18. Pilihan Aneh

71 14 3
                                        











      "Gue Milih——"

"——Lo berdua"

Senja segera menepis tangan Dean keras, begitu pula dengan Una yang menganga tak percaya dan Jisa yang langsung mengapit lengan Aidan.

"Aneh, lo," cibir Una menarik lengan Senja untuk menjauh.

"Dengerin gue dulu" kata Dean berusaha menenangkan.

"Duduk-duduk" sambungnya lembut.

Jisa, Una, Aidan, serta Senja duduk dengan serentak. Senja menopang dagunya penasaran dengan jawaban cowok itu, begitu pula dengan Una yang melanjutkan menulis tapi tetap memasang telinga. Aidan yang duduk bersandar di bahu Jisa ingin merasa bodoamat tapi penasaran. Sedangkan Senja—cewek itu duduk diam dengan tatapan mata tajam.

"Gue milih Senja, tapi gue juga milih Disha. Disha tuh udah gue anggap sebagai adek sendiri dan pastinya—nggak bakal ada rasa. Jadi, Senja, lo santai aja," jelas cowok itu.

Berbagai umpatan ingin sekali Senja keluarkan. Tapi ia tersadar, bahwa selama ini dialah yang egois ingin memiliki Dean.

"Oke, udah, selesai, kan?" Jisa segera berdiri, membuat Aidan terjatuh karena terkejut.

"Tapi—ini tetep aja pilihan aneh nggak sih?" Tanya Una menyeletuk polos.

"Ya, i think ini tuh nggak aneh, tapi adil," jawab Jisa melipat kedua tangan di depan dada.

"Awas aja lo, kalo sampe bikin Senja nangis" ancam Una menunjuk tepat di wajah Dean.

HAH?

Una tersadar, dan langsung menegakkan tubuh melihat sekeliling.

Senja dan Dean,
Jisa dan Aidan.

Jadi, dia????????

"GUE JOMLO SENDIRI MASA?!?!" Una langsung membereskan kertas naskah dan keluar dari perpustakaan dengan lari terbirit-birit membuat teman-temannya terkekeh pelan.

"Temen kamu tuh," kata Aidan mencolek pipi Jisa pelan.

Senja terbatuk mengejek mereka.

"Kita tinggal dulu ya, bye" pamit Aidan merangkul Jisa lalu melangkah keluar.

Sekarang, hanya tersisa Senja dan Dean.



Hening.


Mereka hanya saling tatap, lalu kemudian kembali merunduk.

"Senja"

"Dean"

Kata secara tidak sengaja bersamaan.

Sudah dua kali, mereka seperti ini.

Jodoh????

Hm. Shipper sejuta umat.

"Lo duluan" Senja mempersilahkan Dean.

"Hm, nggak jadi deh, gue rasa ini belom waktu yang tepat" balas cowok itu diakhiri cekikikan.

Senja mencuat kan bibir lalu berbalik meninggalkan Dean.

"Nanti ya Sen, ada waktunya, dan bukan sekarang".

"Nanti ya Sen, ada waktunya, dan bukan sekarang"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang