Didedikasikan untuk ilaqie
Vote dulu baru baca, komen juga ya biar cepet update.
***
Don't leave me here when i'm on my lowest, my heart already broken. Need you to here and fix me.
***Anggit menundukkan kepalanya. Enggan menatap ekspresi marah dari ayahnya. Cowok itu masih saja setia berdiri diruang tamu, hanya mendengarkan seluruh omelan ayahnya tanpa menjawab satu kata pun.
"Papi nggak mau tau, ini bakal jadi masalah terakhir yang kamu buat di sekolah. Papi nggak mau denger surat panggilan orang tua lagi dari sekolah kamu! Ngerti?!"
Anggit masih terdiam. Mengunci mulutnya rapat-rapat. Membuat Irawan menghembuskan napasnya kasar. "JAWAB ANGGIT KAMU NGERTI APA TIDAK!"
"Emang Papi ngertiin Anggit?"
Jawaban Anggit sontak menyulut emosi Irawan. Pria itu berjalan mendekati putranya. Menarik rambut Anggit sebelum akhirnya mendorong kepala putranya ke dinding.
Brakk
Anggit hanya bisa meringis pelan ketika kepalanya menghantam dinding dengan keras. Hingga terdengar suara hantaman nyaring dari sana. Membuat kepalanya berkedut nyeri.
"Kenapa? Sakit?" Tanya Irawan dengan nada rendah.
Anggit menggeleng pelan. Kembali menampilkan raut datarnya. Meskipun saat ini kepalanya mulai terasa pusing.
"Jangan karena Mami kamu nggak ada dirumah, kamu bisa kurang ajar sama saya!" Desis Irawan.
Anggi tertawa pelan. "Jangan karena Mami nggak ada dirumah, anda bisa memperlakukan saya seperti ini," kata Anggit membalikan ucapan ayahnya. Melihat pemilihan kata yang dipakai Anggit membuat Irawan geram. Bahkan anak itu tidak lagi memanggilnya Papi melainkan 'anda'.
"Kamu memang tidak bisa diatur. Saya harap Abi tidak pernah memiliki kembaran. Saya juga berharap tidak pernah memiliki anak seperti kamu."
Anggit menelan salivanya berat. Kedua matanya memanas seketika. Rasa nyeri yang menyerang kepalanya tergantikan oleh rasa sakit dihatinya. Anggit bisa saja berpura-pura bahwa dia baik-baik saja, namun kenyataannya? Hatinya sakit mendengar kalimat itu keluar dari ayahnya.
"Saya harap keinginan anda segera terwujud," kata Anggit dengan suara serak.
Napas Irawan menderu. Pria itu melepaskan jambakannya di kepala Anggit dengan kasar. Membuat beberapa helai rambut putranya menempel ditangannya. Kemudian dia meninggalkan Anggit disana dan berjalan keluar dari rumahnya. Pikirannya sangat kacau. Bahkan dia tidak sadar dengan apa yang dikatakannya.
Irawan menggeleng pelan. Meruntuki ucapannya sendiri. Perasaan bersalah mulai menyerang dirinya. Anggit bahkan tidak pernah menghindar dari pukulannya. Anak itu seolah menerima perlakuannya dengan pasrah.
"Apa yang sudah kulakukan," guman Irawan pada dirinya sendiri.
***
Anggit mengambil kunci mobil cadangan sebelum akhirnya mengendarai benda itu keluar dari area rumahnya. Jika saja motornya tidak tertinggal disekolah mungkin dia tidak akan memilih menggunakan mobil. Cowok itu bahkan masih mengenakan segaram osisnya. Dengan kecepatan sedang dia mengendarai mobil melintasi jalanan. Tujuan utamanya yaitu markas Serpents.
Tak butuh waktu lama bagi cowok itu untuk tiba disana. Tempat itu terlihat sepi, mungkin karena memang masih jam sekolah. Kalau saja Anggit tidak diskors mungkin dia juga tidak akan berada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flycatcher
Teen Fiction#1 in gengster #1 in anakSMA [ SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW DULU UNTUK MEMBACA] Ini tentang Anggit Rahesa Yudistira, cowok pemilik tatapan elang yang mampu membuat siapapun berpikir dua kali jika mau berurusan dengannya. Memiliki sifat dingin...