39. Medan perang?

14K 1.1K 648
                                    

Didedikasikan untuk mnottidwxyz

Vote dulu boleh? Komen juga biar semangat ngetik.

***
Kebersamaan adalah kunci pertemanan, dimana satu orang yang terkena masalah, lainnya akan membereskan masalah itu

Abi mengusap wajahnya gusar. Mendudukan tubuhnya di lantai rumah sakit. Raut pucat dan jejak air mata masih menghiasi wajahnya. Meskipun kini Anggit sudah ditangani oleh pihak medis namun bukan berarti rasa cemas itu hilang begitu saja.

Sedangkan Laura masih terisak, menenggelamkan wajahnya di lututnya. Gadis itu tampak sangat kacau. Seragamnya lusuh, dan terdapat beberapa bercak darah ditangannya.

"Kenapa dokternya lama banget sih, gue nunggu sejam lagi nggak ada kabar gue dobrak beneran, hiks." Laura mengusap air matanya kasar.

"Sabar Ra, kita doakan aja yang terbaik." Nathan mengelus pundak Laura pelan, berusaha menabahkan hati gadis itu.

"Dia nggak boleh pergi Tan, Anggit nggak boleh pergi, dia udah janji sama gue." Laura terisak. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menahan air mata yang sedari tadi keluar dari matanya.

Semua teman-teman Anggit hanya bisa menunggu di luar ruangan dengan raut cemas. Bahkan terhitung sudah hampir sepuluh kali Roman bolak-balik didepan pintu IGD. Dan sesekali mengintip jendela kaca disana, meskipun dia tahu jendela itu tidak menunjukkan apapun.

Tak lama kemudian muncul Kinanti yang berlari menuju IGD, diikuti suaminya dibelakang. Kinanti langsung menghampiri Abi dengan wajah panik.

"Anggit mana? Kenapa bisa kaya gini bang? Dia baik-baik aja kan bang? Jawab Mami!" Tanya Kinanti bertubi-tubi.

"Anggit dikeroyok Mi, maafin Abi telat datengnya Mi."

Kinanti memeluk Abi sembari terisak. Mengelus pelan surai putranya tanpa bisa berkata-kata. Disisi lain dia marah akan apa yang menimpa putra keduanya, namun dia juga tidak bisa menyalahkan Abi atas kejadian itu.

Cekrek

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka bersamaan dengan munculnya dokter dari sana.

"Gimana kondisi anak saya dok? Dia baik-baik saja kan?" Tanya Kinanti.

"Pasien mengalami luka parah pada bagian perut dan dadanya. Tim dokter sudah berusaha yang terbaik namun keadaannya masih kritis, kita doakan saja semoga dia bisa melewati masa kritisnya."

Kinanti memegang dadanya sembari terisak. Irawan yang juga berada disana langsung memeluk istrinya erat.

"Kenapa harus Anggit mas, kenapa harus dia yang selalu kesakitan, aku nggak tega liat anak kita kaya gitu mas."

"Tenang sayang, semua akan baik-baik saja," ujar Irawan menangkan istrinya.

***

"Jadi gimana? Apa tindakan kita selanjutnya?" Tanya Nathan sembari menatap satu persatu temannya.

Tepat sehari setelah penyerangan Anggit kemarin, Abi meminta seluruh Anggota untuk berkumpul di markas. Seperti yang sedang terjadi saat ini. Mereka akan menyusun rencana yang matang untuk membalas perlakukan geng Dragons.

"Geng sialan itu berani datang dan ngeroyok Anggit dimarkas kita. Gue nggak ngewajibin kalian buat ikut, tapi gue bakal maju paling depan buat balas semua kelakuan mereka."

Napas Abi menderu ketika mengatakan kalimat itu. Tentu dia masih belum terima atas apa yang terjadi pada adiknya. Apalagi keadaan Anggit masih kritis hingga saat ini. Membuatnya semakin tak sabar untuk membabat habis tikus-tikus itu.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang