THE BEGINNING

5K 35 3
                                    

-Part 01

Jendela hotel didepan pandangan ku menerawang ke sebuah jalan besar dibawah sana, hiruk pikuk kendaraan bermotor serta padatnya orang-orang yg berlalu-lalang kembali membawaku kepada ingatan 15 tahun lalu. Ya 15 tahun lalu ditempat ini, aku mengahabiskan masa berseragam putih abu-abu. Tawa, tangis, sendu, bahagia, sukacita dan semuanya yg pernah terjadi mengisi kembali memenuhi refleksi dalam proyeksi otaku. Setiabudi, Jakarta, begitu mereka manyebutmu.

Agustus, 2004

Semua murid kelas dua dan tiga berkumpul didepan papan pengumuman, riuh padat bising memenuhi suasana koridor yg sempit itu. Mereka sibuk mencari nama masing-masing, dimana mereka ditempatkan tahun ini. Pembagian kelas adalah pemandangan rutin tiap tahun di sekolahku, ada yg berlomba untuk berada di kelas unggulan, ada juga yg sekedar memastikan mereka dan sahabat-sahabat satu gengnya ditempatkan dikelas yg sama.

Sementara aku hanya berdiri bersandar didepan pintu perpustakaan yg tidak jauh dari papan pengumuman, sambil menunggu kondisi sepi untuk mencari tahu kelasku.

Buatku sebenarnya ditempatkan dikelas manapun tak masalah, hanya saja aku ingin segera duduk dan melanjutkan tidurku yg tertunda pagi ini karena harus kembali bangun pagi untuk sekolah setelah hampir sebulan lamanya libur akhir semester.

Tak lama berselang terdengar keributan kecil didepan papan pengumuman tersebut, benar saja dugaanku ada seorang wanita yg menangis karena berpisah kelas dengan teman satu gengnya. Kuperhatikan ia adalah Clara, beserta geng centilnya yg kurang lebih ada enam orang. Nanti kuceritakan lebih lanjut siapa Clara.

Melihat situasi didepan papan pengumuman yg berangsur sepi akupun beranjak dari tempatku berdiri sekarang untuk segera melihat dimana kelasku. Tak perlu waktu lama, aku langsung menemukan namaku di kelas paling awal 3 IPA 1.

Panji Darmawan

Ya perkenalkan itulah namaku, biasa dipanggil Panji. Nji. Kebo (kalo yg ini karena tukang tidur di kelas bukan karena gendut). Sepertinya tak perlu detail ilustrasi mengenai diriku, karena pembaca pasti lebih menanti ilustrasi pemeran wanita.

"Hmm lagi lagi di kelas unggulan, alamat ga bisa tidur" keluhku. Ya bisa dibilang di sekolah ini para murid memperebutkan kelas unggulan, selain gengsi di kelas ini juga nantinya diisi para guru terbaik bahkan kelas ini tak akan dibiarkan ada pelajaran kosong.

Apabila ada guru yg berhalangan, guru pengganti akan masuk. Itulah mengapa aku langsung mengeluh begitu tau diriku kembali masuk kelas unggulan tersebut.

Kupikir gelar tukang tidur waktu di kelas 2 IPA 1 akan membuatku dicoret dari kandidat murid unggulan. Tapi kutemukan dua sahabatku yg lain juga masuk kelas yg sama, setidaknya itu sedikit menghiburku.

"Kita sekelas lagi nji? Ah kampret. Bosen gue ama lu." Ujar Regas yg tiba2 muncul mengagetkanku dari belakang.

"Gimana mau sukses kalo temennya lo lagi lo lagi. Koneksi gue ga nambah-nambah" celetuk Angga tak lama kemudian.

"Jodoh kali kita" ujar Regas seraya merangkul aku dan Angga.

"Yeee kita kalo mau homo juga pilih-pilih kali" jawab ku dan Angga kompak sambil melepaskan rangkulan Regas dan berjalan menuju kelas 3 IPA 1.

Seperti biasa hari pertama masuk sekolah belum efektif belajar, beberapa murid hanya berkumpul dengan gengnya masing-masing dan bercerita tentang liburan atau gosip-gosip lainnya.

Ada juga yang tidak terlihat terutama para panitia MOS (Masa Orientasi Siswa) yang kebanyakan dari mereka adalah anak OSIS sedang sibuk mengisi acara penyambutan anak baru.

Sementara aku dan Angga hanya duduk dipojok kelas sambil membaca koleksi komik anime miliknya macam dua wibu jomblo yg suram.

Sebenernya aku dan Regas lah yg telah mencekoki Angga untuk menyukai anime, namun entah mengapa sekarang dia lebih addict dari kami.

"YOUTH"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang