32- [MY ENEMY]

46 3 2
                                    

Pt.32

Tidak menahanmu pergi bukan berarti tidak cinta lagi. Hanya saja,terkadang lebih baik melepaskan dari pada memaksa terus bersama

"Lu?"

Asya menautkan alisnya bingung.
Melihat rocky yang merupakan sahabat dekatnya juan mencekal tangannya.

"gua mau ngomong sama lu." ucap rocky menatap asya datar.

Sedangkan asya bingung sendiri melihat tingkah manusia didepannya sekarang ini.

"penting. Tentang juan." tambahnya.

Asya yang mendengar nama juan matanya langsung berbinar ia dengan cepat mengangguk.

Rocky jalan di depan asya sedangkan asya mengekorinya dibelakang.

Sampai di taman belakang sekolah yang terlihat sepi. Rocky mempersilahkan asya untuk duduk di kursi panjang.

Beberapa menit kami sama sama bungkam menatap kosong ke arah depan bergelut dengan pikirannya masing-masing.

"Ekhm," deheman asya untuk memecah keheningan yang terjadi.

"lu mau ngomong apa?" tanya asya memulai percakapan.

"lu bisa hubungin juan?" tanya rocky menanyakan perihal juan.

"eum… dari kemaren gua hubungin gak diangkat-angkat. Rencananya sih pulang sekolah mau ke apartement dia. gua khawatir." lirih asya.

"lu khawatir ama dia?" tanya rocky mengintimidasi.

Sedetik kemudian rocky tertawa renyah, asya bingung mengapa dengan orang yang ada disampingnya.

apakah ada yang lucu?- batin asya.

"iya. emang kenapa?" titah asya.

"lu jangan terlalu berharap ama dia."
Asya jelas bingung dengan penuturan rocky barusan.
apa maksudnya?

"dia… brengsek. Sya," lirih rocky kecil namun masih bisa terdengar jelas di gendang telinga asya.

"maksudnya?!" mata asya membelalak ia benar benar tak percaya dengan pernyataan tersebut.

"posisi lu sekarang, sama persis dengan cewek yang ada di masa lalu juan." tutur rocky.

"maksud lu apa sih?!" nada bicara asya mulai meninggi.

"itu gak penting, yang terpenting sekarang lu jangan terlalu berharap dan percaya ama juan."

"pegang omongan gua." rocky menekankan omongn terakhirnya setelahnya ia langsung pergi meninggalkan asya sendiri yang masih kebingungan.

Asya masih asik bergelut dengan pikirannya sendiri. Sumpah demi apapun ia bingung setengah mati.

Apa maksud rocky barusan? tidak boleh terlalu berharap dengan juan sedangkan juan sendiri adalah kekasihnya. Status mereka sudah jelas.

Jadi apa salahnya jika asya berharap lebih dengan kekasihnya sendiri. Tidak salah bukan?

*****•*****


Bel pulang sekolah menggelenggar ke seluruh penjuru sekolah sma athala. Membuat murid-murid berhamburan keluar kelas dan pulang ke rumah mereka masing-masing.

Asya masih membereskan peralatan alat tulisnya setelahnya ia menggendong tasnya hanya dengan satu pengaitnya saja.

Saat asya ingin melewati pintu kelas tiba-tiba ada kaki yang memang sengaja menyelengkat kaki asya membuat asya terjungkal jatuh ke tanah.

Saat asya ingin menoleh ke belakang ingin tahu siapa orangnya.

Mata asya membelalak kaget dan dengan segera ia bangkit dan membersihkan roknya yang kotor.

"mei, apa-apaan sih." lirih asya kecewa dengan meira.

ya, orang itu adalah sahabat asya, meira.

"ehehe, enak aja gitu liat ANJING nyungkur ke lantai" cibir meira sembari mentertawakan remeh ke arah asya.

"mei, lu kenapa sih?! jelasin ke gua Gak gini caranya, kita sahabat dah lama. Seharusnya lu bilang ama gua kalo ada masalah. Gua mau kita perbaikin semuanya, mei" lirih asya yang sudah membendung air matanya.

"heh, JELASIN?! siapa yang nusuk gua dari belakang!
lah ini anjing aja gua baikin jadi temen, lah lu gua baikin malah jadi kayak anjing!!" pekik meira keras membuat kami berdua jadi pusat perhatian.

"lu jelasin dulu kenapa lu begini? gua ngerasa gak ada salah mei sama elu. Maafin gua." lirih asya yang sudah mulai sesegukkan.

"alah, udahlah capek gua ngomong ama hewan. Gak ngerti-ngerti, bego!"

setelahnya meira pergi meninggalkan asya lagi dan lagi. kenapa sial sekali takdir hidupnya?

asya langsung pergi ke toilet dengan derai air matanya. Semua mata sekarang ini tertuju ke arah asya. Menatapnya aneh, peduli apa asya tentang itu.

Setelahnya asya masuk ke salah satu bilik lalu menguncinya ia ingin menenangkan dirinya dulu.

Matanya sudah kebab dan hidungnya pun sudah merah. Asya terus menangis tenggorokannya pun sekarang sudah mulai mengering.

Asya mulai menenangkan dirinya mengatur nafasnya agar teratur lalu  menyeka air matanya.

Asya keluar bilik lalu membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Asya berusaha untuk menetralkan perasaan berkacamuknya saat ini.

Sebelum asya pulang ia ingin mampir terlebih dahulu menuju kantin karena sumpah tenggorokannya sudah sangat kering dan sulit untuk memgeluarkan suaranya.

Langkah asya berjalan ke luar toilet wanita saat asya berjalan ternyata tangannya dicekal oleh tangan seseorang.

Asya menoleh ke arah belakang setelahnya ia tersenyum hangat ke arah orang itu.

"kak…"

It's Sad But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang