33. Troublemaker

17.9K 1.2K 147
                                    

Didedikasikan untuk alawiyah313

***

Vote dulu dong, komen juga, share juga boleh.

***
Got me spinning like a ballerina, feeling gangsta everytime i see ya, You're the king and baby i'm your queen of disaster.

***

"Cepetan cuci muka bego, gue tunggu diruang PS."

Anggit hanya melirik sesaat kearah Abi yang sedari tadi mengomel padanya.

"Perawan bangun siang banget, mau jadi apa lo?"

Anggit memutar mata jengah. Rupanya Abi masih belum puas juga mengomelinya.

"Gue cowok, goblok," katanya dengan raut datar.

"Iya-iya buruan cuci muka!" Abi kembali memberi perintah, diikuti deheman malas oleh Anggit.

Mengapa kakaknya itu begitu cerewet? Tidak bisakah dia diberi kembaran yang sedikit saja lebih waras?

Dengan mata masih memejam dan kesadarannya belum penuh, Anggit berjalan menuju wastafel yang berada di dapur. Dia mengucek matanya sesekali. Rambutnya sangat berantakan dan berjatuhan ke depan hingga membuat pandangannya semakin tidak jelas. Terlebih, dia masih mengantuk.

"Aww sakitt!"

Terdengar pekikan seseorang yang sontak membuat Anggit mengerjapkan matanya. Sepertinya Anggit baru saja menyenggolnya.

"Kenapa?" tanya Anggit cuek.

Gadis itu menatapnya sembari memperlihatkan tangannya yang terluka kemudian akibat pisau. Lalu mulai merengek. "Sakit Anggit! lo kalo jalan liat liat dong. Gue kan lagi motong sayur. Ini sakit banget lo harus tanggung jawab. Kalo jari gue diamputasi gimana? hah? lo harus tanggung jawab!"

Anggit menyengit sesaat. Mengamati luka gores pada tangan Viona lalu berguman "Luka dikit doang, lebay."

Mau tak mau Anggit menarik tangan Viona dan membersihkan noda darah yang mengalir disana. Kemudian dia menekan jari Viona menggunakan baju yang dipakainya untuk mencegah darah agar tak lagi keluar.

"Lo harus obatin!" titah Viona lagi. Gadis itu menautkan bibirnya sebal.

Bukannya terlihat imut, Anggit justru risih dengan raut wajah Viona yang terkesan dibuat-buat.

"Gue ambil betadin," kata Anggit.

"Eh eh tunggu," Viona menarik tangan Anggit dan menahannya, sembari bergelanyut manja disana. "Lo disini aja, jangan dilepas! biar Laura yang ambilin, mau kan Ra?"

Mendengar nama Laura sontak membuat Anggit menolehkan kepalanya kebelakang. Dia melihat seorang gadis berdiri tak jauh dari tempatnya. Laura sepertinya sudah disana sejak tadi.

Laura berjalan mendekat "Tangan lo kenapa?" tanya Laura kepada Viona.

"Tadi waktu gue masak sama Anggit, dia nggak sengaja nyenggol gue jadi kena pisau," Jelas Viona dengan senyuman culas.

"Hah?" Anggit menyengit dengan wajah bingung. "Ngarang lo?" tanya cowok itu dengan raut malas.

Laura hanya terkekeh pelan, tentu saja dia tau Viona hanya berusaha membuatnya panas. "Gue ambilin betadin bentar," Kata Laura sebelum akhirnya berjalan keluar dari dapur tersebut, meninggalkan Viona dan Anggit yang masih mematung disana.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang