17-[SAINGAN]

68 7 2
                                    

Pt.17

Jarak itu u sebenarnya tak pernah ada, pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.

"Vin,… lepasin vin malu tau diliatin  orang." asya sudah berusaha melepaskan cengkraman tangan gavin namun tenaga gavin sangat kuat. Menggenggam erat tangan asya.

"Vin lepasin gak atau gua teriak!" pekik asya sudah tak tahan dengan sikap gavin.

"teriak aja", Asya melongo gavin menjawab dengan entengnya. Ingin sekali asya berteriak meminta pertolongan namun gavin merupakan  most wanted disekolah ini ditambah ia merupakan ketua osis sma atlasa, serta kesan dinginnya kepada semua orang. Mana mungkin ada orang yang berani menolongnya saat ini. Asya sudah pasrah dan tidak memberontak lagi seperti tadi. Ia berjalan kemana gavin akan membawanya pergi.

Sepanjang koridor banyak yang menonton adegan tersebut tak terkecuali cowok yang berdiri sedari tadi menahan amarahnya ketika gadisnya ditarik begitu saja. Juan sudah mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya ia sudah tak tahan dengan apa yang dilihatnya sekarang ini dan,

Bugh.

Satu pukulan berhasil mendarat tepat di rahang tegas gavin, gavin terjungkal ke belakang karena bogeman yang cukup keras tersebut sehingga asya bisa melepaskan tangannya dari genggaman gavin, asya bernafas lega. Orang yang menyelamatkannya adalah,Juan ia terlihat seperti yang sedang menahan emosinya karena mukanya yang nemerah dengan tangan yang sudah dikepalkannya pun berwarna merah. Mata tajamnya terus menatap gavin yang sedang tersungkur dibawahnya.

Teman teman juan yang melihat itu langsung menarik juan menjauhi gavin, namun gavin bangun dan membalas bogeman juan, juan kembali tersulut emosinya pun kembali memberikan tinjuannya kepada gavin, keduanya berkelahi seperti tak mengenal tempat, ditengah koridor sekolah saat jam istirahat tentunya banyak murid murid yang sedang berlalu lalang ataupun nongkrong sepanjang koridor.

Gavin dan juan masih tetap  baku hantam membuat wajah mereka sama sama mengeluarkan darah dari sudut bibir mereka masing-masing. Disitu ada rocky sahabat dekatnya juan, rocky sudah berusaha menahan pergerakan juan namun juan seperti devil ketika marah.sangat ganas. Malah rocky mendapatkan pukulan yang mendarat tepan di perutnya ia memilih mundur melirih kesakitan dan menghampiri asya yang berdiri tak jauh dari tempat perkelahian tersebut.

"Sya tahan juan sebelum guru guru pada dateng."

"ko gua, ama lu aja yang deket ama dia dapet pukulan apalagi gua yang gak deket sama sekali ama juan bisa ma--" ucapan asya terpotong karena rocky langsung nyerocos,
"cumah lu doang pawangnya dia, cepet! keburu anak anak cepu ke BK!" asya hanya mengangguk dan menjalankan kakinya kearah mereka dengan langkah ragu ragu.

"Juan…eumm." benar saja juan langsung mengalihkan pandangannya ke asya gavin pun begitu.

Asya merasa berhasil dan, "STOPP! jangan berantem mau jadi jagoan kalian." pekik asya sambil berkacak pinggang.

"urusan cowok." jawaban itu terlontar dari mulut sialan gavin.
Langsung saja asya mencubit pinggang gavin keras sampai si empunya pun meringis kesakitan.

"Gua khawatir ama kalian, berhenti atau gua aduin ke gu---" ucapan asya terpotong karena, juan menarik tangan asya menjauhi gavin, namun sepertinya bukan tarikan tapi juan menyeret pergelangan tangan asya.

                   *****~*****

Juan menyeret tangan asya menuju semak semak tanaman belakang sekolah yang sepi, sebenarnya asya merasa was-was sendiri karena tempat ini sepi dan kurang pencahayaan apalagi ia disini hanya berdua dengan seorang juan.

"Kalo ditarik gitu harusnya ngelak,! bukan diem aja." lamunan asya seketika buyar karena juan membentaknya.

"Lu tuh jangan mau digituin ama si gavin,! gua gak terima." asya hanya menunduk karena ia merasa bersalah tapi ia bingung, mengapa juan sangat peduli dengannya? asya seperti melayang ke planet mars diperlakukan seperti itu dengan juan.

"Kalo orang ngomong tuh tatap matanya. Jangan nunduk aja."

asya yang mendengarnya langsung menatap mata elang milik juan.
Namun,mata juan malah menatap asya tajam. Nyali asya langsung menciut sedetik kemudian saat asya ingin menunduk kembali secara tiba tiba ada tangan kekar yang menahan dagunya. Saat asya mendongak ia menatap kembali manik mata juan namun tatapan juan melembut dan sendu.

"maaf." lirih asya.

"kenapa minta maaf? lu gak salah si gavin yang salah."

"bukan itu, tapi karna bibir lu berdarah gara gara gua."

"bukan masalah." ucapan enteng juan.

"ke uks aja yuk, gua obatin pasti sakit kan." ucap asya khawatir.

"gak usah, Lebih sakitan tadi ngeliat lu digituin ama gavin." asya kaget mendengar jawaban juan.ia bingung mengapa juan berkata demikian?.

"emang kenapa?" tanya asya heran.

"gua gak suka aja gitu, gak terima."

"kenapa gak terima?"

Juan yang tersadar akan omongannya yang ingin mengatakan dia cemburu langsung ditelan lagi ia belum berani mengatakannya sekarang takutnya jika ia mengungkapkan perasaanya malah asya memilih menjauhi dirinya. Ia tidak mau sampai itu terjadi, juan hanya menunggu waktu yang tepat barulah ia akan mengungkapkannya kepada asya.

"Juan, lu kenapa?" seketika lamunan juan ambyar ketika mendengar asya memanggilnya.Juan hanya mengerjap-ngerjapkan matanya kaget.

"kita ke uks aja yuk, takutnya nanti infeksi." tanpa sadar asya menarik tangan juan untuk ikut bersamanya.
Sedangkan juan yang berada dibelakang asya tersenyum tipis sangat tipis tanpa sepengatahuan asya. Ia senang tangannya digenggam oleh gadisnya.

It's Sad But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang