43. Tantangan spesial

16K 1.3K 610
                                    

Kuy absen domisili lagi kuy, biar makin kenal, kalian dari mana?

Aku dari Wakanda

Siap spam komen buat next up?

***
Tolong berjanji, jangan pergi sebelum aku siap. Tapi maaf, sepertinya kamu tidak akan kemanapun, karena aku tidak pernah siap

***

"Anggit, jangan geleng-geleng kepalanya." Laura meruntuk kesal. Salah satu tangannya memegangi kepala kekasihnya, sedangkan tangan yang lain sibuk menata sheet mask diwajah Anggit. Meskipun cowok itu menampilkan raut malas, tapi Laura tak peduli.

"Heran. Padahal tinggal diem anteng kok susah banget sih lo," ujar Laura pada Anggit.

"Ya siapa suruh lo maksa gue pake masker. Nggak liat muka gue kaya ondel-ondel gini?" balas Anggit kesal.

Cowok itu berpura-pura menggigit tangan Laura setiap kali gadis itu menyentuh wajahnya. Hingga membuat Laura semakin kesulitan memasangkan masker tersebut.

"Lo gigit gue cubit ya!" ancam Laura membuat Anggit terkekeh.

"Iya Kanjeng Mami."

Dengan gerakan kilat tangan Laura sudah berada di perut Anggit dan mencubit perut cowok itu. Hingga membuat Anggit berteriak kesakitan.

"Anjir, gue kan nggak gigit sayangkuuu," teriak Anggit melayangkan protes.

Cowok itu mengusap pelan perutnya yang menjadi korban amukan Laura. Ini bisa disebut KDRS (Kekerasan Dalam Rumah Sakit). Gadis nya ini benar-benar kejam. Cubitan Laura tadi tak tanggung-tanggung rupanya.

"Makanya nggak usah ngatain gue Kanjeng Mami, gue nggak gendut." Laura melayangkan tatapan tajam. Meskipun dia tau Anggit hanya bercanda tapi tetap saja, cewek selalu sensitif masalah berat badan bor!

Anggit hanya memutar matanya jengah. Memang apa masalahnya? Toh Laura gendut atau pun tidak, Anggit tidak peduli. Dia tetap akan mencintai gadis itu sama besarnya.

"Sakit sumpah, Ra," kata Anggit melebih-lebihkan. Cowok itu memasang tampang seolah kesakitan. Membuat Laura menyengit bingung. Padahal yang dia tahu, Anggit tidak pernah lebay seperti ini. Jangankan cubitan, tonjokan saja tidak akan terasa sakit baginya.

"Masa sih?" tanya Laura mulai khawatir, dibalas anggukan dari Anggit. "Coba sini liat?" Gadis itu awalnya hendak menarik baju Anggit keatas, namun dicegah oleh sang pemilik.

"Jangan grepe-grepe," ujar Anggit ngelantur yang sontak membuat Laura menoyor kepalanya.

"Grepe mata lo soak!" celetuk Laura tak habis pikir. Gadis itu lalu menarik kaos Anggit ke atas dengan paksa. Memperlihatkan ruam merah yang menghiasi perut cowok itu. Laura menelan ludahnya sesaat, fokus Laura, fokus!

"Biasa aja liat nya." Anggit mengulum senyumnya pelan. Meskipun perutnya menampilkan bekas merah, tapi cubitan Laura tadi sebenernya tidak terlalu sakit. Hanya saja Anggit suka melihat Laura khawatir padanya.

"Maaf ya gue nggak tau kalau bakal merah gini." Laura meniup bekas merah itu beberapa kali, kemudian mengusapnya pelan. Dia merasa sedikit bersalah. Sungguh, dia tidak berniat menyakiti Anggit.

"Shit!" Anggit langsung gelagapan dibuatnya. Cowok itu kemudian mengalihkan pandangannya. Memasang tampang sedatar mungkin dan buru-buru menarik kaosnya turun.

Jangan sampai dia kelepasan dan membangunkan sesuatu disana. Huh, kamarnya tiba-tiba terasa panas. Siapa yang mematikan AC ruangan?

"Udah sembuh, Ra. Serius."

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang