Hari itu di Cafe TB, kami akhirnya sepakat untuk berlibur bersama ke Pulau Belitung setelah pembagian rapot. Aku yg awalnya masih menolak meski mendapat ijin oleh Clara melalu pesan singkat pun menyerah untuk menuruti kemauan mereka daripada leherku jadi korban penyiksaan Regas.
Aku sebenernya ingin menegur Clara menanyakan apa maksud pesan singkatnya atau sekedar memastikan ia tak salah kirim, karena setelah itu tak ada gerak gerik apapun yg menunjukan bahwa dirinya ikut terlibat dengan Regas Angga dan Helen dalam memaksaku. Namun sikap Clara yg masih terus menghindar membuatku mengurungkan niatku.
Kamipun akhirnya bubar sekitar jam 5 sore, aku Regas dan Angga kembali ke sekolah untuk mengantarku mengambil motor yg ditinggal karena ulah penculikan mereka kepadaku untuk ikut ke Cafe TB tadi.
Didalam perjalanan ke sekolah Regas dan Angga mengambil kesempatan untuk menginterogasiku.
“Masalah lo ama Clara ga bisa diselesain baik-baik apa nyet? Lo berdua tuh nyiksa diri kalian sendiri tau ga!” ucap Angga yg duduk di bangku pengemudi tepat disebelahku membuka obrolan yg tak kujawab melainkan hanya menoleh kearahnya sebentar lalu kembali melihat kearah luar jendela.“Mata lo berdua tuh keliatan masih saling sayang. Balikan sih.” tambah Regas sok tahu sambil memegang pundaku.
Mengingat jarak Cafe TB dan sekolahku sangat dekat kami pun sampai, dan aku segera pamit tanpa menjawab pertanyaan Regas dan Angga.
Hari pembagian rapotpun tiba, dan sesuai dengan harapanku Clara mampu menaikan nilainya yg membuatnya masuk 10 besar dikelas. Aku cukup lega begitu mendengar nama Clara telah disebut dan meninggalkan ruang kelas tanpa peduli bagaimana dengan nilaiku. Biar Ibuku nanti yg menyampaikan langsung kepadaku yg saat itu memang hadir untuk mengambil rapotku.
Aku duduk di kantin sambil memainkan sedotan didalam segelas milkshake yg kupesan, Regas dan Angga tiba-tiba datang menghampirku.
“Nyet nyet, lo gampang banget ditebak sih.” ujar Angga yg duduk disebelahku sambil merangkulku.
“Belaga ga peduli, nyatanya di kelas cuma nungguin nama Clara abis itu cabut. Kampret lo!” tambah Regas dan pertanyaan keduanya tak ada satupun yg kujawab.“Panggil Helen ama Clara nyet, kita mesti ngerencanain liburan kita yg udah pasti fix jadi nih.” pinta Regas kepada Angga mengalihkan pembicaraan karena mungkin paham aku masih belum bisa diajak buka suara terkait Clara.
Tak lama Clara dan Helen pun datang menghampiri kami, namun saat itu Clara menyentuh pundaku yg membuatku menoleh kepadanya.
“Mama mau ketemu. Ikut sebentar yuk.” pinta Clara singkat.Aku terdiam sejenak dan akhirnya bangkit, aku menebak sepertinya Clara sama sekali belum cerita soal hubungan kami yg sudah berakhir kepada Ibunya.
Aku heran awal jadian kami harus menyembunyikan hubungan ini dari orangtua Clara, sekarang justru sebaliknya kami menyembunyikan ‘putus’ nya hubungan kami dan berakting seolah masih pacaran. Unik yah.
Sampai didepan kelas aku cukup kaget melihat Ibunya Clara ternyata sedang bersama Ibuku.
“Panji. Selamat yah atas juara tiganya.” ucap Ibu Clara menyapaku seraya memberikanku selamat atas hasil Ujian Semesterku yg bahkan aku sendiri saat itu belum tahu hasilnya.“Makasih Tante.” jawabku sambil tersenyum seraya mencium tangan Ibunya Clara.
“Kalo ga ada Panji, Clara belom tentu bisa masuk 10 besar loh Bu Darmawan.” lanjut Ibunya Clara kepada Ibu ku.
“Iya seneng kalo liat anak-anak bisa tetep tanggungjawab ama pelajarannya walaupun pacaran.” timpal Ibuku kepada Ibunya Clara.
“Main lagi dong kerumah, Om nanyain tuh! Mau diajak modif motor gede barunya. Kan ujiannya udah selesai, jadi libur pacarannya juga udah selesai.” ucap Ibunya Clara ramah yg aku tangkap benar sepertinya Clara belum cerita tentang hubungan kami yg putus dan malah menutupinya dengan alasan sedang ujian jadi aku libur ke rumah Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
"YOUTH"
RomancePANJI dan kisah Persahabatan humor nan rumit 3 (tiga) pemuda di sekolah. dengan percintaan rumit khas darah muda. penuh gairah seks dan DRAMA.