26-[KANGEN]

60 7 0
                                    

Pt.26

Hargai selagi ada,karna penyesalan akan terasa ketika sudah tak lagi bersama.

Saat ini mereka tengah beristirahat dikantin, sedari tadi bel istirahat sudah berdering lama membuat murid murid berhamburan ke luar kelas, tak terkecuali asya dan gavin mereka berdua tengah menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin disekolah ini.

Saat asya dan gavin yang tengah bercakap-cakap tiba tiba ada seorang perempuan yang menghampiri mereka berdua dengan tatapan penuh iri dan angkuh.

"Asyaa….. Mei-mei datangg, mana sambutannya mana redcarpet nya. mana sorakan aduha- -," ya, orang itu adalah Meira sahabat asya, berbicara dengan suaranya yang sedikit cempreng dan menggelenggar ke seluruh kantin tanpa malu, sebelumnya asya sudah langsung menyumpal mulut itu dengan roti yang tadi ia makannya.

"njirr… princess diginiin." ketus meira sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.

"bodo." ketus asya tak kalah dari meira sambil menyerucutkan bibirnya.

"Ekhm… ka-kak gavin, kok bisa di-disini sih?" tanya meira gugup, karena perdana dalam hidupnya bisa berhadapan dengan gavin tanpa halangan apapun.

"bisa lah," balas gavin datar tanpa ekpresi apapun seperti biasanya.
Meira hanya ber-oh ria saja menanggapi kakak kelasnya yang terlalu dingin.

"sya… Lu makan roti aja?" tanya gavin menatap asya yang sedang menyantap sebuah roti yang sedang digenggamnya.

"hm.Gua lagi hemat kak,"

"Gua beliin nasi mau? GRATISS." ucap gavin yang menekankan kata-kata terakhirnya. Mendengar kata gratis mata asya langsung berbinar seketika dengan cepat asya mengangguk mengiyakan tak menyia-nyiakan kesempatan.

Tanpa berkata sepatah kata pun gavin pergi meninggalkan keduanya asya menyeritkan dahinya tak mengerti, katanya gratis kok malah pergi?. Saat asya ingin meneriaki nama gavin namun ia hentikan ketika melihat gavin berdiri mengantre panjang hanya demi membelikannya makanan.

Meira yang melihat perlakuan gavin dengan asya berasa ditusuk belati putih tepat dijantungnya, bagaimana tidak asya tahu bahwa meira telah menyukai lama gavin, namun sahabatnya sendiri yang malah mendapatkan gavin dan mendapatkan perlakuan manis dari gavin?- sungguh menyakitkan bukan merasa ditusuk dengan sahabat sendiri. Namun meira berusaha untuk tegar dan tersenyum manis kearah asya,

"Lu gak ada niatan selingkuh kan sya, inget juan noh?" sebenarnya meira ingin menyindir asya secara halus untuk menjauhi gavin.

"ish! gak lah emang gua cewek apaan? Impossible." tanggapan asya sembari terkekeh kecil yakali ia akan menyelingkuhi juan.

"yah kan gak ada yang gak mungkin,sya."

"lu ngomong apaan sih? gak usah ngaco gua juga gak bakalan nusuk temen sendiri kali" goda asya, karena ia tahu meira tertarik dengan KeTos itu. Meira hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis ingin sekali ia melabrak orang yang berada didepannya ini jika bukan sahabatnya.

"oh yah, juan gak masuk? kok gua gak liat dia sih seharian ini." tanya asya lirih.

"Hm."

"yah elah, kangen nih gua." dalam hati ia berkata-sia sia sudah dandannya jika juan tak melihatnya-,
asya menyerucutkan bibirnya sebal.

"ngomongin kangen segala, lu kangen ama gua ya?" suara bass itu adalah milik gavin dengan tampan yang berisi nasi goreng dan jus jeruk dua porsi mungkin untuk dirinya dan asya.

"pede luh." ucap asya mendelik ke arah gavin.

"HAHAH, kan gua itu orangnya ngangenin,"

"iya, kalo lu dah mati kak baru ngangenin," ucap asya tertawa keras, membuat seluruh kantin menatapnya horor sadar dengan tingkah bodoh asya ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya merutuki kebodohannya sendiri. Lalu salah satu cewek yang duduknya tak jauh dari asya menyinyirnya, "cewek sih ketawanya begitu ya," ucap kakak kelas itu sambil mengejek asya melewati tatapan matanya.

"baguslah. Keliatan apa adanya engga kayak lu MUNAFIK" cetus gavin kasar. Cewek yang menyinyir asya diam seketika ia tahu sekarang ini tengah berhadapan dengan siapa KeTos SMA ATLASA yang terkenal dengan kedinginannya dan ketampannya yang memancar.

"kak…ma-maaf ya, tadi gua bercanda kok." ucap asya sembari menunduk malu.

"santai aja. Bilang ke gua kalo ada orang yang nyakitin kaya tadi lagi, ngerti?" balas gavin menatap asya yang sedang menunduk.

"emang kenapa kak?" tanya asya nenyeritkan dahinya bingung.

"ck, jawab aja sih ngerti atau gak, banyak pertanyaan lu," ucap gavin sembari mendelik sebal menatap asya.

"ehehe, iya ngertii." setelahnya mereka berdua tertawa bercanda bercanda ria tanpa menghiraukan bahwa masih ada satu sosok insan yang terasingkan diantara mereka berdua, Meira mencoba tenang mungkin gavin dan asya hanya sebatas teman tak lebih meira berusaha untuk positif thinking kepada asya.

                   *****•*****

Bel pulang menggelenggar ke seluruh penjuri sekolah membuat anak anak berhamburan keluar sekolah untuk pulang ke rumahnya masing masing. Tak terkecuali asya dan meira saat ini namun ada yang beda diantara mereka yang biasanya mereka jalan sambil bercanda ria, mengobrol atau semacamnya namun sekarang mereka seperti orang asing sama sama saling diam dan raut tidak bersahabatan meira arahkan kepada asya. Asya sendiri bingung mengapa meira seperti marah kepadanya.

"Ekhmm…" deheman keras asya membuat meira menoleh sekilas lalu membuang mukanya kembali.

"lagi bedmood mei?" tanya asya dengan hati hati.

iya gara gara lu, babi!! ingin sekali meira ingin mengungkapkan itu namun hanya tertahan di tenggorokannya alhasil ia hanya mendengarkannya tanpa berniat untuk menjawabnya.

Terdengar helaan nafas dari asya, "yaudah, kita ke cafe biasa yuk. Biar mood lu bagus lagi" ucap asya seceria mungkin. Kemudian hanya mendapatkan gelengan keras dari meira, "gua duluan." pamit meira meninggalkan asya yang tengah berdiri kaku dikoridor, asya bukan peramal ia juga tidak bisa membaca pikiran orang lain. Selalu seperti ini orang akan lama kelamaan akan menjauhinya tanpa alasan dan sebab yang pasti.

Asya berusaha untuk tidak menumpahkan air matanya yang sudah berada dipelupuk matanya sembari berjalan menunduk dan secara tiba tiba dirinya seperti didorong ke depan sampai ia terjungkal meringis kesakitan saat ia mendongak sudah ada segerombolam cewek yang tadi menghadangnya jalan.

"ka-kak……"

                          

It's Sad But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang