31. Pilihan

15.8K 1.2K 112
                                    

Didedikasikan untuk tasya180505

Jangan lupa vote dulu, dan ramaikan dengan komenan kalian ya.

***
Bukan semua kesedihan harus dibagi dengan sahabat, tetapi yang perlu kita bagi adalah kebahagiaan yang dilakukan secara bersama-sama tanpa mentingin kasta.

***

Mobil gerombolan Laura memasuki khawasan Villa milik Rangga. Sedangkan mobil gerombolan Rangga sudah terlebih dahulu tiba disana. Mereka terlihat sibuk membawa barang bawaan masing-masing untuk memasuki Villa. Termasuk juga Laura.

"Gue bawain," tawar Anggit ketika Laura hendak membawa kopernya masuk. Namun belum sempat Laura menjawab Anggit sudah terlebih dahulu menyahut kopernya dan membawanya masuk.

"Koper doang yang dibawa, orangnya ditinggal," sindir Laura.

Anggit hanya mengangkat bahu acuh dan tetap melanjutkan langkahnya. Sedangkan Laura menyusulnya dengan wajah dongkol.

Di Villa tersebut terdapat dua kamar yang ditempati oleh perempuan. Sedangkan kaum cowok akan tidur didepan sofa tv sembari menggelar tikar. Entah nasib sial macam apa yang mendatangi Laura hingga membuatnya satu kamar bersama Viona. Sedangkan Shena satu kamar dengan Sasky.

Ketika Laura memasuki kamarnya, Viona sudah ada disana. Gadis itu terlihat sibuk menata bawaannya. Dengan sesekali melirik ke arah Anggit yang meletakkan tas Laura di kamar.

"Eh Anggit, lo sekamar sama gue?" tanya Viona dengan mata berbinar.

Anggit menggeleng "Cuma bawa tas Laura."

"Kirain lo mau sekamar sama gue."

Perbincangan mereka yang juga didengar oleh Laura membuat Laura semakin kesal.

"Ngarepin pacar orang aja kerjaan lo!" sewot Laura. Menatap Viona dengan tatapan tidak ramah.

"Dih datang-datang nyerobot aja kaya supir bajaj lo!" Tak mau kalah Viona juga menatap Laura sama tajamnya. Mereka beradu manik seolah bersiap untuk pertempuran sengit.

"Hm, gue keluar deh." Putus Anggit. Dia lebih memilih menghindari ketegangan semacam ini. Berada ditengah-tengah perang dingin antar dua perempuan adalah hal terakhir yang diinginkan Anggit.

"Makasih Nggit," sahut Laura singkat.

Anggit mengangguk singkat "Gue diruang tengah, kalo lo kangen."

Laura mengangguk kaku, membiarkan Anggit akhirnya keluar dari kamarnya. Kemudian gadis itu mendudukan tubuhnya disebelah Viona "Geseran dikit bitch!"

Viona hanya mendengus kesal kemudian menggeser tubuhnya sesuai permintaan Laura.

"Kalo tidur nggak usah deket-deket gue, enek gue sama lo."

Laura tertawa sumbang. Apa yang baru saja Viona bilang? Seharusnya Laura lah yang berkata demikian.

"Siapa juga yang mau deket sama lo, alergi gue," sahut Laura tak mau kalah.

***

Laura keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang tengah. Namun sepertinya Anggit tidak berada disana. Kemana perginya cowok itu?

Kemudian Laura berjalan menyusuri samping Villa. Lebih tepatnya di daerah rerumputan yang lebih terlihat seperti taman. Terdapat Rangga dan Nathan yang sedang membersihkan alat panggangan disana.

Laura tahu agenda mereka malam ini memang barbeque-an. Jadi gadis itu memutuskan untuk menghampiri mereka. "Gue bantu doa aja ya Ngga."

"Doa lo nggak bakal didenger, banyakan dosa lo," timpal Nathan.

FlycatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang