25-[DENDAM]

64 6 0
                                    

Pt.25

Hal yang sulit untuk memutuskan ketika terlalu lelah untuk bertahan, namun kau merasa sulit untuk melepaskan.

Ditempat lain gavin telah sampai di minimarket langsung ia mengarahkan kakinya menuju rak rak yang berisi pembalut wanita sejujurnya ia bingung sangat banyak pilihan disini dari ukuran sampai merk. Gavin tidak tahu jika serumit ini menghadapi cewek yang sedang datang bulan. Gavin sedikit memikir tak lama kemudian ia memilih merk ch*m karena ia sering   melihat iklannya di Tv namun ia kembali bingung ternyata tersedia berbagai ukuran dengan ragu gavin memilih yang berukuran kecil karena pikirnya asya memiliki tubuh kecil maka otomatis ukurannya juga yang kecil.

Setelah selesai memilih milih ia berjalan menuju kasir untuk membayarnya terlihat mbak-mbak kasirnya sedang menahan tawanya gavin mendengus sebal menatapnya.

"Cowok ganteng ko belinya ini, Buat pacarnya ya, mas." tanya kasir kepo sambil cengengesan.

"iya." ketus sebal gavin lalu melangkah pergi setelah membayarnya.

Setelahnya ia kembali ke sekolah dan melangkahkan kakinya menuju gudang. Terlihat asya yang sedang duduk di meja dan kakinya yang tidak nampak kelantai sedang memainkan ponselnya, gavin pun menghampiri asya dan menyodorkan plastik yang dibelinya tadi ke asya, terlihat asya menyeritkan dahinya tak mengerti,
"Ini apa?" tanya asya, "pembalut." jawab gavin santai.

Asya membuka matanya lebar lebar tak percaya jika seorang gavin mau membelikan pembalut wanita untuk nya.

"emang gak malu?" tanya asya ragu-ragu.

"gak, dah sana ganti gua tunggu sini." setelahnya asya langsung ngacir ke toilet ia masih tidak percaya masa iya dia gak malu sih?- batin asya. Tak ambil pusing asya hanya diam saja malas untuk mempertanyakannya ini-itu.

Asya sudah selesai mengganti dan berjalan balik arah ke gudang namun langkahnya terhenti, penglihatannya menangkap seorang guru yang berdiri tak jauh dari pintu gudang sedang melihatnya juga lalu asya tersenyum kikuk menunduk malu.

"Hei, kamu sinii!" pekik guru itu. Asya yang merasa dirinya ditunjuk langsung melangkahkan kakinya menuju guru tersebut pelan-pelan.

"ada a-apa,pak?" tanya asya pelan pelan.

"Kamu tau kesalahan kamu?" tanya guru itu dengan berkacak pingang sudah dipastikan guru ini killer namun asya belum mengetahuinya karena ia kan masih kelas 10.

"t-tau pak,"

"Nama kamu siapa?" tanya guru itu.

"Asya,pak." balas asya sopan.

"kelas berapa kamu?"

"10 IPS 3,pak" balas asya sambil menunduk malu.

"Masih kelas 10 aja udah bolos, mau jadi jagoan kamu, huh?!" pekik guru itu keras keras.

"Maaf pak, sa- -" ucapan asya terhenti ketika mendengar suara yang familliar memanggilnya.

"Asya,…sya lu dimana?" yah suara itu adalah gavin, ia sudah menunggunya lama dan khawatir karena asya yang tak kunjung balik dari toilet.

Saat penglihatan gavin melihat asya yang seperti sedang diceremahi oleh pak wawan -guru terkiller di sma atlasa-, gavin menghampiri asya ia tahu pasti asya sudah kena semprot oleh pak wawan, gavin terlihat terseyum kikuk ketika sudah berhadapan dengan pak wawan.

"Eeh…bapak, apa kabar pak?" ucap gavin dan mencium punggung tangan guru tersebut.

"ikut bolos juga kamu, huh?"

"ehehe." gavin hanya mengengir kuda sembari menggaruk tengkuknya sendiri yang tidak gatal karena sudah ketangkap basah oleh guru tersebut.

"Kamu ini, kan ketua osis malah sikap kamu ngajarin bolos ke adik kelas." pekik guru itu sembari berkacak pinggang.

"ma-maaf pak." ucap gavin lesu.

"Sekarang kalian bersihkan lapangan sekolah sampai bersih!!." pekik guru itu tegas.

"ta-tapi…" sanggah gavin.

"Gak ada tapi tapian cepat atau bapak tambah lagi hukumannya."

Asya dan gavin hanya mendecak sebal ke arah guru itu mau tidak mau mereka harus melakukannya, dengan langkah gontai mereka berjalan ke arah lapangan sana dan memungut dedaunan yang bertumpuk.

Asya sedari tadi hanya mendecak sebal menggerutu sembari membersihkan lapangan seluas ini, baru saja lapangan ia sudah berkeringat  lebih baik tadi ia bolos. sial sial sial hari ini. Namun lamunannya seketika buyar ketika gavin menatapanya khawatir.

"Sya, lu kalau capek istirahat aja biar gua yang ngurusin semuanya." ucap gavin khawatir karena melihat wajah asya yang pucat pasi.

"ga-gak usah kak. Kan gara-gara gua juga lu kena hukuman." sanggah asya tersenyum manis.

"yakin?"

"iya, santai aja kak,"

"Hm. Terserah lu deh," setelahnya mereka melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Di lain tempat ada seorang siswi yang menatap ke arah asya dengan tatapan penuh benci dan dendam berada dibalik tembok.

                   

It's Sad But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang