Part 3

1.4K 210 3
                                    

SEHUN POV

Sepertinya, gue mulai nyaman dengan penyamaran kali ini. Menjadi seorang dosen cukup menyenangkan, gue hanya harus mengatakan hal yang sudah berulang kali gue pelajari.

Ditambah lagi, mahasiswa jaman sekarang sangat mudah goyah. Mereka sangat mudah untuk bisa jatuh ke pelukan gue.

Gue tidak harus menyewa pelacur dari Jongin dan membayar mereka dengan harga fatastis. Cukup dengan menjanjikan nilai yang aman banyak perempuan cantik dan manis yang akan bertekuk lutut di hadapan gue.

"Maaf Prof. saya terlambat."

Konsentrasi gue seketika terpecah karena suara yang berasal dari ambang pintu. Gue sangat tidak suka ada yang terlambat karena akan mempengaruhi konsentrasi gue saat mengajar.

"Nama?" Tanya gue.

Dia sepertinya baru, Gue banyak tau tentang mahasiswa disini. Apalagi perempuan.

Gue menatapnya, rambutnya begitu bagus terurai. Kulitnya juga begitu putih. Tapi gue merasa ada yang berbeda dari gadis ini.

"Carissa, Prof." Ujarnya saat mengucapkan namanya.

Carissa, ulang gue dalam hati. Nama yang  bagus.

Dia memakai pakaian yang sangat modis seolah dialah queen bee di kampus ini. Tapi saat ia berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti gadis kutu buku lainnya.

"Saya tidak mentolerir kalian mahasiswa baru atau bukan. Telat itu kesalahan yang mutlak." Gue memberi peringatan kepada yang lain untuk kesekian kalinya agar tidak terlambat. Gue sangat membencinya.

"Silahkan masuk nona Carissa. Lain kali anda tidak saya perbolehkan masuk jika anda mengulangnya."

"Baik, Prof. Terimakasih."

Gue memandangnya mengikuti langkah kakinya. Heels yang dia pakai begitu matching dengan outfit miliknya. Tetapi, tidak seperti orang yang memperhatikan fashion lainnya, dia tidak punya confidence saat dia memakai outfit yang membuatnya begitu stunning.

Apa yang lo pikirin Sehun? Dia cuma mahasiswi biasa.

Tapi wanita bernama Carissa itu sangat mengganggu pemikiran gue. Seolah gue tidak bisa menebak yang satu ini.

Setelah semuanya keluar dari kelas, gue menunggu Carissa untuk keluar juga. Entahlah gue hanya ingin memandang kaki mulusnya itu lagi.

Saat Carissa mulai melangkah keluar, gue memperhatikan pergelangan kakinya yang begitu merah.

See? Bahkan kakinya lecet saat memakai heels seolah dia seperti seorang nerds yang baru mencoba heels.

"Tunggu sebentar Carissa." Tegur gue.

"Iya, Prof?" Dia memandang gue sedikit takut seolah gue akan menembak jantungnya saat itu juga.

"Lain kali kalau memang tidak bisa pakai sepatu jenis seperti itu, jangan dipaksa untuk dipakai."

Pandangannya berubah menjadi linglung. Ia melirik ke bawah dan menyadari kaki mulusnya itu menjadi berwarna merah.

"Oh. Baik Prof." Dia mengatakan dengan sangat berhati-hati. Sepertinya karena dia yerlambat tadi, dia sedikit takut karena gue memberikan teguran.

Detective, Desire and Destiny • Sehun EXOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang