Sembilan belas

22 3 0
                                    

"Dua bulan saya menunggu, dan sekarang waktunya saya kembali."

Happy reading...

****

Setelah kejadian Ken menabrak seseorang, Ken jadi lebih banyak diam.

Padahal di sebelah nya Mely berceloteh namun tak di hiraukan oleh Ken. Pikiran nya masih tertuju kepada kejadian tadi. Ia masih mengira bahwa itu mimpi di siang bolong,namun nyatanya itu sangat sangat nyata terjadi.

Ketakutan mulai muncul di dalam benak Ken,ia takut bahagia yang sudah ia rancang sejak memulai hubungan dengan Mely runtuh begitu saja. Ia takut,semuanya akan rusak dalam sekejap.

Pikiran itu terus berputar sampai Mely memecahkan lamunannya.

"Ken..." panggil Mely lembut.

Ken menoleh,ia melihat mata indah itu sedang menatap nya,mata yang hitam,bulat itu sedang menatap dirinya.

"Kamu kenapa?." tanya Mely pelan.

Ken menggeleng singkat.

Mely menghela nafas dan mengalihkan pandangan nya ke arah jendela,menatap jalanan jakarta yang kian memacet.

"Aku dari tadi ngomong ga di tanggepin,kamu kenapa sih Ken?." tanya Mely tanpa mengalihkan pandangan nya dari jendela.

Ken menghela nafasnya gusar. Ia memberhentikan mobilnya di sisi jalan yang sepi. Ken menunduk melihat sepatunya. Ia mengatur nafasnya yang tiba tiba memburu. Kemudian ia mendongkak dan menatap Mely dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Aku gapapa,maaf udah buat kamu khawatir." ucapnya Pelan.

Mely mengalihkan pandangan nya dari jendela ke arah Ken,yang kebetulan sedang menatap nya juga. Seketika darahnya berdesir hebat,ia selalu lemah ketika menatap bola mata Ken yang berwarna coklat itu.

Mely tersenyum lalu menggenggam tangan Ken, "gapapa Ken,aku ngerti. Aku cuman mau kalo ada apa-apa kamu cerita sama aku. Jangan pernah anggap kamu sendiri. Aku disini,buat kamu." ucapnya panjang lebar.

Seketika seulas senyuman mengembang di bibir Ken. Ia bersyukur memiliki kekasih seperti Mely,yang bisa menerima ia apa adanya. Ia bersyukur memiliki Mely yang bisa mengerti keadaannya.

"Aku bersyukur memiliki kamu,aku bersyukur bisa sama kamu. Aku harap kamu yang terakhir sayang,aku gamau setelah ini ada orang baru yang menggantikan kamu." Ken menjeda sejenak ucapan nya.

"Aku mencintaimu Melyana Prahdiva."

****

Malam ini jakarta sedang di landa hujan deras. Jakarta hampir tidak pernah hujan,makannya saat hujan turun banyak orang yang menyukai nya. Tapi tidak dengam cowok yang sedang duduk di balkon kamarnya sambil menatap sendu hujan di depannya.

Bayangan demi bayangan terus berputar di kepala nya. Ketakutan itu kian muncul bertubi tubi. Ia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia.

Ia menghela nafasnya. Lalu mengambil gelas bersikan kopi lalu meninumnya. Di sebelahnya ada sebuah makalah tentang pelajaran biologi. Walaupun bad boy ia tidak pernah malas belajar.

Cinta Patah dan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang