-put your hand in mine-
Kisah tentang Senja, si biduan kelas yang memiliki sikap ramah serta sedikit nyablak. Bertemu dengan Dean kelas 11 IPA 6, yang sikapnya selalu berubah-ubah dan aneh tapi, ganteng.
"Lo mau jadi pangeran gue?"
-SHS ser...
Senja menghela nafas kasar saat berada di ambang pintu 11 IPA 4, seperti biasa pagi kelas ini selalu diisi nyanyian. Mendengar suara lembut Una, temannya. Membuat Senja mulai melepas pikiran tentang semalam.
Saat gadis itu melangkah masuk, semua berhenti. Mereka menatap Senja ada yang kasian dan mengingkan sebuah jawaban. "Sen...duduk!" perintah Dhimas si ketua kelas
Mereka semua membuat lingkaran di depan papan tulis, ke delapan belas murid 11 IPA 4 ingin mendengarkan penjelasan Senja.
"Sen lo diserang?" Tanya Una menatap gadis itu sedu.
Senja mengangguk pelan dan hati-hati, biasanya kalau seperti ini kelasnya tak tinggal diam. Walaupun, tidak memakai kekerasan ataupun pembullyan. Seharusnya Senja senang tapi ia malah merasa tidak enak kepada seluruh temannya.
"Lo nggak perlu merasa nggak enak," kata Jeffry menyeletuk.
Membuat Senja melemaskan bahu. Gadis itu menatap dalam satu persatu temannya dan tiba-tiba saja menangis.
"Huaaa...tolong gue hiks hiks, gue takut, gue nggak kuat diginiin hiks hiks rasanya ya-Huaa" gadis ini memeluk Jihan yang berada disampingnya.
"Uname ig?" Tanya Jeffry menyeletuk.
"Mydsyeu" jawab Jihan cepat sambil mengelus lembut Senja.
"Telfon si Dean gih sono" suruh Dikta kepada Una.
"Bentar"
"Yang cewek lainnya, nyari terus tuh anak. Jeffry nyari data anak itu di ruang OSIS. Ada beberapa dari kalian yang sepik sepik, terutama cewek. Karena pasti si penyerang ini cewek" perintah Dikta panjang lembar.
"Tumben bener, Dik," ejek Yerin membuat Dikta secara cepat menoleh ke arahnya.
Una beranjak kemudian ke ambang pintu, gadis itu membuka hape dan mencari sebuah nama di kontaknya.
"Halo"
"Halo Yan, Senja DMnya di serang sama fans lo, dia di ejek."
"Hah? Apa? Yang bener?"
"Iya bener,"
"Terus dia gimana keadaannya?"
"Tidak baik-baik saja, secara naluri dia nangis dong kalo digituin"
"ini tuh nggak baik loh, penyerangan gitu aja"
"Bahkan Senja ampe disumpah-sumpahin"
"Apasih maksudnya sampe sumpah-sumpah"
"Nggak tau, ya mungkin dia cembokur"
"Lagian ya kok bisa sih, aelah, gue baru aja nyelesain konflik sama Sahila"
"Ha? Konflik lo sama Sahila uda selesai? Tadinya gue kira itu dia, berarti gue salah dong. Lagian lo, yang suka banyak batt"
"Iya, gue tau yang suka sama gue banyak, tapi mereka pada bikin jijik"
"Sampe nyerang manusia nggak bersalah"
"Kesini aja sih, kita selesain bareng-bareng"
"Oke gue kesana".
Dean mematikan sambungan, Una kembali berjalan gontai menuju arah mereka berkumpul. "Sen lo tenang aja...jangan nangis gini, nanti dia malah makin jadi" Jisa mencoba untuk menenangkan Senja.
"Kita semua bakal lindungin lo, karena kata Miss Airin pacarnya Pak Aditya, teman adalah kekuatan" sambung gadis itu mencoba mendekat.
"Kita semua bakal lindungin lo" sahut Jeffry sambil menatap Senja iba.
"Kalo yang suka ama dia anak kelas 10, gue bakal nyuruh si Jia buat nyari tau" sambung Jeffry
"Udah lo tenang aja, oke."
Mereka secara kompak menenangkan Senja, membuat yang lain saling toleh.
"SENJAA?!"
Rasa sakit dan kebahagiaan berjalan mendekat ke arah ku, entah, apa aku harus bertahan? Atau pergi?
Dean secara cepat berjongkok dekat Senja yang menaruh kepala ke bahu Jihan, cowok itu terlihat panik.
Ralat, sangat panik.
"Lo nggakpapa?"
"Ada yang luka?"
"Hati lo sakit nggak?"
"Siapa orangnya?"
"Kelas?"
"Sekolah?"
"Busett Yann! Lo kek interogasi maling anjrit" kata Wendy dengan gaya berlebihan.
Senja membuat bulan sabit di bibirnya, ia mencoba untuk gak-papa akan keadaan yang seharusnya di apa-apain. Memang sikap cewek itu seperti ini, menyembunyikan semua kesedihan dengan senyum, fake smile.
"Sen, gue tau lo lagi nahan sedih kan?" Tanya Wendy blak-blakan.
Senja terdiam, ia memandangi wajah temannya satu persatu, "kalo gue bunuh diri keren nggak?" Tanyanya ngawur.
"SENJAA!! SADARR NGGAK LUCU SEN!! SADAR NAK!!" Teriak Jisa yang sudah kaget, takut Senja depresi.
"Canda hehe" balasnya dengan senyum palsu.
"Kita semua bakal lindungin lo, tenang" kata Jeka.
Tanpa mereka sadari, lagi, lagi, dan lagi. Ada yang melihat dari koridor seberang, koridor kelas 10.
a/n:
Huhu nggak mau tau, Senja ku harus kuat huhu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.