nyaring.

"AAAAA BUNDA ADA JURIK DI KAMAR MANDII!!!" teriak anak itu sembari berlari ketakutan.

"Dasar anak dakjal!" kali ini suara Anggit terdengar sembari memaki anak tadi.

Satu detik ...dua detik ....Tawa Laura akhirnya meledak.

"HAHAHAHA ....ASTOGE PACAR GUE DIKATAIN JURIK! HAHAHA!"

"Nggak usah ketawa," celetuk Anggit dari dalam toilet.

Laura menutup mulutnya dengan kedua tangan, berusaha menahan tawa mati-matian. "Iya jurik sayang, cepetan ya gue bosen nunggu."

"Susah ilang ogeb, lo pake spidol apa sih."

"Nggak permanen kok, suwer deh apa perlu gue bawain bensin biar cepet ilang?" tawar Laura dengan raut serius.

"Nggak," jawab Anggit ketus.

"Maaf ya sayang," ujar Laura yang kesekian kali. Namun tak ada jawaban apapun dari Anggit.

Laura menghembuskan napasnya kasar. Dia memilih diam dan menunggu cowok itu sampai selesai membersihkan muka.

***

"Anggit tungguin!" Laura berlari kecil, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Anggit. Cowok itu baru keluar dari toilet. Wajahnya kini sudah bersih dari coretan, namun noda merah masih sedikit menempel di bibirnya.

Woiya jelas, liptin Laura kan waterproof.

"Jangan marah Nggit, gue cuma bercanda."

Lagi-lagi tak ada jawaban dari cowok itu. Bahkan Anggit enggan menggandeng tangan Laura seperti tadi.

"Maaf."

Masih tak ada jawaban.

"Jangan marah."

Laura melingkarkan tangannya pada perut Anggit. Memeluk cowok itu dari belakang. Dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang terarah padanya. Sedangkan langkah Anggit langsung berhenti setelah Laura memeluknya.

"Lepas."

Laura menggeleng, "Enggak."

Enggan berdebat, Anggit melepas tautan tangan Laura dengan paksa, lalu melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Laura dibelakangnya. Rautnya masih datar tanpa ekspresi.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang