Dua puluh satu

20 4 0
                                    

“Aku tidak papa,percaya lah.”

Happy reading..

***

Bagaikan tersayat benda yang tajam,bagaikan tertusuk oleh bilahan pisau,bagaikan tersambar petir di siang bolong, seperti itulah hati Mely saat ini.

Sakit? Tentu saja.

Ketika kalian mendengar pacar kalian ternyata masih punya seorang kekasih,dan lebih cantik dari kalian apa kalian akan diam saja? Apa kalian akan berpura pura seolah semuanya baik baik saja? Mungkin sebagian orang akan melakukan itu,tapi tidak dengan Mely.

Setelah mendengar pernyataan gadis bernama Sherly tadi,dia langsung pergi meninggalkan kantin dengan air mata yang sudah bercucuran.

Sakit. Sangat sakit.

Ia juga sengaja mematikan ponselnya,agar Ken tidak bisa menghubungi nya.

Kini ia sedang berada di salah satu cafe dekat sekolah. Jangan tanya kenapa dia bisa keluar dari sekolah nya,karna ia memanjat pagar belakang sekolah nya.

Air matanya tak kunjung berhenti turun. Begitu sesak ketika mengingatnya.

Mely melihat ke arah jendela dimana orang orang berdatangan. Dengan di temani segelas secangkir kopi,membuatnya agak sedikit lebih tenang. Entahla,akhir akhir ini ia lebih suka meminun kopi.

Mely menghela nafas untuk kesekian kalinya. Untuk meredakan nyeri di dadanya yang tak kunjung sembuh.

Di liriknya ponsel yang sengaja ia matikan,mungkin untuk beberapa jam kedepan ponselnya tak akan ia nyalakan.

Mely memejamkan matanya,menikmati dingin ruangan ini.

“Sakit” gumam Mely sambil memukul dada nya.

“Gue bodoh ya? Dia selingkuh?” tanya nya pada diri sendiri.

Kata kata Sherly masih terngiang ngiang di dalam benaknya.

Kalau gitu,kenalin,gue Sherly,pacar pertama Ken yang sampai sekarang masih berstatus pacar dia”

Pacar pertama Ken.

Sampai sekarang.

Pacar pertama..

Kata kata itu terus terngiang ngiang. Mely menundukkan kepala nya. Cairan bening,lagi dan lagi keluar dari pelupuk matanya. Seolah tak kenal lelah untuk keluar.

Mely terdiam,memikirkan semuanya,mencerna ucapan Sherly di kantin tadi. Apakah Ken menjadikan dia yang kedua? Apakah Ken hanya memainkannya? Apakah Ken hanya menjadikan ia tempat pelampiasan semata? Entahlah, memikirkan itu membuat kepala Mely seakan ingin pecah.

Tengah sibuk dengan pikirannya,tanpa sadar kursi di depannya kini sudah di isi oleh seseorang.

“Dicariin di sekolah ga ada,ternyata ada disini” suara ini,Mely sangat sangat mengenalinya,harum parfum yang orang ini kenakan Mely sangat hafal aroma parfum siapa.

Mely mendongkak,benar saja dugaannya.

Di depannya kini,Ken duduk dengan raut wajah memerah menarahan marah. Tunggu,kenapa Ken terlihat marah? Apa yang membuat dia seperti itu?

Cinta Patah dan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang