13

3.3K 302 12
                                    


Sorry but this  chapter has a mature content

No childern area
.
.






Kembali ke masa kini
.

Lanjutan chap 8

.
.
.

Irene mencium bibir Seulgi, memperdalamnya dan juga bertukar saliva dengannya. Kini Irene sedang mencoba meyakinkan perasaannya pada Seulgi. Ia masih ragu,apa yang di rasakannya pada Seulgi. Selama beberapa minggu terakhir sejak Seulgi menjaga jarak darinya, Irene merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Ia merengek pada Wendy untuk bertemu Seulgi, tentu Wendy tahu namun Seulgi meminta Wendy untuk merahasiakannya.

Akhirnya Wendy menyerah, ia tidak sanggup mendengar rengekan seorang Irene lagi,yang selalu mengganggu nya. Wendy memberitahu soal Seulgi yang bekerja di cafe yang letaknya tak bergitu jauh, namun ia mendapat shift malam. Saat pagi sampai sore Seulgi kerja serabutan,yang penting dapet uang.

Irene menciumi setiap inci leher jenjang milik Seulgi itu.  Irene mendominasi sekarang, ia tidak perduli akan status straightnya , sekarang hanya Seulgi yang ia ingin kan. Sedangkan Seulgi, ini pertama kali baginya takluk dalam permainan. Biasanya ia lah yang lebih mendominasi. Seulgi selalu berada di atas, namun kali ini beda. Seolah hatinya tidak sanggup untuk menatap Irene. Seulgi menyerah, ia sangat jatuh pada pesona Irene yang dia anggap berbeda dari wanita lainnya.

"Ahhh.." satu desahan lolos dari mulut Seulgi. Bohong jika ia tidak menikmatinya, Irene sangat lihai bermain di atasnya. Tangan Irene mulai bergerak membuka satu persatu kancing kemeja Seulgi, dan Seulgi pasrah akan perbuatan Irene. Membiarkan wanita itu menikmati tubuhnya. Seulgi tidak perduli jika setelah ini Irene meninggalkannya, setidaknya ia sudah melakukan hal ini dengan pujaan hatinya.

Irene berhasil melepaskan kemeja seulgi dan membuangnya ke sembarang arah. Tangannya menuju pipi mulus Seulgi. Di tatapnya mata monolid itu begitu dalam. Tersirat sebuah kata di sana. "Aku mencintaimu"

Irene mengelus pelan pipi Seulgi dan mulai mencium bibirnya kembali. Binir tipis yang sudah lama Irene inginkan. Irene menggigit bibir bawah Seulgi untuk meminta akses lebih dalam, tentu Seulgi mengijinkannya. Irene mengabsen satu persatu yang ada di dalam mulit Seulgi. Bertukar saliva dan begitu seterusnya.

Kini Irene kembali turun ke leher jenjang milik Seulgi. Memberi tanda yang cukup banyak.

"Ahh.. irene...ahh" Seulgi menikmati permainan lembut nan agresif milik Irene. Tangan Seulgi yang semula diam kini bergerak menuju kepala Irene, sedikit mendorongnya agar melakukannya lebih dalam.

Irene sangat senang dengan perlakuan Seulgi yang membiarkan dirinya, lantas tangan Irene mulai bergerak lagi, menyentuh salah satu payudara Seulgi yang masih tertutupi sport bra hitam, diremasnya pelan.

"Ahhh.. irene" lagi.. Seulgi mendesah menikmati pijatan tangan Irene yang kini mulai menjalar ke tubuh miliknya. Tidak berhenti di situ, kini tangan Irene menuju punggung Seulgi mencari sesuatu di sana.

Tak lama ia menemukannya kemudian di lepaskannya kaitan itu. Hingga membebaskan dua gundukan yang terkekang kuat. Di lemparnya sport bra itu ke sembarang arah.

Irene bangun dan menatap tubuh polos Seulgi yang kini berada di bawahnya. Seulgi yang menyadari bahwa tubuhnya sedang si tatap langsung menutupi kedua gundukan kembar miliknya menggunakan tangan. Dengan sigap Irene menahannya, dan tersenyum.

"Kamu tak perlu malu.." ucapnya lalu kembali menerjang gundukan indah itu. Melumatnya perlahan secara bergantian. Sedangkan tangan kirinya menahan tubuhnya,dan tangan kanannya memeluk tubuh Seulgi.

Say Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang