DI VOTE DAN DI COMMENT YAA😽
🦋ENJOY READING🦋
Hasil dari pertemuan antara sekongkolan Sehun dan BIN tidak berjalan dengan mulus. Apalagi antara Sehun dan Saena.
Pihak BIN atau lebih tepatnya Yunho tidak setuju jik Sehun dan komplotannya menggunakan cara yang brutal. Menurut Yunho mereka masih perlu rencana yang matang. Namun sebaliknya, mereka adalah mafia, kata brutal adalah cara mereka hidup.
Akibatnya, dua buah guling ditempatkan Saena di tengah-tengah kasur mereka. Dia tidak sudi Sehun menyentuhnya.
Saat sedang tertidur lelap, Saena merasakan sakit pada perutnya. Perempuan itu terbangun karena tidak sanggup menahan sakit yang dia rasakan.
"Argh..." Saena menahan sakit dengan menekan perut bagian bawahnya.
Tidak tahan, dia meruntuhkan ego dan membabgunkan Sehun.
"Sehun,,,,," panggilnya pelan.
Pria itu tidur membelakangi Saena. Dia dengar saat Saena memanggil, dia hanya masih sedikit marah akibat perdebatan mereka tadi.
"Sehun..."
"Hmm.." balasnya hanya dengan dehaman.
"Sakit,,"
Sehun langsung bangkit.
Guling yang menjadi pembatas mereka tadi, dicampakkan Sehun ke sembarang arah. Hampir saja mengenai meja rias milik Saena. Padahal dia bisa saja memindahkan guling otu secara perlahan. Namun kekhawatirannya saat Saena bilang dia kesakitan membuat Sehun seketika menjadi bringas.
Dugaan Sehun yang sakit adalah bekas luka tembak Saena. Namun yang dilihatnya Saena merintih sambil memegangi perut.
"Apa yang sakit love?"
"Perut aku keram rasanya." Saena tidak tau posisi bagaimana lagi yang harus dia buat agar membuat rasa sakitnya hilang.
Sehun menyentuh perut Saena perlahan, "ini sakit?"
Saena mengangguk, menatap Sehun ingin sekali menjelaskan seperti apa sakit perutnya yang tidak bisa dia jelaskan, "Sakit banget."
"Perut aku keram kaya gini tiap kali datang bulan."
Tangan Sehun masih dia tempatkan di perut milik gadisnya. Mengelusnya perlahan berharap dapat mengurangi rasa sakit Saena.
"Aku panggil doker?"
"Sehun.... Ini cuma keram, ga harus ke dokter."
"Tapi kamu kesakitan begitu. Harus segera ditindak."
Saena dibuat bingung. Reputasi Sehun yang dia tau adalah seorang pemain perempuan. Harusnya dia sudah ahli menghadapi yang seperti ini bukan?
Kemudian Saena memberikan tatapan sinisnya, "Gimana sih katanya berpengalaman soal cewek. Ngadepin kaya gini aja gak bisa."
"K-karena aku seringnya sama cewek yang lagi gak datang bulan."
Tidak usah dijelaskan lagi maksud dari perkataan pria yang dijuluki Saena sebagai orang mesum. Itu malah membuat Saena semakin kesal dan rasa sakitnya tidak berkurang.
"Aku harus ngapain, Saena?"
"Mau dikompres pake air hangat." Pinta Saena kepada Sehun.
Tidak perlu jauh-jauh turun ke dapur, Sehun bisa mendapatkan itu di kamarnya. Dia mengambil handuk kecil dan masuk ke kamar mandi untuk membasahkai handuk itu dengan air hangat. Sama seperti fasilitas hotel, kamar mandi di dalam kamar milik Sehun sudah dilengkapi dengan water heater.
Sehun kembali ke Saena. Dia menyingkap baju tidur Saena. Menempelkan handuk itu di atas perut Saena. "Gimana?"
"Masih keram but much better."
"Yaudah lanjut tidur ya?"
Sehun naik ke ranjang, sekarang dia bisa tidur berdempetan dengan Saena tanpa harus dibatasi dengan guling sialan itu.
Tangan kirinya dia gunakan untuk mengelus puncak kepala Saena sedangkan tangan kanannya untuk mengelus perut Saena. Mengucapkan mantra dalam hati agat sakit diperut perempuannya berkurang. Dia sangat tidak tega Saena tidur dengan dahi yang berkerut karena menahan rasa sakitnya.
"Sayang," panggil Sehun pelan.
"Ya?"
"Berarti seminggu kedepan aku gak dapat jatah dong ya?" Meski agak ragu-ragu menanyakannya, Sehun tetap memberanikan diri.
"Ambil lagi ga gulingnya?" Amuk Saena.
Sehun tetap pada posisinya menbuat tidur Saena nyaman. Ocehan Saena tidak membuatnya bergerak sejengkalpun. Dia malah mengeratkan pelukan sambil mengelus perut Saena yang keram.
Sehun berbisik, "I love you okay? Maaf hari ini aku agak keras waktu kita rapat sama yang lain. Aku cuma mau mastiin keselamatan kamu aja."
Saena yang hampir tertidur masih saja bisa membalas Sehun, "Tapi kamu nyebelin, gamau setuju sama rencana yang aku buat."
"Ssttt....ssttt." kini Sehun menepuk-nepuk halus puncak kepala Saena "Udah.. itu kita bahas besok lagi aja ya? Sekarang tidur lagi."
•••
Tawa seorang mafia paling tidak terdetwksi itu menggelegar. Dia tinggal di sebuah rumah yang jauh dari keramaian, bahkan tidak ada satelit pun yang mengidentifikasi rumahnya. Rumahnya mewah dan berkelas namun tak tergapai oleh siapa pun.
Changmin yang mendengar tawanya hanya bisa berdiam. Menahan kesal yang luar biasa karena sikap orang itu.
"Aku sudah sangat baik membiarkan anak itu hidup dalam pengawasanmu. Mengabulkan permintaanmu agar anak gadis Russo itu tumbuh dewasa. Tapi lihat? Kau kehilangan Sandriena dan menuntunnya kembali pulang?" Tawa barusan bukan karena sebuah kesenangan melainkan karena amarahnya.
"Kesepakatan kita hanya satu, Kau mendapatkan Saena dan aku mendapatkan apa yang kuinginkan."
Minho kembali tertawa lagi, "Baiklah mulai sekarang anak itu tidak akan kuberikan ampun. Dia sudah tidak dibawah pengwasanmu lagi kan?"
Changmin takut, dia takut perbuatan Minho akan menyakiti Sandriena. Tapi dia tidak punya pilihan. Setidaknya dia sudah menjaga Saena untuk beberapa tahun. Selebihnya dia percayakan kepada Sehun.
"Terima kasih telah menjaga anak musuh bebuyutanku. Kau menjaganya dengan baik."
Sebenarnya, melibatkan Saena di kasus Sehun adalah sebuah kesengajaan. Sebagai agen rahasia yang mengetahui banyak kejahatan, tentu Changmin tidak suka dengan Sehun, dia benci. Dengan cara mengirimkan Saena menyeludiki Sehun pasti dia akan tau jati dirinya.
Kini Changmin harus kembali ke markas BIN sebelum orang-orang tau apa yang dia lakukan disana. Jarak markas BIN dan kediaman Minho sangatlah jauh. Alasan mengapa dia sulit ditemukan karena cerdiknya dia memilih tempat untuk tinggal.
🎞🎞🎞
Ada yang bisa nebak Minho knp gabisa dilacak sama sekali??????
[To Be Continued ]
Keep in touch with me on Instagram
Follow: @oohsaena
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective, Desire and Destiny • Sehun EXO
Fiksi PenggemarSaena, seorang detektif yang mendapatkan tugas pertamanya untuk menyamar dan menyelidiki Sehun yang menyamar sebagai Professor Alan. Dibalik itu semua ada sebuah takdir yang menuntun mereka untuk bersama.