33- [REMAJA]

52 4 0
                                    

Pt.33

Cinta itu bukan hanya perasaan senang ketika bersamanya. Cinta juga adalah komitmen untuk tetap bersamanya, ketika perasaan senang itu hilang.

"kak gavin."

Asya tersenyum manis ke arah gavin. Semoga saja gavin dapat menghiburnya untuk sekarang ini.

"lu abis nangis?" tanya gavin lembut.

"ga-gak kok kak, abis kelilipan doang, ehehe." ucap asya ngawur.

"lu gak pinter boong" balas gavin.

"Kakak, dilan ya?" tanya asya membuat gavin menautkan kedua alisnya menandakan meminta penjelasan ke asya.

"soalnya bisa ngeramal, ehehe" ucap asya sambil menyengir kuda dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Gavin hanya terkekeh kecil mendengarnya.

"tapi gantengan dilan." lirih asya namun terdengar ke telinga gavin.

"gantengan juga gua." balas gavin lalu mengibaskan rambutnya ke belakang.

"ihh, ternyata es batu bisa PD juga ya," balas asya terkekeh kecil.

Gavin yang mendengar namanya dengan sebutan 'es batu' langsung menatap tajam ke arah asya.

"ups! gua salah ngomong ya?" ucap asya dengan nada mengejeknya

"bodo, ikut gua!" ketus gavin lalu berjalan mendahului asya sedangkan asya mengekori gavin dari belakang.

Gavin mengajaknya ke arah kantin yang terlihat cukup sepi hanya da beberapa anak-anak saja karena bel pulang sekolah sudah berdering sedari tadi.

Gavin dan asya duduk di salah satu kursi setelahnya ia membeli dua botol minuman orange.

Gavin duduk kembali di tempatnya dan menyodorkan satu minuman orangenya untuk asya.

Asya menerimanya dengan senang hati karena memang tenggrokannya sudah sangat kering.

"ada yang nyakitin lu?" tanya gavin terlebih dahulu.

"hah? apa?" beo asya.

"ck, siapa yang buat lu nangis?" tanya gavin lagi.

"eum. Ga-gak ada kok kak," balas asya menyengir kuda.

"kan gua bilang lu itu gak pinter boong." ketus gavin.

"pinter kok!" balas asya tak mau kalah.

"mana buktinya?!" tanya gavin menantang.

Asya tampak berpikir sejenak memikirkan pertanyaan gavin barusan, "dulu SMP, gua pernah bolos ehh terus nyalin pelajaran ampe 5 kali." ucap asya dengan bangganya.

"ck, bolos sih bangga!" cibir juan.

"masa muda itu harus dinikmatin, kak" ucap asya dengan bangganya lagi.

"tapi nikmatin masa muda itu gak harus ngehancurin masa depan kan?!" to the point dari seorang gavim nichole.

Asya hanya diam terpaku dengan pemuturan gavin barusan.

sungguh bijak bukan?

"siapa yang bikin lu nangis, sya?" tanya gavin kembali pada topiknya.

"kata siapa?" tanya asya.

"tadi pas gua mau ke kelas lu, gua liat rame-rame katanya lu nangis dilabrak ama temen lu. Yaudah gua tungguin lu depan toilet." penjelasan gavin panjang kali lebar.

"itu kakak udah tau terus ngapain nanya." titah asya yang mulai menyadari ucapan gavin.

"emang iya?" tanya gavin dengan tampang polosnya.

"coba kakak ulangin omangan kakak." titah asya.

"tadi pas gua mau ke kelas lu, gua liat rame-rame katanya lu nangis dilabrak ama temen lu. . Yaudah gua tungguin lu depan toilet" ucap gavin lagi berusaha memahami ucapannya.

"oh iya- iya berarti lu nangis gara gara temen lu." ucap gavin menepuk jidatnya karena menyadari kebodohannya.

"ternyata lu bego juga ya?" tanya asya dengan polosnya.

"namanya juga orang." balas juan tak mau kalah.

"emang lu orang? bukannya es batu." ucap asya dengan santainya.

"gua tuh bukan es batu, tapi cool" ucap gavin tak mau kalah.

"cool itu kan dingin sedangkan es batu itu dingin, berarti sama aja lah." argumen asya.

"ada perbedannya lah." tentang gavin.

"apa?" tanya asya bingung menatap mimik wajah gavin.

"es batu itu makanan, kalau gua orang." balas gavin.

"ck, itu mah gua juga tau kak, gak perlu dijelasin lagi. Kalau lu tuh orang."

"nah itu lu tau kalau gua orang terus napah lu manggil gua es batu." cibir gavin.

Asya hanya diam memang disini yang kalah berdebat adalah dirinya. Gavin menang dan asya kalah.

kembali ke topik, "kenapa lu nangis?" tanya gavin untuk kesekian kalinya.

Asya hanya menggedikkan bahunya tak mengerti, "gak tau, gak ada sebab, dan gak ada alasan." raut wajah asya mulai sedih.

"pasti temen lu begitu karena ada alesan." titah gavin.

"coba lu pikir lagi, lu ngelaukin kesalahan yang fatal gak ama dia?" tambahnya.

Asya tampak berpikir sejenak kapan terakhir kali ia masih berhubungan baik dengan meira.

"Eum… yang terakhir kali itu pas kita makan bertiga dikantin." ucap asya.

"nah, disitu lu ngerasa ada salah gak ama dia?" tanya gavin lagi.

"ga-gak kok, kita kan cumah makan bertiga terus ngobrol, udah" balas asya menimang-nimang jawabannya barusan.

Asya menepuk jidatnya sendiri yang mulai menyadari kebodohannya, yaitu asya yang mengabaikan meira saat dirinya tengah mengobrol asik dengan gavin sedangkan meira sendiri sangat menyukai gavin.

Tapi apakah meira cemburu padanya? tidak mungkin meira bukan orang seperti itu.- batin asya gelisah.

"sya, gimana?" tanya gavin khawatir.

"eum…ka-kayaknya gua dah tau deh kenapa." balas asya.

"kenapa?" tanya gavin memastikan.

"kepo." ucap asya menampilkan raut jenakanya.

Gavin hanya memutar bola matanya malas. Padahal tadi ia sudah benar-benar serius.

"ngerusak moment tau gak." cibir gavin galak.

"ehehe, maaf kak" ucapa asya sembari membentuk tanda peace
di jemarinya.

"ck, pulang yuk?" ajak gavin.

Asya hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum.

"bentar kak," cegah asya.

"kenapa?" bingung gavin.

-

-

-

It's Sad But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang