16. Labrak

60 14 4
                                        

     Senja meregangkan otot-ototnya, ia berdehem pelan lalu membuka layar ponselnya.

Direct message

Dsha.nediya: kak Senja ga ada rasa bersalah?

Dsha.nediya: aku ini korban kak

Dsha.nediya: kakk aku korban kak disini, kakak yang nyiram aku

Senjakhr: bacot

Ia tak tahan lagi dengan drama murahan yang dibuat Disha, anak kecil yang kerjaannya cuma drama sana sini. Membuat Senja muak dengan tingkah centilnya di hadapan Dean.

Kalau Jia(pacar Jaehi) masih bisa di toleran karena tau batas privasi, tapi Disha? Entah lah, segitu cintanya dia akan Dean.

Una

Senja: na, bsk mau ikut gue kan?

***

 

  Senja berjalan paling depan, di ekori oleh kedua sahabatnya, Jihan dan Una.

"Yang namanya Disha angkat tangan!" Kata Senja ketika sampai di ambang pintu kelas 10 IPA 5. Gadis itu sudah kehilangan kesabaran.

Senja segera mendekat dengan tangan yang melipat di depan dada.

"Maksud lo apa? Sok-sokan jadi korban".

"Kak-aku emang korban ak——" .

"Nggak usah bohong, nggak usah berlagak jadi korban di drama sampah lo ini".

"Hiks...hiks..Kak Senja kenapa begitu sama aku?".

"Nggak usah nangis, ini drama kamu loh, masa kalah, cuih".

"Hah, sebenernya gue males ngelabrak lo kayak gini takut dibilang senioritas or the something like that. Tapi kan, disini lo duluan yang mulai".

"Iya! Aku emang suka Kak Dean dari dulu, tapi karena lo! Gue jadi terhalang"

"Hm"

"Kak Senjaa!! Jauhin Kak Dean!"

"Nggak mau"

"Senja!! Lo bener bener bangunin macan tidur"

"Dan...maaf, lo juga bangunin megalodon"

Disha kicep bukan main, ia mengatupkan bibir tidak tahu harus membalas apa.

"Semoga lo cepet dapet ilham ya, dek" kata Senja sekilas lalu pergi.

"AKHH!!" Disha mengacak rambut frustasi sambil terus menatap sinis ke arah Senja yang mulai menjauh.

"APA YANG LO LIAT HAH?!!" Disha berteriak saat selueuh isi kelas menatapnya.

"SENJA!! LIAT AJAA!!"

***

   Senja merenung dikerubungi dua temannya, Una dan Jihan.

"Sen, lo mau tau nggak,?" Una membuyarkan lamunan Senja.

"Apaan?"

"Kalo masalah si onoh—jelas gue nggak mau tau," sambung Senja malas.

"Sebenernya......, di dress lo ada kamera kecil yang nggak lo tau. Kita berdua emang udah feeling bakal ada kejadian yang nggak enak" jelas Una hati-hati.

"WHAT?!?!? DEMI APA?!?!" Senja menganga tak percaya, feeling kedua sahabatnya benar. Bahkan, sangat benar.

"Kalo misalnya si Disha ngadu, pasti Dean bakal kesini" Jihan membuka suara menoleh sekilas ke arah pintu kelas.

"SENJA!"

Dugaan Jihan benar.

Sebenarnya teman-temannya ini dukun atau manusia, sih. Semua kejadian mereka tahu bahkan dapat memprediksi.

"Bener kan,".

"Lo ngapain Disha? Sampe dijambak-jambak bahkan ditampar" Dean mendekat ke arah gadis yang sudah berdiri.

"Eung—siapa yanh jambak? Siapa yang nampar? Lo bisa tanya mereka berdua" kata Senja menunjuk ke dua temannya bergantian.

"Bohong, itu kenapa pipi Disha merah?" Tanya Dean yang sepertinya khawatir.

"Aduhhhh, berapa banyak liptint yang tuh bocah habisin sih???? Sampe bikin pipi merah" Jihan mencibir karena sudah kesal.

"Duhhh, dramaaaa hewrannn" Una ikut-ikutan.

Dean melengos malas mendengar ocehan teman Senja.

"Sen, jawab,"

"APASIH?! BUKAN GUE!! TAPI DISHA!! LO MAU AJA MASUK KEDALEM DRAMA SAMPAH DIAAA!!" Suara Senja meninggi membuat semua mata tertuju pada gadis cantik itu.

"Drama lo bilang?"

"Iya, drama. Perlu diulang, D-R-A-M-A" Senja menggeja satu persatu kata agar Dean menggerti.

"Nanti gue kirim sesuatu di email lo ya, Yan" Una berusaha melerai agar Senja makin tak emosi begiti pula dengan Dean agar tak bingung.

"Mending lo pergi, pintu keluar terbuka lebar" Jihan menggusir dengan menggibas-gibaskan tangan.

Senja menghela nafas berat, gadis itu





KECEWA.


KECEWA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang