19. Menjauh

68 12 3
                                        




     Dean berusaha mati-matian untuk membuat semua kejutan berjalan dengan lancar.

Entahlah, kejutan apa yang dia persiapkan.

"Kak?"

Refleks Dean membalikkan tubuh, penasaran. Ia tersenyum jengkel saat melihat gadis polos dan lugu dengan seribu alasan.

"Kak Dean"

"Apa?"

"Hm, besok temenin aku nyari gaun yaa"

"Nggak bisa, mau buat sesuatu"

"Pasti buat Kak Senja ya, hm, aku kapan?"

Dean memutar bola mata, malas.

"Nggak tau"

"Kak aku jugaa mauu dongg"

Disha merengek manja.

"Nggak, minta sono sama masdep lo nanti"

Disha tertohok dan mengatupkan bibir lalu mundur selangkah.

"Kan masdep aku kakak"

"Nggak"

"Loh?????"

"Lo cuma adek gue, dan seterusnya bakal jadi adek gue"

Rasanya hati Disha potek, ya, bagi Dean ini satu-satunya cara agar Disha tidak semakin jauh serta Senja tak tersakiti.

Dengan cara MENJAUH. Bukan tanpa alasan, sebenarnya Dean pun malas dengan sikap Disha yang sok lugu dan polos.

Juga, cara ini agar Disha tidak berbuat macam-macam serta bisa mengikhlaskan Dean seutuhnya.

Disha, gadis cantik dengan rambut hitam yang dibiarkan tergerai itu menunduk lalu berlari menjauhi rumah pohon yang berada di dekat sungai.

Mengapa Disha mengetahui?? Karena Disha pernah ke tempat ini, tanpa Dean ketahui.

Rumah pohon ini disulap, dengan berbagai cahaya-cahaya lampu yang berwarna-warni, serta didalamnya sudah disiapkan seikat bunga mawar merah dan cincin pemberian ibu Dean.

***

Esoknya, Dean menjalankan rutinitas seperti biasa.

"Sen, tau nggak, apa yang lebih menyenangkan daripada diskotik?" Tanya cowok itu yang sedang berjalan beriringan dengan Senja.

"Lo mah diskotik muluu" sewot Senja menoyor kepala Dean.

"Yang lebih menyenangkan, itu kamu" jawab Dean mengombal yang hanya dibalas tawaan paksa dari Senja.

"Aku emang nggak bisa romantis, tapi tenang, ada aku suasana akan menjadi baik"

"Hilih, idi iki siisini ikin minjidi biik" balas Senja dengan bahasa I yang membuat Dean harus memutar otak memahaminya.

Tanpa aba-aba segera Dean merangkul Senja dan sesekali mencolek pipinya gemas. Cewek seperti ini siapa lagi kalau bukan Senja.

"Dean ketek lo bau, bego" tak seperti cewek lainnya yang merasa senang dirangkul oleh Dean, Senja malah ingin sekali melepas lengan Dean yang merekat di lehernya.

"Santai aja elah kayak dipantaii"

"Omong-omong pantai, mau ke Ancol nggak nih?" Tanya cowok itu menawarkan.

"Males ahhh, akuu lelahhh, lelah lelah dibohongi mu, sungguh letih letih jalani dengan kamu, tolong serius dong dengan hatiku" jawab Senja malah nyanyi.

"Nanti giliran di serius malah bilang bercanda, lama-lama cium juga nih"

Senja kicep bukan main dan segera menutup mulutnya. Dean yang gemas langsung menyium kening Senja cepat.

"Bibirnya buat nanti kalo kita udah nikah".

Senja ingin sekali memiliki jurus menghilang untuk menutupi wajahnya yang memerah seperti tomat.

"Mending nikah sama gue" kata Senja berusaha menyembunyikan pipinya.

"Jadi, nggak mau nih, nikah sama cogan paling cogan seantero sekolah ini????"

"Cogan paling cogan seantero sekolah ini. Hilih masih ada Jaehi, Yuta, Jeka, Aleno, dan cowok lain yang lebih ganteng"

"Aku nggak ganteng nih dimata kamu,? Baiklah" jawab Dean manja.

Alamat mau manja-manjaan ini namanya.

"Duh be, apasi kamu,? Mau aku tusuk?"

"Tusuk tepat dihatiku neng"

Dari jauh, Disha sudah memperhatikannya, hanya Senja lah yang bisa membuat Dean menggombal, ia tersenyum berusaha untuk membuang seluruh perasaannya pada Dean. Esok ia merencanakan akan meminta maaf pada Senja.

"Kak Dean seneng ya sama Kak Senja, aku juga ikut seneng kalo gitu, langgeng yaa kaliaannn"

"Kak Dean seneng ya sama Kak Senja, aku juga ikut seneng kalo gitu, langgeng yaa kaliaannn"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n:

Cuma mau ngasih tau, ini bentar lagi mau tamat.

Disha mama bangga sama kamu nak.

Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang