-put your hand in mine-
Kisah tentang Senja, si biduan kelas yang memiliki sikap ramah serta sedikit nyablak. Bertemu dengan Dean kelas 11 IPA 6, yang sikapnya selalu berubah-ubah dan aneh tapi, ganteng.
"Lo mau jadi pangeran gue?"
-SHS ser...
Una menjatuhkan tubuhnya ke ranjang empuk ditengah-tengah kamar luasnya, gadis mungil itu menatap langit-langit dan menghela nafas panjang.
Ia mulai beranjak lalu menuju ke arah laptopnya yang terletak di atas meja belajar berwarna putih.
"Hufttt, cecan capekk, tapi banyak tugass" keluh gadis itu mulai membuka laptopnya.
Segera menggetikkan sesuatu dan mengirimnya kepada Dean. Isinya mungkin video kejadian beberapa hari lalu yang melibatkan temannya, Senja.
"Tinggal nunggu," gumam gadis cantik itu meregangkan otot-ototnya.
***
Dean ditempatnya sedang asik nongkrong-nongkrong bareng Deka, Jeka, Glen, Yuta, sama Aidan.
Ada pesan email masuk di ponsel cowok tampan itu, tanpa basa-basi ia segera membuka ponsel hitamnya.
"Gile ya anjrit, nggak nyangka, Jisa makin lama makin cantik" ujar Aidan dengan suara nyaring.
"Iyalah, gue yang besarin" balas Glen yang merupakan teman lama Jisa.
"Anjrit,"
"BANGSAT GILA NGGAK NGERTI LAGI SAMA BOCAH INI" Umpat Dean tiba-tiba.
"Kalem dong sayang" balas Yuta mendengar ucapan Dean.
"Semua aja bego lo panggil sayang" cibir Jeka sudah sebal.
"Bacot buaya" ejek Yuta tak mau kalah.
"Bacot anjing" umpat Jeka yang sudah kesal.
"Kenapa sih Dean sayang?" Tanya Yuta mulai mendekat.
"Ngapain lo tolol deket-deket" sewot Dean mendelik jijik.
"Si bangsat, Disha bener bener ular" umpatan Dean kembali terdengar membuat seluruh mata temannya memelotot kaget.
"Nggak usah melotot, mata lo mau keluar noh," ejek Dean enteng.
"Deka! Ternyata degem lo yang nyiram dirinya sendiri, bukan Senja yang nyiram dia" sambung Dean menoleh ke arah Deka.
"Wahh degem ularr aku sukaa" balas Deka antusias.
Jeka secara refleks menoyor kepala temannya, karena merasa sudah kesal.
"Sampe ular lo suka?!" Sewot Jeka.
"Maklum Jek, emang bego" balas Glen santai.
"Bentar anjir, gue besok disuruh ke kelas lo nih, bantuin kek" rengek Dean seperti anak kecil meminta permen.
"Idih idih ngerengek" ejek Yuta tanpa dosa.
"Emang bacot si Yutai" balas Jeka menoyor kepala Yuta.
"Bodo ah, pokoknya besok lo pada harus nemenin gue" tuntut Dean lalu meneguk kopinya.
"Kek bapak-bapak lo, kak"
Suara yang terdengar tidak asing ditelinga Dean, namun suara yang asing diteman-temannya. Mereka saling toleh satu sama lain.
"DISHA?!?!"
Gadis itu hanya terkekeh pelan lalu melambai dan pergi, tunggu, kalau Disha mengetahuinya. Hah? Apa jangan-jangan Disha mendengar semuanya? Dean segera mengatupkan bibir tak percaya.
***
Dean berlari kalang kabut menuju kelas 11 IPA 4, kelasnya Senja. Diekori oleh kedua temannya, Yuta dan Aidan. Mereka berdua sih cuma mau modus-modus aja, Yuta mau ketemu Mina, Aidan mau ketemu Jisa, Memanfaatkan kesempatan.
"Ngapain buru-buru, biasanya juga Senja lagi di perpus sama Jisa" ucap Aidan santai.
Dean menarik nafas panjang ketika diambang pintu, ia menyapu dengan matanya setiap sudut ruangan untuk menemukan Senja. Kan, ucapan Aidan benar, Senja lagi di perpustakaan.
Cowok tampan itu segera berlari ke perpustakaan yang tak jauh dari koridor kelas IPA, tanpa aba-aba Dean langsung berlari ke arah meja-meja untuk membaca buku.
"Sen!" Panggilnya cukup kencang, membuat seisi perpustakaan refleks melihat ke arahnya.
Senja sedang membaca buku, ditemani oleh Una yang sedang menyiapkan naskah untuk siaran dan Jisa yang sedang bikin instastory.
Cowok itu langsung duduk disebelah Senja, dan mengenggam tangan gadisnya erat.
"Heh, langsung megang-megang lagi, jadian doloo!!" Sewot Una.
"Dean, jawab gue, lo lebih milih gue, jauhin Disha, kalo lo lebih milih Disha, jauhin gue" ucap Senja sungguh-sungguh.
"Karena gue nggak mau, nyakitin hati Disha dan hati gue sendiri, gue nggak bisa juga—kalo terus-terusan diterror" sambungnya.
"Terror?"
"Lo tau kan Senja pernah kena penyerangan DM, yang nyerang itu Disha kata Jia" jelas Una.
***
Flashback Jia
Jia sedang asyik memalak camilan teman-temannya yang mulai masuk kedalam kelas.
Dirinya tak sengaja mendapati seorang gadis yang tengah menggerutu melihat moment Senja dan Dean main hujan-hujannya bersama.
Ia mulai mendekat, dan mengucapkan kata-kata.
"Udah sih, jauhin mereka, lo bisa nyari yang lain!" Tegur Jia yang sudah lelah mendengar celotehan seseorang disebelahnya.
Bukannya mengikuti kata-kata Jia, gadis itu malah sewot.
"Tau apa lo???" Sewot gadis itu kemudian berlalu pergi ke ujung koridor, khususnya, 10 IPA 5.
Jia segera merogoh ponselnya lalu mengetikkan sesuatu.
Jia: kak, kekelas aku, cepet, jangan lama
Jia menghela nafas sambil menunggu Jaehi ke kelasnya. Firasat gadis itu mengatakan bahwa cewek yang tadi itu adalah sang penyerang.
"Eh lo kenal anak IPA 5 yang sering main sosmed nggak?" Tanya Jia kepada anak kelas 10 IPA 5 yang sedang berjalan melewati dirinya.
"Disha"
Jia mengganguk paham lalu segera mengalihkan pandangan ke Jaehi yang mulai melangkah ke arahnya.
"Kak, gue tau siapa yang nyerang dmnya Kak Senja, ini tuh hanya firasat gue doang ya, Disha".
Jaehi sedikit tersentak kaget dan mulai mengangguk paham. Jaehi segera melangkah kembali menuju kelasnya, tepatnya, Senja, setelah mereka berpapasan di depan perpustakaan Jaehi segera memberitahu.
Flashback off.
***
Dean mengangguk, paham. Mendengar seluruh penjelasan Una. Kini, cowok yang memiliki garis wajah sangat sempurna sedang kebingungan. Ingin memilih Senja tapi takut hati anak dari teman akrab orang tuanya akan tersakiti. Tapi dia juga nggak mau kalau jauhin Senja.
Hm, cowok ini lagi berada diambang kebingungan. Jaehi yang melihat itu mendekat lalu membisikkan sesuatu.
"Pikirin dulu mbree, mereka sama-sama mulus, tapi inget, ini soal hati, bukan mulus".
"Dean, jawab!" Rengek Senja manja.
Dean menghela nafas panjang.
"Gue milih——"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.