14-[TEMAN]

70 8 2
                                    

Pt.14

Datang, menyapa,
Singgah, menaruh harapan,
Pergitanpa rasa bersalah.

Saat ini asya telah sampai di pekarangan rumah gavin terlihat sejuk dan damai dengan taman yang berada didepan rumah gavin.

Kami berdua langsung memasuki pintu utama rumah gavin, rumahnya dari luar terlihat simple dan mini manimalis namun jika kita ke terlihat lebih luas dan berkesan mewah dengan gucci-gucci cantik yang berjajaran disetiap sudut rumah.

Saat kita berdua menuju tangga yang menghubungkan dengan kamar gavin, kami terlebih dahulu melewati ruang tv yang terdapat seorang wanita yang terlihat awet muda dan seorang perempuan sekitar usia empat belas tahun-an.

"Mah,ini temen gavin, mau main disini dulu bentar" ucap gavin kepada seorang wanita yang disebutnya dengan panggilan mamah dan mencium punggung tangan wanita tersebut  asya pun ikut mencium punggung tangan wanita tersebut dengan sopan sambil tersenyum manis.

"Saya asya tante." ucap asya sopan sambil tersenyum manis.

"temen apa temen nih kak?kiraian aku kakak gay eh…akhirnya bawa cewek juga kesini." ledek seorang anak perempuan yang sepertinya adik gavin.

"Diem lu bocah! gini gini juga banyak cewek yang ngantri tau."  ketus gavin menimpali ucapan adiknya.

"bodo.kakak pacarnya kak gavin ya?ko mau sih ama orang jelek gini."

"eeh… gak ko dek kakak cumah temennya kak gavin doang." ucap asya menahan malu yang mendatanginya saat ini.

"kalo kata temen temen aku, pacaran juga awalnya temenan baru deh pacaran."

Saat asya ingin membalasnya secara tiba tiba gavin menggandeng tangan asya dan menariknya untuk menaiki tangga  karena itu adiknya gavin berteriak heboh dari bawah, "Awas kak,kakak gavin orangnya galak suka gigit." mamanya gavin pun mulai melerai persengitan antara kedua anaknya itu, "lia sini jangan ganggu abang kamu, mau kamu diomelin ama abang kamu." dan perempuan itu hanya ngengir kuda tanpa merasa berdosa.

Sesampainya kami dikamar gavin gavin langsung melepas seragamnya tapi dia pakai dalaman kaus putih polos jadi pikirnya jangan kemana dulu yaa:p
Gavin membuangnya asal dan  segera mengambil ponsel yang berada diatas nakas samping ranjangnya. Kamarnya terlihat  monoton hanya bercat hitam putih dengan poster beberapa mobil mobil mahal dan terdapat banyak gitar yang berjajar rapi menghiasi kamar gavin.

"Lu bisa main gitar,vin?"

"bisa.mau main?" ajaknya.

"eh gak-gak gua gak bisa.lagian juga pengen langsung pulang kakak gua dirumah sakit sekarang gau pengen jenguk."

"gak main dulu? atau sekedar minum gitu?"

"gak usah ngerepotin, gua juga dah kenyang ko tadi.Btw mekasih ya teraktirannya" ucap asya menampilkan wajah cerianya.

"gak, bayar sendiri nanti lu ganti uang gua.kan lu yang makan berarti lu juga lah yang bayar."

"HAH!" ucap asya cengo sekaligus kaget dengan penuturan gavin barusan. "kan lu bilang traktir.Ishh!"

"gua gak bilang kali kalo gua traktir lu. emang gua ngomong?gak kan!"
balas gavin tak mau kalah.menyebalkan.

"ish.pelit banget sih lu gua gak bawa duit lagi." ucap asya merajuk sembari menherucutkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.

Gavin disitu malah tertawa keras mentertawai asya yang sedang ngambek kepadanya, "lucu lu kalo ngambek, becanda gua." tanpa gavin sadari ia telah memuji asya lucu.

"gua mah emang lucu dari bayi.bahkan kata mamah gua waktu dulu gua SD gua mirip banget ama  selena gomez. imut imut gimana gitu" kata asya sambil memasang muka sok sok diimut imut gitu dengan mata dibeloin dan tangannya seperti chubby-chubby cherybell gitu.

"Van gua mau pulang." rengek asya agar diantar pulang oleh gavin dan mendapat tumpangan gratis tentunya.wkwkw.

"pulang sono sendiri."

"anterin dong duit gua dah abis."

"dasar boros.cewek aneh, udah ayok gua takut nanti lu ngemis lagi didepan komplek"

Asya langsung saja menjitak kepala gavin seenak jidat kalau bicara tanp disaring terlebih dahulu.
Kami berdua turun menuruni anak tangga disitu hanya ada mamahnya gavin, "mah gavin pengen nganterin pulang asya dulu ya.gavin pamit"  mamahnya hanya tersenyum dan mengangguk.

                  *****~*****

Gavin dan asya telah sampai dipekarangan rumah asya.
Gavin melihat bangunan rumah asya dari luar yang terlihat megah namun rumahnya tamak sepi dan sunyi, "Gede juga sya rumah lu, tapi ko lu kere sih."

Asya yang baru turun dari motornya menimpalnya "kan yang kaya orangtua gua bukan gua." ia melepaskan helmnya dan menyodorkannya kepada gavin.
"thanks,vin baik banget sih lu."
ujar asya sambil tersenyum manis dan hanya mendapatkan deheman dari gavin.

"hati hati sya, gua duluan."

"bukannya gua ya yang harus bilang begitu ko lu sih!"

"emang salah?" gavin menampilkan raut ejeknya.

"gak sih, yaudah hati hati ya awas ban lu kesandung semut."

Gavin pergi meniggalkan asya sendirian, asya berbalik dan mulai melangkah lesu ke tempat kediamanya. Rumahnya tampak sepi sekali seperti tak berpenghuni asya langsung menaiki kamarnya lalu menuju kamar mandi dan melakukan ritual mandinya

10 minute later……

Asya telah selesai dari mandinya dan memakai pakain sopan karena ia ingin menjenguk kakaknya yang berada di rumah sakit. asya merapihkan penampilannya dan menuruni anak tangga mengambil kunci mobil bergegas pergi ke rumah sakit.

Seteah dua puluh menit asya sudah sampai di halaman rumah sakit, ia langsung memakirkan mobilnya dan keluar berjalan santai menuju ruangan kakaknya.

Ceklek.

Pintu terbuka terlihat seorang pria tengah berbaring lemah dengan selang infus ditangannya, "kak, asya dateng asya kangen kakak.Hikss…"
ucap asya sembari menahan tangisannya asya harus dibilang kuat oleh kakaknya ia tidak mau dianggap wanita lemah itu janjinya kepada raja waktu mereka masih kecil.

Tanpa diduga raja mulai membuka kelopak matanya perlahan, "sya, sini." asya yang merasa dipanggil segera menghapus air matanya kasar dengan punggung tangannya dan menghampiri kakaknya, "kak, asya kangenn" rengek asya, raja hanya terkekeh kecil, "yaudah sini temenin kakak."

Asya duduk disamping ranjang raja dengan mengelus-ngelus tangan kakaknya, "apa yang kakak rasain?"

"emang kamu dokter, kamu mana ngerti. palingan kamu ngertinya vodka,wine sama anggur."

Asya hanya menyengir kuda, benar kata raja  bahwa ia tidak tahu apa apa.

"yaudah, kakak tunggu ya asya panggilin dokter buat periksa kakak," raja hanys berdehem dan menganggukan kepalanya.

Asya memilih keluar kamar dan menemui dokternya 'asya meminta agar raja mendapatkan penanganan yang terbaik dan ia akan bayar berapapun biayanya'
Asya memang menguras uang tabungannya untuk pengobatan sang kakak tapi ia juga memakai uang tabungan raja untuk pengobatan raja juga. Kami saling membagi sama rata biayanya, jangan tanyakan orang tua kami perihal ini saja mereka berdua tidak ada kabar menghilang setelah kejadian itu tapi kami tahu setiap bulan pasti kedua orang tua kami menstransfer uang yang lebih dari cukup tapi bukan hanya itu saja yang asya dan kakaknya inginkan kami juga ingin mendapatkan kasih sayang dan pelukan hangat dari kedua orang tua kami.

It's Sad But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang